BAB I
PENDAHULUAN
merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi.
Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindroma pre-eklampsia ringan
dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak
diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu
singkat dapat timbul pre-eklampsia berat, bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan
ini menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal, yang teratur dan yang secara rutin
mencari tanda tanda preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan pre-
eklampsia berat dan eklampsia. .2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eklampsia
2.1.1 Definisi
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Secara definisi, eklampsia adalah sebuah komplikasi akut yang
mengancam nyawa dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik-
klonik disusul dengan koma, biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia.
(Preeklampsia dan eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan
dan toksemia kehamilan.) .1,2
2.1.2 Epidemiologi
Epidemiologi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain.
Frekuensi rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan
antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan
pre-eklampsia yang sempurna. Di negara-negara sedang berkembang frekuensi
dilaporkan berkisar antara 0,3%-0,7%, sedang di negara-negara maju angka tersebut
lebih kecil, yaitu 0,05%-0,1%.2
2.1.3 Etiologi
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau
payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan
penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak
dan protein dapat menimbulkan badan keton
b. Merangsang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus
yang
menyebabkan :
2.1.6. Patofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Pada eklampsia dijumpai kadar aldosteron yang
rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron
penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.
Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta.
Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin
sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus
uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga
mudah terjadi partus prematurus. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah
ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang.
Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan
mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat
perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat
penyerapan kembali oleh tubulus. .3,4
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik dioksidasi
sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik menjadi
bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat pulih kembali. Pada
kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih
pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia. .3
4.Terminasi kehamilan
Menurut Pedoman Pengelolaan Hipertensi, dasar-dasar pengelolaan eklampsia:
2.1.11 Komplikasi
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang
– kadang sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah
persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikan
kondisi penderita. Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu beberapa hari
sampai 2 minggu setelah persalinan. Apabila keadaan hipertensi menetap setelah
5
persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler kronis. .
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi
karena pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas yang
disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena penderita
mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat dan pemberian
cairan yang berlebihan. Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat
terjadi bersamaan atau beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan
otak yang masiv. .5,6
Apabila perdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat mengalami
hemiplegia. Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua
dengan riwayat hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan otak dapat
disebabkan pecahnya aneurisma Berry atau arterio venous malformation. Pada
kira – kira 10 % kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan
variasi tingkatannya. .6
Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan ini adalah
terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada lobus
oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik dan
biasanya pengelihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu
2.2. Gemelli1
Kehamilan kembar atau gemelli ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda atau gemelli (2 janin),
triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintiplet (5 janin) dan seterusnya dengan
frekuensi kejadian yang semakin jarang sesuai dengan hukum Hellin.
Kemungkinan suatu kehamilan kembar (gemelli) dapat diketahui sejak usia
kehamilan 5 minggu, dengan melihat jumlah kantung gestasi di dalam kavum uteri.
Diagnosis definitif kehamilan kembar baru boleh ditegakkan bila terlihat lebih dari
satu mudigah yang menunjukkan aktivitas denyut jantung.
Kehamilan kembar bisa berasal dari 2 buah ovum yang dibuahi, yang disebut
kembar dizigot (DZ) atau tidak identik; atau dari sebuah ovum yang dibuahi
kemudian membelah menjadi 2 bagian yang masing-masing berkembang menjadi
mudigah, disebut kembar monozigot (MZ) atau identil. Sekitar 70 % kehamilan
kembar kembar dizigot; sedangkan 30% lainnya merupakan kembar monozigot.
Jenis korionitas dan amnionitas kehamilan kembar akan sangat berpengaruh
terhadap morbiditas dan mortilitas hasil konsepsi.
Jenis korionitas dan amnionitas kehamilan kembar paling mudah diketahui
pada kehamilan trimester I. Sampai kehamilan 10 minggu, bial terlihat 2 kantung
gestasi yang masing-masing berisi mudigah hidup, maka kehamilan kembar
tergolong
dikorionik-diamniotik. Bila hanya terlihat 1 kantung gestasi yang berisi 2 mudigah
hidup, maka kehamilan kembar tergolong monokorionik. Bila pada
kembar monokorionik terlihat 2 kantung amnion yang saling terpisah dan masing-
masing
berisi mudigah hidup, kehamilan kembar tergolong monokorionik diamniotik; dan
bila hanya terlihat 1 kantung amnion yang berisi 2 mudigah yang hidup, kehamilan
tergolong monokorionik-monoamniotik. Pemeriksaan yolk sac juga berguna
untuk menetukan amnionisitas kembar monokorionik.
2.2.1 Patogenesis7
Pada kehamilan kembar sering terjadi distensi uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransi dan seringkali terjadi partus prematurus. Lama kehamilan
kembar dua rata-rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari.
Berat lahir rata-rata kehamilan kembar ± 2500gram, triplet 1800 gram,
kuadriplet 1400gram. Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat
plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan.
Bila terdapat satu amnion yang tidak dipisahkan dengan korion, maka bayi
tesebut adalah monozigotik.Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka janin
tersebut bisa monozigotik tetapi lebih sering dizigotik. Pada kehamilan kembar dizigotik
hampir selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet atau kembar siam
terjadi bila hambatan pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus amnion
terbentuk, bagian tubuh yang dimiliki bersama dapat.
Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada
kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester I sering
mengalami nausea dan muntah melebihi daripada kehamilan-kehamilan tunggal.
Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan
kembar, dan rata-rata kehilangan darah dengan persalinan pervaginam adalah 935 ml,
atau hampir 500 ml lebih banyak dibanding dengan persalinan dari janin tunggal.
Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional lebih
sedikit pada kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal,
yang menimbulkan “anemia fisiologis” yang lebih nyata. Kadar haemoglobin
kehamilan kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan.
Sebagaimana diperbandingkan dengan kehamilan tunggal, cardiac output
meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung serta peningkatan stroke
volume.Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin banyak meningkatkan
perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan.Uterus dan isinya dapat mencapai
volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon.
Khusus dengan kembar dua monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari
jumlah cairan amnionik yang nyata sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut.Dalam
keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan banyak viscera
abdominal selain juga paru dengan peninggian diafragma.
Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal
maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya sebagai
akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urine output maternal
dengan segera kembali ke normal setelah persalinan. Berbagai macam stress
kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan dari komplikasi-komplikasi maternal
yang serius hampir tanpa kecuali akan lebih besar pada kehamilan kembar.
Frekuensi preeklampsia dan eklampsia dilaporkan lebih sering pada kehamilan
kembar.Hal ini diterangkan dengan penjelasan bahwa keregangan uterus yang
berlebihan menyebabkan iskemia uteri. Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada
kehamilan kembar adalah sebagai berikut :
Ibu Anak
Anemia Hidramnion
Hipertensi Malpresentasi
Partus prematurus Plsenta previa
Atonia uteri Solusio plasenta
Perdarahan pasca Ketuban pecah dini
persalinan
Prolapsus funikulus
Pertumbuhan janin terhambat
Kelainan bawaan
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Jl. KH Azhari lr. Gencana Palembang
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
3.2. Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Hamil 33 minggu,Kejang disertai sakit kepala,pandangan mata kabur dan
nyeri ulu hati
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita mengaku hamil 33 minggu disertai keluhan kepala
pusing,penglihatan kabur,nyeri di ulu hati dan kejang pada saat datang
kerumah sakit.
Penderita mengaku hamil anak pertama,dengan riwayat abortus satu
kali,pada pemeriksaan os mengandung bayi kembar. Riwayat keluar air-air
e. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 14 tahun
Siklus : 29 hari
Lama haid : 5 hari
Dismenorrhea : (-)
HPHT : Lupa
TP :-
f. Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali, dengan lama penikahan 9 tahun
g. Riwayat Persalinan
1.Laki-laki, usia 8 tahun, lahir spontan, 2900
gr 2. Abortus
3. Hamil ini
h. Riwayat KB :
2. Status Obstetri
Inspeksi : perut tampak buncit
Palpasi :
- Fundus uteri teraba 3 jari di bawah procecus xiphoideus
- Letak janin melintang dan memanjang
- His (+)
Auskultasi : DJJ I 148 x/menit
DJJ II 136
x/menit
Kesan : TFU 3 jari di bawah procecus xiphoideus, hamil
preterm, letak lintang & presentasi kepala, DJJ I
148 x/menit &
DJJ II 137 x/menit
Pemeriksaan dalam: Portio kuncup
3.2 DIAGNOSIS
G1P0A0 hamil 33-34 minggu dengan eklampsia belum inpartu janin gemelli
hidup letak lintang dan presentasi kepala.
Hb : 9,4 gr/dL
Leukosit : 13.900/cmm
Trombosit : 263.000 /ul
LED : 68 mm/jam
Difcount: 0/0/0/87/9/4
Golongan darah: A
Waktu perdarahan: 3 menit
Waktu pembekuan: 11 menit
Proteinuria : ++++
Pregnancy Strip test : +
Ureum : 31
mg/dL Creatinin : 0.9
mg/dL Uric acid :
9,9 mg/dL BSS : 74
mg/dL
LAPORAN OPERASI
Nama : Ny. Z
Jenis Kelamin :
Perempuan Umur : 31
tahun
Pav. : Kebidanan
Dokter : dr. Msy Yenni Indriyani, SpOG
FOLLOW UP
Tanggal 26 Mei 2013, pukul 06.00 WIB
S : nyeri disekitar luka operasi,
pusing O : KU : tampak sakit sedang
Sensorium: compos mentis
Vital Sign :
TD : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,4 °C
Status obstetri :
TFU : 1 jari di bawah umbillicus
Kontraksi uterus : kuat
Tanda cairan bebas (-)
Nyeri tekan abdomen (+)
Lochea rubra (+)
A : P1A0 post SSTP a.i eklampsia dan
gemeli P :
- Kateter menetap 24 jam
- Imobilisasi bertahap
- Check Hb post operasi
- IVFD RL + induksin 2 ampul gtt xx/menit
- Cefotaxine 2 x 1 gr (I.V)
- Metronidazole 3 x 100 ml infus kocor
- Inj MgSo4 20 cc
- Nifedipin tab 3x10 mg
Sensorium: compos
mentis Vital Sign :
TD : 120 / 90mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Status obstetri :
TFU : 3 jari di bawah umbillicus
Kontraksi uterus : kuat
Tanda cairan bebas (-)
Nyeri tekan abdomen (+)
Lochea rubra (+)
A : P1A0 post SSTP a.i eklampsia dan
gemeli P :
- Kateter menetap 24 jam
- IVFD RL + induksin 2 ampul gtt xx/menit
- Inj Cefotaxine 2 x 1 gr (I.V)
- Metronidazole 3 x 100 ml infus kocor
- Inj MgSo4 20 cc
- Adalat tab 3x10 mg
Sensorium: compos
mentis Vital Sign :
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Status obstetri :
TFU : 3 jari di bawah umbillicus
Kontraksi uterus : kuat
Tanda cairan bebas (-)
Nyeri tekan abdomen (+)
Lochea rubra (+)
A : P1A0 post SSTP a.i eklampsia dan
gemeli P :
- IVFD RL gtt xx/menit
- Cefotaxine 2 x 1 gr (I.V)
- Metronidazole 3 x 100 ml infus kocor
- Inj MgSo4 20 cc
- Adalat tab 3x10 mg
Vital Sign :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Status obstetri :
Tinggi Fundus Uteri : 3 jari di bawah umbillicus
Kontraksi uterus : kuat
Tanda cairan bebas (-)
Nyeri tekan abdomen (+)
Lochea rubra (+)
A : P1A0 post SSTP a.i eklampsia dan
gemeli P :
- IVFD RL gtt xx/menit
- Metronidazole 3 x 500 mg
- Nifedipin tab 3x10 mg
- As.Mefenamat tab 3x500 mg
- Adalat tab 3x10 mg
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Status obstetri :
TFU : 3 jari di bawah umbillicus
Kontraksi uterus : kuat
Tanda cairan bebas (-)
A : P1A0 post SSTP a.i eklampsia dan gemeli
P :
- Kateter aff
- Mobilisasi bertahap
- IVFD aff
- ASI / PASI pada bayi
- Vulva hygiene
- Terapi oral : Ciprofloxacin 3x500 mg tab, asam
mefenamat 3 x 500 mg tab, Adalat Tab 3x10 mg
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus dari seorang pasien usia 31 tahun yang
masuk ke kebidanan RSUD Palembang Bari pada tanggal 24 Mei 2013
dikirim dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan pusing,nyeri ulu
hati dan disertai kejang.
Diagnosis pasien ini G1P0A0 hamil 32-33 minggu dengan
eklampsia janin gemelli hidup letak lintang dan presentasi kepala. Dari
anamnesis didapatkan keluhan penderita Penderita mengaku hamil 33
minggu disertai keluhan kepala pusing,penglihatan kabur,nyeri di ulu hati
dan kejang pada saat datang kerumah sakit. Penderita mengaku hamil anak
pertama,dengan riwayat abortus satu kali,pada pemeriksaan os mengandung
bayi kembar. Riwayat keluar air-air belum dirasakan. Riwayat merokok dan
minum alkohol disangkal
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik : edema +/+ dan pemeriksaan
penunjang seperti urin rutin yang menunjukkan protein urin (++++) atau
proteinuria. Pemeriksaan ini menegakkan diagnosis . Pada saat datang ke
rumah sakit, penderita datang dalam keadaan pusing, lemas dan tampak sakit