Anda di halaman 1dari 5

Habibah Shabila

1806139310
Hukum Kepailitan – Reguler

Tugas Hukum Kepailitan

Soal:

1. Cari definisi korporasi dari undang-undang dan buat pengelompokan dari definisi-
definisi tersebut.
2. Cari situasi di mana Perseroan yang bubar kemudian likuidasi, serta jelaskan maksud
“bukan badan hukum dalam likuidasi”.
3. Apa yang dimaksud dengan homologasi?

Jawaban:

1. Definisi korporasi diatur dalam sejumlah undang-undang. Pengertian korporasi dalam


sejumlah undang-undang tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan
maksud isi pasalnya. Kelompok pertama, yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang
Pasal 1 angka 5: Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan
Pasal 1 angka 22: korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
teroganisasi, baik berupa badan hukum maupun bukan badan hukum.
c. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pendanaan Terorisme
Pasal 1 angka 4: korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
d. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Pasal 1 angka 1: korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
e. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
Pasal 1 angka 6: korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
Habibah Shabila
1806139310
Hukum Kepailitan – Reguler

f. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian


Pasal 1 angka 25: korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
g. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian
Pasal 1 angka 8: korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum
h. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
Pasal 1 angka 15: korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
i. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara
Pasal 1 angka 22: korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
j. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis
Pasal 1 angka 7: korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik yang merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
k. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura
Pasal 1 angka 25: Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, yang berbadan hukum ataupun tidak berbadan hukum.
l. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme Menjadi Undang-Undang
Pasal 1 angka 10: Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
m. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana
Penjelasan Pasal 87 ayat (1): Yang dimaksud dengan “korporasi” dalam ketentuan
ini adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan
badan hukum maupun bukan badan hukum.
n. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Habibah Shabila
1806139310
Hukum Kepailitan – Reguler

Penjelasan Pasal 42a: Yang dimaksud dengan “korporasi” adalah kumpulan orang
dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik yang berbadan hukum maupun yang
tidak berbadan hukum.
o. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara
Penjelasan Pasal 19 ayat (1): Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan
yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

Kelompok kedua, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika


Pasal 1 angka 21: korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan/atau
kekayaan, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
Pasal 1 angka 13: korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan/atau
kekayaan, baik merupakan badan hukum maupun bukan.

Kelompok ketiga, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Bahan Kimia dan


Larangan Penggunaan Bahan Kimia Sebagai Senjata Kimia
Pasal 1 angka 21: Korporasi adalah kegiatan usaha yang berbentuk badan usaha
dan badan hukum.

2. Situasi di mana Perseroan bubar kemudian diikuti dengan likuidasi diatur dalam Pasal
142 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU
40/2007). Berdasarkan Pasal 142 ayat (1) UU 40/2007, likuidasi wajib dilakukan oleh
likuidator atau kurator dalam hal terjadinya pembubaran Perseroaan. Pembubaran
tersebut menyebabkan Perseroan tidak kehilangan status badan hukumnya sampai
dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atau pengadilan. 1 Namun, sejak terjadinya
pembubaran tersebut, maka berdasarkan Pasal 143 ayat (2) UU 40/2007, setiap surat
keluar Perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi” di belakang nama Perseroan.
Jadi, Perseroan yang bubar kemudian diikuti dengan likuidasi tersebut berada pada
situasi “badan hukum dalam likuidasi”.
1
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No. 106 Tahun 2007,
TLN No. 4756, Ps. 143 (1).
Habibah Shabila
1806139310
Hukum Kepailitan – Reguler

Terdapat pula istilah “bukan badan hukum dalam likuidasi” dalam pengertian setiap
orang yang diatur dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU 37/2004).
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU 37/2004, yang dimaksud dengan setiap orang
adalah orang perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan
hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi.2 Yang dimaksud dengan
kata ‘bukan badan hukum dalam likuidasi’ tersebut adalah badan hukum yang tidak
sedang mengalami likuidasi. Jadi, “bukan badan hukum dalam likuidasi” adalah
badan hukum yang tidak sedang mengalami likuidasi akibat pembubaran Perseroan
berdasarkan Pasal 142 UU 40/2007. Dengan demikian, salah satu subjek yang
termasuk dalam pengertian “setiap orang” dalam Pasal 1 angka 11 UU 37/2004 adalah
badan hukum yang tidak sedang mengalami likuidasi akibat terjadinya pembubaran
Perseroan.

3. Yang dimaksud dengan homologasi adalah pengesahan oleh hakim atas persetujuan
antara debitur dan kreditur untuk mengakhiri kepailitan.3 Homologasi juga diartikan
sebagai pengesahan perdamaian oleh pengadilan untuk mengakhiri kepailitan. 4
Homologasi ini terjadi di dalam proses PKPU. Dalam proses PKPU, proposal
perdamaian akan diajukan oleh debitur kepada para kreditur yang selanjutnya
proposal tersebut akan dibahas di dalam rapat kreditur. Jika proposal perdamaian
tersebut telah mendapatkan persetujuan dari kreditur (mekanisme persetujuan
mengacu pada Pasal 281 ayat (1) huruf a UU 37/2004), maka Pengadilan Niaga dapat
mengesahkan proposal perdamaian tersebut. Pengesahan oleh Pengadilan Niaga
terhadap persetujuan proposal perdamaian inilah yang disebut dengan homologasi.
Ketentuan mengenai alasan Pengadilan Niaga wajib mengesahkan ataupun menolak
proposal perdamaian diatur dalam Pasal 285 UU 37/2004.

Daftar Pustaka

2
Indonesia, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, UU No. 37
Tahun 2004, LN No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443, Ps. 1.
3
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “KBBI Daring,”
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/homologasi, diakses 23 Februari 2021.
4
M. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan (Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan), (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), hlm. 142.
Habibah Shabila
1806139310
Hukum Kepailitan – Reguler

Buku

Subhan, M. Hadi. Hukum Kepailitan (Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008.

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN No. 106 Tahun
2007, TLN No. 4756.

Indonesia. Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, UU


No. 37 Tahun 2004, LN No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443.

Internet

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. “KBBI Daring.”


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/homologasi. Diakses 23 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai