Sistem Derajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam
Sistem Derajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam
BAB V
SISTEM DERAJAT KEBEBASAN TUNGGAL TAK TEREDAM
V.1. Umum
Dalam dinamika struktur, jumlah koordinat bebas (independent coordinates)
diperlukan untuk menetapkan susunan atau posisi sistem pada setiap saat, yang
berhubungan dengan jumlah derajat kebebasan (degree of fredom). Pada
umumnya, struktur berkesinambungan (continuous structure) mempunyai jumlah
derajat kebebasan (number of degrees of fredom) tak berhingga. Namun dengan
proses idealisasi atau seleksi, sebuah model matematis yang tepat dapat
mereduksi jumlah derajat kebebasan menjadi suatu jumlah diskrit dan untuk
beberapa keadaan dapat menjadi berderajat kebebasan tunggal. Pada gambar
V.1. terlihat beberapa contoh struktur yang dapat dianggap sebagai struktur
berderajat kebebasan satu (one degree of freedom) dalam analisis dinamis, yaitu
struktur yang dimodelisasikan sebagai sistem dengan koordinat perpindahan
tunggal (single displacement coordinate).
Sistem derajat kebebasan tunggal ini dapat dijelaskan secara tepat dengan
model matematis seperti pada Gambar V.2, dimana memiliki elemen-elemen
sebagai berikut :
(1). Elemen massa (m), menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur.
(2). Elemen pegas (k), menyatakan gaya balik elastis (elastic restoring force)
dan kapasitas energi potensial dari struktur.
V-2
(3). Elemen redaman (c), menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi dari
struktur.
(4). Gaya pengaruh (F(t)), menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem
struktur.
Dengan mengambil model matematis pada gambar V.2, dianggap bahwa tiap
elemen dalam sistem menyatakan satu sifat khusus, yaitu
(1). Massa (m), menyatakan sifat khusus inersia (property of inertia), bukan
elastisitas atau kehilangan energi.
(2). Pegas (k), menyatakan elastisitas, bukan inersia atau kehilangan energi.
(3). Peredam (c), menyatakan kehilangan energi.
Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada gambar V.4 disebut pegas
lemah, dimana pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan cenderung
mengecil pada saat deformasi pegas menjadi makin besar.
Gambar V.5. Kombinasi Pegas (a). Pegas Paralel; (b) Pegas Seri
Untuk dua pegas paralel, gaya P yang diperlukan untuk membuat perpindahan
pada satu sistem adalah sebesar perkalian antara perpindahan dengan jumlah
kedua konstanta pegas tersebut, sehingga besar kekakuan pegas total adalah :
k e = k1 + k 2 ...................... (V.2)
Atau secara umum, dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
k e = ∑ k i ...................... (V.3)
i =1
∑F x = ma x ..................... (V.9a)
∑F y = ma y ..................... (V.9b)
∑F z = ma z ..................... (V.9c)
V-6
∑M G = I G α .................................... (V.10c)
dimana :
(aG )x , (aG ) y : komponen percepatan sepanjang sumbu x dan y dari pusat benda
yang bermassa G
α : percepatan sudut
IG : momen inersia massa benda terhadap sumbu melalui pusat
massa G
Gambar V.6. Diagram Free Body, (a). Sistem Derajat Kebebasan Tunggal;
(b). Gaya-gaya Luar
Berat dari mg dan reaksi normal N dari permukaan penunjang diperlihatkan juga
untuk pelengkap meskipun gaya-gaya ini bekerja pada arah vertikal dan tidak
termasuk dalam persamaan gerak yang ditulis menurut arah y. Penggunaan
Hukum Gerak Newton memberikan,
− ky = m&y& (V.11)
Dimana gaya pegas bekerja pada arah negatif mempunyai tanda minus dan
percepatan dinyatakan oleh &y& . Pada notasi ini, dua titik di atas menyatakan
turunan kedua terhadap waktu dan satu titik menyatakan turunan pertama
terhadap waktu, yaitu kecepatan.
