Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi iklim yang telah mengalami perubahan akibat pemanasan global


sangat tidak menentu. Hal ini menyebabkan arah dan kecepatan angin bisa
berubah-ubah setiap saat. Padahal dalam aspek pertanian arah dan kecepatan
angin sangat mempengaruhi terjadinya hujan. Udara yang bergerak dan berpindah
tempat disebut angin. Angin dalam proses pertanian sangat berpengaruh. Angin
dapat membantu penyerbukan bunga, sebagai contoh pada tanaman padi. Angin
membantu petani mengairi sawah mereka. Sebab angin membantu menggerakkan
kincir angin yang dibuat petani untuk mengambil air dari dalam sumur.
Bila kincir angin itu bergerak maka air dari dalam sumur akan naik ke
permukaan kemudian air dialirkan ke sawah. Ada lagi manfaat angin yang sangat
menakjubkan. Angin membawa awan-awan yang mengadung air ke suatu tempat
untuk diturunkan hujan di tempat tersebut.
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah
yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi
serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga
menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke
tempat lain.
Saat ini angin dapat dibuat. Angin buatan dapat dibuat dengan
menggunakan berbagai alat mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Secara
sederhana angin dapat kita ciptakan sendiri dengan menggunakan telapak tangan,
kipas sate, koran, majalah, dan lain sebagainya dengan cara dikibaskan.
Sedangkan secara rumit angin dapat kita buat dengan kipas angin listrik,
pengering tangan, hair dryer, pompa ban, dan lain sebagainya. Secara alami kita
bisa menggunakan mulut, hidung, lubang dubur, dan sebagainya untuk
menciptakan angin.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
menggunakan anemometer dan cara membacanya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan


juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila udara
dipanaskan, maka udara akan memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih
ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya
berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah
tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara
menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan
turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.

2.1.1 Jenis-jenis angin


a. Angin laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang
umumnya terjadi pada siang hari.
b. Angin darat
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang
umumnya terjadi pada saat malam hari.
c. Angin lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah
puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
d. Angin gunung
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah
gunung yang terjadi pada malam hari.
e. Angin Fohn
Angin Fohn adalah angin yang terjadi setelah hujan orografis. angin yang
bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda.
Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang
tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain. Angin Fohn yang
jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering. Angin ini bersifat panas dan
merusak.
Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin
ini daya tahan tubuhnya akan menurun.
f. Angin Munsoon
Angin Munsoon adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3
bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan
yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada
setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun
berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada bulan Oktober – April, matahari
berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak
memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat
pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat
tekanan udara tinggi (kompresi).
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Februari 2015. Di jurusan


Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, blower,


anemometer, dan alat-alat tulis.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Hidupkan blower dengan cara menekan tombol “on/off” pada bagian
belakang blower.
3. Atur katup blower sesuai kebutuhan, apakah ingin tertutup, terbuka
setengah, ataupun terbuka sepenuhnya.
4. Ukur jarak dari blower sepanjang 10 cm, 20 cm, dan 30 cm.
5. Hidupkan anemometer dengan menekan tombol “on/off” dan letakkan
kincir anemometer pada jarak 10 cm.
6. Tekan tombol “max/min” pada anemometer dan catat kecepatan angin
yang tertera pada layar anemometer.
7. Lakukan hal yang sama pada jarak 20 cm dan 30 cm.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Anemoemeter dengan katup tertutup


Kecepatan
Jarak (cm)
Maksimum (km/jam) Minimum (km/jam)
10 28,4 28,0
20 27,4 26,1
30 23,4 20,8

Anemometer dengan katup setengah terbuka

Kecepatan
Jarak (cm)
Maksimum (km/jam) Minimum (km/jam)
10 38,2 36,8
20 25,1 25,6
30 22,4 21,7

Anemometer dengan katup terbuka penuh

Kecepatan
Jarak (cm)
Maksimum (km/jam) Minimum (km/jam)
10 46,6 46,2
20 41,9 37,0
30 38,6 37,4

4.2 Pembahasan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti yang
tertera di atas. Pada percobaan pengukuran kecepatan angin menggunakan blower
dengan katup tertutup, kecepatan angin yang dihasilkan kecil. Hal ini terjadi
karena tidak ada penambahan udara atau udara yang masuk dari luar blower
sehingga kecepatan angin hanya berdasarkan kecepatan dari perputaran motor
penggerak yang berada di dalam blower. Jarak pengukuran juga dapat
mempengaruhi hasil pengukuran kecepatan angin, jika dilihat dari hasil di atas
maka pada jarak 10 cm kecepatan angin yang terukur adalah sebesar 28,4 km/jam.
Namun, pada jarak 20 cm dan 30 cm kecepatan angin menurun menjadi 27,4
km/jam dan turun kembali ke kecepatan 23,4 km/jam. Hal ini membuktikan
bahwa semakin jauh jarak suatu objek dari arah datangnya angin maka kecepatan
angin yang diterima objek tersebut akan lebih kecil jika dibandingkan denga objek
yang berada di dekat arah datangnya angin.

Pengukuran pada blower dengan katup setengah terbuka, terjadi


penambahan aliran udara akibat dibukanya sedikit katup udara pada blower. Hal
ini menyebabkan bertambahnya kecepatan aliran udara pada blower sehingga
hasil pengukuran dengan menggunakan anemometer menunjukkan keinaikan
yaitu pada jarak 10 cm, kecepatan angin yang terukur adalah sebesar 38,2 km/jam,
jarak 20 cm kecepatan angin yang terukur adalah 25,1 km/jam, dan kecepatan
angin pada jarak 30 cm adalah 22,4 km/jam.

Pengukuran pada blower dengan katup terbuka sepenuhnya menghasilkan


udara yang lebih kencang dan cepat, hal ini disebabkan karena udara dari luar
blower ikut tersedot masuk ke dalam blower sehingga udara pada blower
bertambah. Hasil pengukuran dari blower dengan katup terbuka sepenuhnya ini
pada jarak 10 cm, 20 cm, dan 30 cm berturut-turut adalah sebesar 46,6 km/jam,
41,9 km/jam, 38,6 km/jam.

Pada proses pengukurannya, setelah pengukuran anemometer di satu titik


maka anemometer harus dimatikan, hal ini dimaksudkan agar hasil pengukuran
nilai maksimum anemometer tidak terjadi error, karena hasil pembacaan nilai
maksimum di titik selanjutnya akan menggunakan nilai maksimum di jarak
sebelumnya dan hasil pengukuran akan salah. Jika pada pengukuran nilai
maksimum dan minimum kecepatan angin mengalami kesalahan seperti nilainya
terus berubah-ubah, sama atau bahkan lebih tinggi, maka anemometer harus
disetel ulang dengan cara menghidupkan ulang anemometer tersebut agar hasil
pengukuran tidak mengalami kesalahan.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di ambil pada praktikum ini adalah sebagai
berikut.

1. Anemometer adalah alat untuk mengukur kecepatan angin.


2. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara
rendah
3. Jarak anemometer dengan blower mempengaruhi kecepatan angin yang
terukur.
4. Keadaan katup pada blower mempengaruhi kecepatan angin yang
dihasilkan oleh blower.
5. Ketinggian juga mempengaruhi kecepatan angin.

5.2 Saran

Dalam praktikum ini sebaiknya anemometer yang digunakan perlu diganti,


karena anemometer ini sering mengalami kesalahan seperti menunjukkan nilai
yang selalu berubah-ubah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Anemometer. (online pada http://
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemometer. Diakses pada 10 maret 2015)

Anonim. 2015. Pengertian anemometer dan jenisnya. (online pada http://


http://www.penguji.com/pengertian-anemometer-dan-jenisnya/. Diakses
pada 11 maret 2015)

Anonim. 2014. Pengertian anemometer. (online pada http://


http://www.pengertianahli.com/2014/06/pengertian-anemometer.html.
Diakses pada 11 maret 2015)

Agusra. 2011. Artikel anemometer. (online pada http:// http://artikeldanmakalah-


agusra.blogspot.com/2011/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html. Diakses pada 11 maret 2015)

Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.

Lampiran Gambar

Anda mungkin juga menyukai