NPM: 1806139310
Jawaban:
1
Indonesia, Undang-Undang Perubahan Atas Undang-Undang 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, UU
No.10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Ps. 1.
2
Ibid.
sistemik yang akan berpengaruh ke aspek-aspek lainnya. Oleh sebab itu, bank harus
selalu diupayakan keselamatannya karena jika bank mengalami krisis dan tidak
diselamatkan, maka dapat mengakibatkan terjadinya risiko sistemik pada sektor
perbankan secara keseluruhan yang kemudian dapat berlanjut melumpuhkan
perekonomian. Peran perbankan yang sangat strategis dalam perekonomian nasional
sebagai penopang bergeraknya sektor riil dalam perekonomian juga menjadi alasan
mengapa bank harus diupayakan keselamatannya. Jika bank berhasil diselamatkan dan
struktur perbankan kembali sehat, maka keadaan tersebut dapat memperlancar proses
transmisi kebijakan moneter sehingga efektivitasnya dapat menunjang pemulihan
ekonomi. Selain itu, bank juga harus diupayakan
2.
a. Hubungan antara perbankan dengan lembaga keuangan lainnya.
Sstem keuangan di Indonesia dijalankan oleh lembaga keuangan yang terdiri
dari 2 institusi, yaitu Institusi Keuangan Bank (IKB) dan Institusi Keuangan Non-
Bank (IKNB). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (UU 7/1992), jenis bank di Indonesia ada 2, yaitu bank umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR),3 yang mana keduanya dapat berbentuk konvensional
atau syariah. Yang termasuk ke dalam jenis IKNB adalah perusahaan asuransi,
perusahaan pergadaian, dana pensiun, dan lain sebagainya. Adapun hubungan
antara lembaga perbankan (IKB) dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya
(IKNB) tersebut secara umum dapat dilihat dari perannya sebagai berikut:
Menghimpun dana masyarakat
Salah satu peran lembaga keuangan adalah menghimpun dana dari
masyarakat. Namun, IKB dalam hal ini dapat menghimpun dana dari
masyarakat secara langsung, yaitu dalam bentuk berupa tabungan, giro, dan
deposito. Hal tersebut berbeda dengan IKNB yang mana merupakan lembaga
yang kegiatan usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana secara
langsung dari masyarakat sehingga dilakukan secara tidak langsung dengan
3
Indonesia, Undang-Undang Perbankan, UU No. 7 Tahun 1992, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No.
3790, Ps. 5.
mengeluarkan surat berharga4, seperti kegiatan usaha yang dijalankan oleh
pasar modal.
Menyalurkan dana masyarakat
Dalam perihal IKB, peran menyalurkan dana ini dilakukan dengan
penyaluran dalam bentuk kredit. Berdasarkan Pasal 1 butir 11 UU 10/1998,
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Adapun jenis-jenis
kredit ini terdiri dari atas kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumsi,
kredit perdagangan, dan kredit profesi. IKNB juga bisa menjalankan kegiatan
usaha berupa penyediaan fasilitas kredit. Hal tersebut dapat dilakukan oleh
perusahaan pergadaian sebagaimana yang diatur dalam POJK No.
31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian.
Selanjutnya, akan dibahas secara khusus tentang penjelasan 3 lembaga keuangan
lainnya (IKNB) dan hubungannya dengan lembaga perbankan (IKB):
Perusahaan Asuransi
Yang dimaksud dengan asuransi, berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU
40/2014, yaitu perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
atau pemegang polis, atau memberikan pembayaran.5 Jadi, asuransi ini
ditujukan untuk pengalihan risiko (dengan tujuan mendapat ganti rugi) dari
tertanggung ke penanggung. Dalam hal ini, hubungan antara IKB dan
perusahaan asuransi dapat dilihat dari sisi penghimpunan dana dari
masyarakat. Konteks menghimpun dana masyarakat dalam perihal IKB adalah
status uang atau dana yang dihimpun dari masyarakat tersebut tetap menjadi
milik masyarakat. Dana yang dihimpun tersebut bukan milik bank, melainkan
milik masyarakat. Masyarakat mengizinkan bank untuk mengelola dananya.
Hal ini berbeda dengan konteks menghimpun dana masyarakat dalam
4
Jamal Wiwoho, “Peran Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dalam
Memberikan Distribusi Keadilan Bagi Masyarakat,” Jurnal Wiwoho Jilid 43 No. 1 Januari 2014, hlm. 93.
5
Indonesia, Undang-Undang Perasuransian, UU No. 40 Tahun 2014, LN No. 337 Tahun 2014, TLN
No. 5618, Ps. 1.
perusahaan asuransi. Dalam asuransi, dana dari masyarakat dihimpun dalam
bentuk premi yang merupakan pembayaran atas jasa pengalihan risiko dalam
asuransi. Oleh sebab itu, status uang premi tersebut bukan milik masyarakat
(tertanggung/pemegang polis), melainkan milik dari perusahaan asuransi
tersebut.
Dana Pensiun
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992
tentang Dana Pensiun, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Lembaga
perbankan (IKB) dengan dana pensiun ini memiliki hubungan dalam hal
menghimpun dana dari masyarakat.6 Dalam bank, berdasarkan Pasal 1 angka
9 UU 10/1998, dapat disimpulkan bahwa masyarakat bisa menyimpan uang
dalam bentuk tabungan yang mana penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati. Penarikan tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan buku tabungan, kartu ATM, atau cara lainnya.
Mekanisme dalam bentuk tabungan tersebut berbeda dengan uang masyarakat
dalam dana pensiun, yang mana uang dalam dana pensiun tersebut hanya bisa
dikembalikan oleh dana pensiun ketika masyarakat sudah memasuki masa
pensiun. Jadi, dalam hal ini, layanan yang disediakan oleh dana pensiun adalah
layanan tabungan jangka panjang.
Perusahaan Pergadaian
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 POJK No. 31/POJK.05/2016 tentang
Usaha Pergadaian, disebutkan bahwa usaha pergadaian adalah segala usaha
menyangkut pemberian pinjaman dengan jaminan barang bergerak, jasa
titipan, jasa taksiran, dan/atau jasa lainnya, termasuk yang diselenggarakan
berdasarkan prinsip syariah.7 Salah satu kegiatan usaha perusahaan
pergadaian, berdasarkan Pasal 13 1 POJK No. 31/POJK.05/2016, adalah
berupa penyaluran uang pinjaman dengan jaminan berdasarkan gadai dan
fidusia. Jadi, perusahaan pergadaian akan menjalankan usahanya dengan cara
menyalurkan uang dengan jaminan benda bergerak secara gadai maupun
fidusia. Dalam hal ini, hubungan antara IKB dengan perusahaan pergadaian
6
Indonesia, Undang-Undang Dana Pensiun, UU No. 11 Tahun 1992, LN No. 37 Tahun 1992, TLN No.
3477, Ps. 1.
7
Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Usaha Pergadaian, POJK No. 31/POJK.05/2016, Ps. 1.
ini adalah dalam konteks penyaluran dananya. Bank menyalurkan dananya
dalam bentuk kredit dengan jaminan yang dapat berupa benda bergerak
maupun tidak bergerak. Namun, penyaluran dana dalam perusahaan
pergadaian ini dilakukan dengan peminjaman uang/kredit dengan jaminan
yang hanya berupa benda bergerak saja, yaitu secara gadai ataupun fidusia.
8
Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Prinsip Kehati-hatian Dalam Kegiatan Penyertaan Modal, POJK
No. 36/POJK.03/2017, Ps. 1.
mekanisme debt-to-equity-swap untuk penyelaman kredit tersebut. Penyertaan
sementara itu hanya dilakukan maksimal selama 5 tahun. Untuk mengatasi risiko
kegagalan 5 tahun tersebut, maka bank juga disarankan untuk mencantumkan buy
back clause dalam perjanjian penyertaan modal.
Adapun bank yang ingin mendirikan anak perusahaan pada sektor keuangan
hanya diperbolehkan melakukan penyertaan modal dengan jumlah seluruh
portofolio sesuai dengan ketentuan pengelompokan bank berdasarkan Bank Umum
Kegiatan Usaha (BUKU). Berdasarkan Pasal 9 POJK/6/POJK.03/2016 tentang
Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank, penyertaan
modal ditetapkan sebesar maksimal: 15% dari modal bank bagi BUKU 2; 25% dari
modal bank bagi BUKU 3; dan 35% dari modal bank bagi BUKU 4.9 Penyertaan
modal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui pasar modal. Dalam
melakukan penyertaan modal, bank wajib menyampaikan permohonan persetujuan
penyertaan modal kepada OJK. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyertaan modal
tersebut diatur dalam POJK No. 36/POJK.03/2017.
9
Bank Indonesia, Peraturan Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank,
POJK/6/POJK.03/2016, Ps. 9.
3.
a. Alasan hanya ada 2 jenis bank dan perbedaan antara kedua jenis bank tersebut
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU 10/1998 (UU 7/1992), bank digolongkan
berdasarkan fungsinya. Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan (sudah dicabut), bank dibedakan menjadi
bank sentral, bank umum, bank tabungan, dan bank pembangunan. Sekarang hanya
ada 2 jenis bank karena setelah berlakunya UU 7/1992, bank digolongkan menurut
jenisnya, yaitu ada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Kedua jenis
bank tersebut dapat berbentuk konvensional ataupun syariah.
Bank Umum dan BPR memiliki perbedaan dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU 10/1998, Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran,
sedangkan berdasarkan Pasal 1 angka 4 UU 10/1998, BPR adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Adapun bank umum dapat berkedudukan di mana saja dalam wilayah Indonesia,
sedangkan BPR berkedudukan di kecamatan di luar ibukota, kabupaten, kotamadya,
provinsi, atau ibukota negara Indonesia. Perbedaan selanjutnya juga dapat dilihat
dari jumlah modal disetor. Berdasarkan PBI No. 13/27/PBI/2011 jo. PBI No.
11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum, jumlah modal disetor Bank Umum adalah
sebesar Rp 3 triliun, dan jumlah modal disetor Bank Umum Syariah (BUS) adalah
sebesar Rp 1 triliun.10
Selain itu, perbedaan juga dapat terlihat dari kepemilikannya. Berdasarkan
Pasal 78 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, pendirian
bank umum dapat dilakukan oleh Warga Negara Indonesia (WNI), Badan Hukum
Indonesia (BHI), atau WNI dan/atau BHI dengan WNA dan/atau BHA secara
kemitraan.11 Sedangkan BPR hanya bisa dimiliki oleh WNI dan/atau BHI saja.
Selain itu, perbedaan lainnya adalah Bank Umum boleh melakukan kegiatan valuta
10
Bank Indonesia, Peratuan tentang Perubatan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009
tentang Bank Umum, PBI No. 13/27/PBI/2011.
11
Indonesia, Undang-Undang Cipta Kerja, UU No. 11 Tahun 2020, LN No. 245 Tahun 2020, TLN No.
6573, Ps. 78.
asing, penyertaan modal, dan menjadi peserta kliring, sedangkan BPR tidak boleh
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
4. Maksud dari pasar uang dan pasar modal, serta hubungan antara bank dengan pasar
modal.
Yang dimaksud dengan pasar uang adalah mekanisme untuk memperdagangkan
dana jangka pendek.12 Lebih lanjut, dikutip dari laman resmi Bank Indonesia,
12
Ghofar, “Pasar Modal dan Pasar Uang Syariah di Indonesia,” Dinar: Jurnal Prodi Ekonomi Syariah
Volume 3 Nomor 2, (Maret-Agustus, 2020), hlm. 102.
disebutkan bahwa pasar uang adalah bagian dari sistem keuangan yang berhubungan
dengan kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka pendek
sampai dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah dan valuta asing, yang berperan
dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan
kelancaran sistem pembayaran.13 Dana jangka pendek merupakan dana berjangka
waktu kurang dari satu tahun. Dalam pasar uang ini, dipertemukan antara pihak yang
kekurangan dana jangka pendek dan pihak yang kelebihan dana jangka pendek.
Adapun berdasarkan Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik
yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek.14 Secara lebih sederhana, pasar modal ini merupakan tempat
pertemuan antara pihak perusahaan emiten yang membutuhkan modal dan investor
yang ingin menanamkan dananya.15 Instrumen yang diperdagangkan dalam pasar
modal ini adalah instrumen jangka panjang, yaitu berjangka waktu lebih dari 1 tahun,
seperti saham, obligasi, dan lain sebagainya.16
Bank dengan pasar modal memiliki hubungan karena adanya peranan
perbankan yang besar dalam pasar modal untuk memajukan perkembangan pasar
modal.17 Dalam hal ini, bank memberikan jasanya untuk mendorong transaksi pasar
modal, yaitu jasa berupa: penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarantor), wali
amanat (trustee), perantara perdagangan efek, pedagang efek, dan perusahaan
pengelola dana (investment company).18 Selain peran-peran tersebut yang berfungsi
untuk melancarkan transaksi pasar modal, bank sebagai lembaga yang profit-oriented
juga memiliki peran lain sebagai pelaku pasar modal. Bank dalam hal ini berperan
sebagai investor dan penjual efek.19
13
Bank Indonesia, “Pasar Keuangan,” https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/pasar-
keuangan/default.aspx, diakses 18 Maret 2021.
14
Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No.
3608, Ps. 1.
15
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (RajaGrafindo, Jakarta: 2002), hlm. 193.
