Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang
terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta
terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan
sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma
dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah
memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki
kondisi umum klien.
3. amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan.
Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat
seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah :
1. amputasi terbuka
2. amputasi tertutup.
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi
tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong
kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi,
menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan
intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese
( mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang
mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan
keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.
Manajemen Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam
Keperawatan
tiga tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan
pada tahap postoperatif.
a. Pre Operatif
Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan
pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien
dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan
dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan
kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum
kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya
tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan
tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi
tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan
darurat.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan
Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa
keperawatan yang dapat timbul antara lain :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kegiatan perioperatif.
Karakteristik penentu :
- Mengungkapkan rasa tajut akan pembedahan.
- Menyatakan kurang pemahaman.
- Meminta informasi.
Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria evaluasi :
- Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
- Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.
INTERVENSI RASIONAL
Memberikan Secara psikologis
bantuan secara fisik meningkatkan rasa aman dan
dan psikologis, meningkatkan rasa saling
memberikan
percaya.
dukungan moral.
Menerangkan
Meningkatkan/memperbaiki
prosedur operasi
pengetahuan/ persepsi klien.
dengan sebaik-
baiknya.
b. Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan
kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan)
perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal
klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi
cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan
kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan
dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan
luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang
dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan
drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya
dimasa postoperatif.
Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi.
c. Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk
mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi,
khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan
tindakan yang mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien
belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan
jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi
kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan
mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi
adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah,
terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup.
Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan
perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan
mempertahankan kondisi optimum klien.
Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar
klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau
mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan
kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta
mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang
lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien
seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah
nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi.
Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena
membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena
merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah
ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan
menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain
adalah :
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi
bedah sekunder terhadap amputasi
Karakteristik penentu :
- Menyatakan nyeri.
- Merintih, meringis.
Tujuan : nyeri hilang / berkurang.
Kriteria evaluasi :
- Menyatakan nyeri hilang.
- Ekspresi wajah rileks.
-
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi nyeri : berasal dari Sensasi panthom limb
sensasi panthom limb atau memerlukan waktu yang lama
dari luka insisi. Bila terjadi untuk sembuh daripada nyeri
nyeri panthom limb akibat insisi.
Klien sering bingung
membedakan nyeri insisi
dengan nyeri panthom limb.
Beri analgesik
( kolaboratif ). Untuk menghilangkan nyeri
Infeksi
Lakukan perawatan luka Mencegah terjadinya infeksi.
adekuat.
Perdarahan
Menghindari resiko
Pantau :
kehilangan cairan dan resiko
-Masukan dan
terjadinya perdarahan pada
pengeluaran cairan. daerah amputasi.
- Tanda-tanda vital
tiap 4 jam. Sebagai monitor status
- Kondisi balutan tiap 4-8 hemodinamik
jam.
Emboli lemak
Memantau tanda emboli
Monitor pernafasan.
lemak sedini mungkin
Untuk mempercepat tindakan
bila sewaktu-waktu dperlukan
untuk tindakan yang cepat.
Persiapkan oksigen
Pertahankan posisi
Mengurangi kebutuhan
flower atau tetap tirah
oksigen jaringan atau
baring selama beberapa
memudahkan pernafasan.
waktu
APENDISITIS
Hj. Eli Hendalia, dr, MHKes
NIP. 196808292002122003
Definisi Apendisitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada
appendiks yang merupakan kasus gawat bedah abdomen yang paling
sering terjadi.
Etiologi Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau
penyumbatan akibat :
Patofisiologi
Manifestasi Klinis Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh
demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan
lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas
mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau
diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila
appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa
di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya
dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi
menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau
ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat
terjadi.
Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri,
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran
bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih
menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien
memburuk.
Komplikasi Apendisitis
Penatalaksanaan Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi
appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi,
istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan
yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain
diperut kanan bawah.
c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk
duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan
lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat,
klien pulang.
Pengkajian Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Keperawatan
1. riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post operasi
apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan
leukosit.
3. pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
b. Post operasi
e. Wawancara.
Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulit
Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi
untuk melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal
ini akan menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi.
Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada
gangguan fisik, tenaga mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.
Evaluasi
Referensi
1). Dihydrotestosteron
2). Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
3). Interaksi stroma - epitel
4). Berkurangnya sel yang mati
5). Teori sel stem
Diagnosis
1). Anamnesa
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin.
Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan
uroflowmeter dengan penilaian :
a). Flow rate maksimal 15 ml / dtk = non obstruktif.
b). Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.
c). Flow rate maksimal 10 ml / dtk = obstruktif.
1). Observasi
2). Medikamentosa
3). Pembedahan
Post Operasi :
Rencana 1. Sebelum
Keperawatan
Operasi
Kriteria hasil:
- Klien akan melakukan perubahan perilaku.
- Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.
-Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan
kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan .
Rencana tindakan:
1. Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4
minggu .
R/ Dapat menimbulkan perdarahan .
2. Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB
selama 4-6 minggu; dan memakai pelumas tinja untuk
laksatif sesuai kebutuhan.
R/ Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja
bisa mengurangi kebutuhan mengedan pada waktu
BAB
3. Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000
ml/hari.
R/ Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah .
4. Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.
R/. Untuk menjamin tidak ada komplikasi .
5. Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah
penuh .
R/ Untuk membantu proses penyembuhan .
Referensi Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Pengkajian 1. Pengkajian
b) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
c) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
d) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
e) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
f) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
g) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
h) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
i) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
j) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-
5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Diagnosa 1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
Keperawatan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka
bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau
keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap
luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan
respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;
pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen
luka.
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi
aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas
dengan edema.
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari
proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma :
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka
bakar dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan
krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan
nyeri.
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak
mengenal sumber informasi.
Rencana
Keperawatan Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan
Intervensi
Kriteria Hasil
Resiko bersihan Bersihan jalan nafas Kaji refleks gangguan/menelan;
jalan nafas tidak tetap efektif. perhatikan pengaliran air liur,
efektif berhubungan Kriteria Hasil : Bunyi ketidakmampuan menelan, serak,
dengan obstruksi nafas vesikuler, RR batuk mengi.
trakheobronkhial; dalam batas normal, Awasi frekuensi, irama, kedalaman
oedema mukosa; bebas pernafasan ; perhatikan adanya
kompressi jalan dispnoe/cyanosis. pucat/sianosis dan sputum
nafas . mengandung karbon atau merah
muda.
Auskultasi paru, perhatikan stridor,
mengi/gemericik, penurunan bunyi
nafas, batuk rejan.
- Kalium
- Antasida
Pantau:
- Tanda-tanda vital setiap jam
selama periode darurat, setiap 2
jam selama periode akut, dan
setiap 4 jam selama periode
rehabilitasi.
- Warna urine.
- Masukan dan haluaran setiap
jam selama periode darurat,
setiap 4 jam selama periode akut,
setiap 8 jam selama periode
rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL dan laporan
elektrolit.
- Berat badan setiap hari.
- CVP (tekanan vena sentral)
setiap jam bial diperlukan.
- Status umum setiap 8 jam.
Resiko kerusakan Pasien dapat Pantau laporan GDA dan kadar karbon
pertukaran gas mendemonstrasikan monoksida serum.
berhubungan oksigenasi adekuat.
dengan cedera Kriteroia evaluasi:
inhalasi asap atau RR 12-24 x/mnt, Beriakan suplemen oksigen pada
sindrom warna kulit normal, tingkat yang ditentukan. Pasang atau
kompartemen GDA dalam renatng bantu dengan selang endotrakeal dan
torakal sekunder normal, bunyi nafas temaptkan pasien pada ventilator
terhadap luka bakar bersih, tak ada mekanis sesuai pesanan bila terjadi
sirkumfisial dari kesulitan bernafas. insufisiensi pernafasan (dibuktikan
dada atau leher. dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales,
takipnea dan perubahan sensorium).
Anjurkan pernafasan dalam dengan
penggunaan spirometri insentif setiap
2 jam selama tirah baring.
Pertahankan posisi semi fowler, bila
hipotensi tak ada.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott
Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik
Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta
HERNIA
Hj. Eli Hendalia, dr, MHKes
NIP. 196808292002122003
Definisi Hernia adalah suatu benjolan isi perut dari rongga yang
normal melalui lubang kongenital atau di dapat. Hernia
abdominalis adalah suatu defek pada fasia dan
muskoloaponeurotik dindidng perut, baik secara congenital
atau di dapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat
tubuh selain yang bisa melalui dinding tersebut. Lubang itu
dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup
atau melebar akibat tekanan rongga perut yang meninggi.
– Kantong hernia
– Isi hernia
– Cincin hernia
Etiologi Hernia dapat terjadi pada semua umur, baik tua maupun
muda. Pada anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh
kurang sempurnanya procesus vaginalis menutup seiring dengan
turunnya testis (buah zakar). Biasanya yang sering terkena
adalah bayi/anak laki-laki. Pada orang dewasa, hernia terjadi
karena adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena faktor usia.
B. GEJALA KHUSUS
Reponible
Irreponible
Incarcerata
Strangulata
C. MACAM HERNIA
1. Hernia Inguinalis
Lateralis
Medialis
2. Hernia Umbilikus
3. Hernia Abdominalis
4. Hernia Femoralis
5. Hernia Epigastrik
Gejala klinis
Adanya turun berok
Mual
Muntah
Nyeri pada benjolan
Pemeriksaan fisik
Bila ada hernia maka akan nampak benjolan. Bila benjolan
sejak permulaan sudah nampak, maka harus di buktikan
bahwa benjolan itu dapat di masukkan kembali
Pemeriksaan cincin hernia
3. MASSA SKROTUM
a. Pengertian :
Massa Skrotum adalah suatu benjolan atau
pembengkakan yang bisa dirasakan di dalam skrotum
(kantung zakar).
b. Penyebab :
Penyebab dari pembentukan massa skrotum bisa
berupa:
- Peradangan maupun infeksi (misalnya epididimitis)
- Cedera fisik pada skrotum
- Herniasi (hernia inguinalis)
- Tumor.
c. Gejala
Benjolan/pembengkakan di dalam skrotum, dengan
ataupun tanpa rasa nyeri
Bisa terjadi kemandulan
Skrotum membesar.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Jika menemukan pembesaran massa skrotum yang
besar, hal ini adalah kemungkinan adanya hernia,
maka anjurkan pasien untuk tidur terlentang.
Dengan posisi tersebut diharapkan massa akan
kembali sendiri ke dalam abdomen. Jika massa
tersebut masuk, maka massa tersebut adalah suatu
hernia.
2. Palpasi
Masukkan jari di atas massa di dalam scrotum, jika
jari dapat masuk berarti suspek hidrokel
3. Auskultasi
Dengarkan massa dengan stetoskop, jika terdengar
bunyi usus berarti suatu hernia, tetapi jika terdengar
bising usus berarti suatu hidrokel
4. HERNIA UMBILIKUS
Pada bayi laki-laki dan perempuan hernia umbilikus terjadi
bila penutupan umbilikus (bekas tali pusar) tidak sempurna.
Seharusnya, bila penutupan membuat umbilikalis tetap
terbuka. Bila hal ini terjadi, tentu akan menyisakan lubang
sehingga usus bisa keluar masuk ke daerah tersebut.
5. HERNIA ABDOMINALIS
adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui
suatu defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding
perut,baik secara kongenital atau didapat,yang memberi
jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui
dinding tersebut.
6. HERNIA FEMORALIS
Pada umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian
pada wanita kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa
benjolan di lipat paha. Sering penderita datang ke dokter
atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di lipat paha di bawah
ligamentum inguinale, di medial vena femoralis dan lateral
tuberkulum pubikum.
Diagnosa 1. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
Keperawatan berhubungan dengan penurunan masukan sekunder
& terhadap anoreksia dan peningkatan kebutuhan terhadap
Intervensi kalori dan protein untuk penyembuhan luka
Intervensi:
mengkaji pola makan sebelum dan sesudah sakit
mengkaji adanya mual dan muntah
menganjurkan untuk makan dalam keadaan hangat dan
sedikit tapi sering
kolaborasi pemberian obat dengan tim medis lain
2. Resiko infeksi yang berhubungan dengan adanya media
untuk masuknya microorganisme sekunder terhadap luka
post operasi, terpasang infus dan terpasang kateter.
Intervensi:
kaji tanda-tanda infeksi dengan membuka luka
melakukan perawatan luka setiap hari
menganjurkan pasien makan tinggi protein dan makan
buah yang banyak mengandung vitamin c
ajarkan mencuci tangan dengan benar
kolaborasi pemberian obat dengan tim medis lain
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot.
Intervensi:
mengkaji skala nyeri
kaji lama nya nyeri muncul
menjelaskan sebab-sebab nyeri
distraksi nyeri
jelaskan faktor-faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
kolaborasi pemberian obat dengan tim medis lain
Kanker
Hj. Eli Hendalia, dr, MHKes
NIP. 196808292002122003
Definisi Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar
kehidupan sel, mengubah genom sel (komplemen genetik total
sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-
sel.
Penyebab mutasi genom berubah dari satu atau lebih gen atau
mutasi dari segmen besar dari untai DNA yang mengandung
banyak gen atau kehilangan segmen kromosom besar (Guyton,
1981).
1. Payudara
Kanker Paru
3. Laring
4. Paru
5. Leukemia
6. Pankreas
7. Prostat
8. Gaster
9. Uterus
10. Serviks
Penamaan Kanker
Peran Perawat
Jenis Pembedahan :
1. Biopsi
2. Rekontruksi
3. Paliatif
4. Adjuvant
8. Kuratif
Kemotherapi
Komplikasi Kemotherapi
- alopecia
- mucositis
2. toksik
Radiotherapy
1. Kaji & catat kondisi mukosa mulut (lidah, bibir, dinding &
langit-langit mulut) & kaji adanya stomatitis tiap shift.
Ajarkan pada klien cara mendeteksi dini adanya stomatitis
2. Kaji kenyamanan & kemampuan untuk makan & minum
3. Kaji status nutrisi klien
4. Anjurkan & ajarkan klien membersihkan mulut (kumur-
kumur) tiap 2 jam
5. Gunakan cairan fisiologis, atau campuran cairan fisiologis dan
BicNat (1 sdt dicampur 800 cc air) tiap 4 jam atau,
6. Gunakan larutan H2O2 dg perbandingan 1 : 4, atau
7. Obat kumur Listerine
8. Anjurkan & ajarkan sikat gigi dan menggunakan dental floss,
& tidak dilakukan jika leukosit <1500/mm3>
9. Anjurkan & jelaskan klien untuk melepas gigi palsu saat
kumur-kumur & saat sedang iritasi mukosa
10. Anjurkan & ajarkan klien untuk melembabkan mulut dengan
cara banyak minum dan menggunakan pelembab bibir
11. Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, panas & asam)
& jelaskan pada klien
TUMOR
Hj. Eli Hendalia, dr, MHKes
NIP. 196808292002122003
Definisi Tumor_ merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi
berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah
• Genetic
• Gender / jenis kelamin
• Usia
• Rangsangan fisik berulang
• Hormon
• Infeksi
• Gaya hidup
• karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
Manifestasi Klinis Ada tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih
lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu :
1) Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau
gangguan.
2) Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
3) Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh.
4) Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor).
5) Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, mejadi makin
besar dan gatal.
6) Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.
7) Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.
Klasifikasi Tumor
Berdasarkan asal jaringan, tumor dapat dibagi menjadi:
1) Tumor yang berasal dari epithelial
fibroma, fibrosarcoma
myxoma, myxosarcoma
chondroma, chondrosarcoma
osteoma, osteosarcoma (osteogenic sarcoma)
lipoma, liposarcoma
Otot:
leiomyoma, leiomyosarcoma
rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma
Endothelium:
Sirkulasi
Integritas ego
Makanan / cairan
Pernapasan
Keamanan
Penyuluhan / Pembelajaran
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat
ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
3)
Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.
Kriteria hasil : - pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas
untuk mengisi waktu luang.
- mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat
mengembangkan koping yang efektif.
- menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.
- berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
4)
Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan
dalam peran keluarga.
Kriteria hasil : - pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.
- paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan
berhubungan dengan perawatan setelah rawat inap.
5)
Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Kriteria hasil : - mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.
- menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.
- mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat
ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
6)
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang..
- melakukan pergerakkan dan perpindahan.
- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,
pengawasan, dan pengajaran.
Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
Evaluasi