16
Fudji Sri Mar’ati, “Mengenal Pasar Modal (Instrumen Pokok dan Proses Go Public),” Jurnal Among
Makarti Vol 3 No. 5, (Juli 2020), hlm. 79.
17
18
Rieza Ayu Febrina dan Kusnita Dhian, “Investasi Bank di dalam Pasar Modal,” Business Law Review:
Volume I Nomor 1 (Desember 2016), hlm. 21.
19
Ibid.
5. Perbankan syariah hanya dimungkinkan berbadan hukum Perseroan Terbatas
(PT) karena telah diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, yang mana disebutkan bahwa bentuk badan hukum bank syariah
adalah perseroan terbatas.20 Alasan perbankan syariah hanya diperbolehkan dalam
bentuk PT, sedangkan perbankan konvensional dapat berbentuk selain PT, adalah
karena bentuk hukum PT semakin lama semakin dianggap badan usaha berbentuk
hukum yang paling tepat untuk digunakan dalam dunia bisnis. Diaturnya bentuk PT
untuk perbankan syariah dalam UU 21/2008 sedangkan perbankan konvensional masih
dapat berbentuk PT, koperasi, dan perusahaan daerah, adalah karena UU Perbankan
dikeluarkan pada tahun 1992 dan 1998 yang mana pada saat itu bentuk hukum koperasi
dan perusaahaan daerah masih dianggap relevan untuk dipilih dalam kegiatan berusaha
dan pada saat itu ketentuan PT belum diatur secara lebih komperhensif. UU 21/2008
diatur setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) yang telah mengatur PT secara lebih khusus dan jelas.
Jika dibandingkan, maka bentuk PT lebih menjamin untuk perbankan daripada
badan usaha berbentuk hukum lainnya, yaitu koperasi dan yayasan. Dalam UU PT,
telah diatur secara jelas mengenai pendirian, kepemilikan modal, tanggung jawab
direksi dan komisaris serta pemegang saham, serta pengalihan kepemilikan saham. Hal
ini berbeda dengan pengaturan dalam koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2012 tentang Perkoperasian (UU 17/2012). Dari ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan
penjelasannya dalam UU 17/2012, dapat dilihat bahwa sifat keanggotaan koperasi
adalah sukarela21 sehingga dimungkinkan anggota koperasi untuk keluar dari
keanggotaan koperasi dengan mudah/sukarela. Selain itu, kelemahan koperasi lainnya
adalah: perihal permodalannya kurang kuat, SDM yang kurang berkualitas karena
pengurusnya diambil dari anggota koperasi, adanya kesulitan untuk mengambil
keputusan pada bank berbentuk koperasi jika jumlah anggota koperasi yang banyak
(rapat anggota menjadi sulit diselenggarakan).22 Selanjutnya, jika dibandingkan dengan
yayasan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, maka PT jelas lebih cocok untuk usaha perbankan daripada yayasan karena
20
Indonesia, Undang-Undang Perbankan Syariah, UU No. 21 Tahun 2008, LN No. 94 Tahun 2008,
TLN No. 4867, Ps. 7.
21
Indonesia, Undang-Undang Perkoperasian, UU No. 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN
No. 5355, Ps. 6 dan Penjelasannya.
22
Dian Cahyaningrum, “Bentuk Badan Hukum Koperasi Untuk Menjalankan Kegiatan Usaha
Perbankan,” Jurnal Negara Hukum Vol. 8 No. 1, (Juni 2017), hlm. 3.
yayasan merupakan badan hukum yang berupaya mencapai tujuan di bidang sosial,
keagamaan dan kemanusiaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbankan syariah hanya
dimungkinkan berbadan hukum PT karena memang telah diatur dalam UU 21/2008 dan
juga karena bentuk PT telah dianggap sebagai badan usaha berbentuk hukum yang
terjamin kejelasan dalam kegiatan usahanya dalam dunia bisnis. Hal ini terbukti dari
perbandingan antara PT dan koperasi serta yayasan yang telah dijelaskan di atas, yang
mana dapat dilihat bahwa aspek pendirian, kepemilikan, tanggung jawab pengurus serta
tujuan badan usaha berbentuk hukum dalam PT lebih jelas dan terjamin untuk dunia
bisnis.
Lampiran
Surat Pernyataan
NPM : 1806139310
Menyatakan, adalah benar tulisan yang saya sampaikan untuk tugas hukum perbankan
merupakan tulisan saya sendiri, memenuhi persyaratan anti-plagiarisme dan dapat
dipertanggungjawabkan apabila terdapat kesamaan tulisan dengan tulisan orang lain.
Habibah Shabila