Gambar V.7. Diagram Free Body, (a). Sistem Derajat Kebebasan Tunggal;
(b). Gaya-gaya Luar dan Inersia
Gambar V.7(b) memperlihatkan Diagram Free Body dengan gaya inersia m&y&
yang sama dengan massa dikalikan percepatan dan selalu diberikan arah negatif
terhadap koordinat yang bersangkutan. Penggunaan prinsip d’Alembert
memungkinkan pemakaian persamaan keseimbangan untuk mendapatkan
persamaan gerak. Pada Gambar V.7(b), jumlah gaya-gaya pada arah y
memberikan persamaan sebagai berikut :
Contoh V.1
Tunjukkan bahwa persamaan differensial yang sama akan didapat gerak vertikal
benda yang tergantung pada pegas dan benda yang sama bergetar sepanjang
sumbu horisontal, seperti pada Gambar V.8(a) dan V.8(b). Diagram Free Body
kedua osilator sederhana tersebut terlihat pada Gambar V.8(c) dan V.8(e)
termasuk gaya inersianya.
differensial tersebut. Karena variable bebas y dan turunan keduanya &y& pada
persamaan (V.12) berderajat satu, maka persamaan tersebut diklasifikasikan
linier orde kedua. Selain itu, karena y dan &y& (demikian pula k dan m) adalah
konstan dan sisi sebelah kanan sama dengan nol, maka persamaan tersebut
diklasifikasikan sebagai homogen dengan koefisien konstan. Sehingga, untuk
memecahkan persamaan differensial linier (homogen atau nonhomogen) dari
setiap orde, yaitu dengan cara trial-error, yaitu sebagai berikut :
y = A cos ωt ................................. (V.13)
atau
V-10
Apabila persamaan (V.15) benar untuk setiap besaran waktu, maka faktor yang
terdapat di dalam kurung sama dengan nol, atau
k
ω2 = ......................... (V.16)
m
sehingga :
k
ω= .............................. (V.17)
m
yang disebut sebagai frekuensi natural (natural frequency) dari sistem.
Karena persamaan (V.13) dan (V.14) adalah solusi persamaan (V.12) dan
persamaan differensial adalah linier, maka superposisi kedua solusi tersebut,
seperti pada persamaan (V.18), yang merupakan solusi persamaan differensial
orde dua dan mempunyai dua konstanta integrasi A dan B
y = A cos ωt + B sin ωt .............................. (V.18)
sehingga :
y& = − A ω sin ωt + Bω cos ωt ..................... (V.19)
ωT = 2π …………………. (V.22)
atau
2π
T= ……………………(V.23)
ω
Periode biasanya dinyatakan dalam detik persiklus ataupun detik tetapi dengan
pengertian “tiap siklus”. Kebalikan harga perioda adalah frekuensi natural f dari
persamaan (V.22)
1 ω
f = = …………………… (V.24)
T 2π
Frekuensi natural f selalu dinyatakan dalam siklus per detik (spd). Sebab besar ω
berbeda dengan frekuensi natural f karena faktor konstan 2π, maka ω, juga
seing dianggap sebagai frekuensi natural. Untuk membedakan kedua pernyataan
frekuensi natural itu, ω dapat dikatakan frekuensi natural sudut atau gerak
lingkaran (circular or angular). Hal ini sering dapat diketahui dari unit/dimensi
yang digunakan. Frekuensi natural f diukur dalam siklus per detik sedangkan
frekuensi gerak lingkaran ω selalu diberikan dalam radian per detik (rad/detik).
V-12
Contoh V.2.
317.5 mm
25.4 mm
6.35 mm
k2=1872 N/m
225.5 N
Tentukan frekuensi natural dari sistem pada gambar di atas yang terdiri dari
suatu berat (W) = 225.5 N terpasang pada sebuah balok kantilever oleh pegas
k2. Tebal balok kantilever t = 6.35 mm, lebar = 25.4 mm, modulus elastisitas 2 x
105 MPa, dan L = 317.5 mm. Pegas dengan kekakuan k2 = 1872 N/m.
- Lendutan ∆ pada ujung bebas dari balok kantilever akibat gaya statis P,
diberikan oleh
PL3
∆=
3EI
Konstanta pegasnya adalah
P 3EI
k1 = = 3
∆ L
1 3
dimana I = bh (untuk penampang segi empat). Kantilever dan pegas
12
dihubungkan sebagai pegas terpasang seri, akibatnya konstanta pegas ekivalen
yang diberikan oleh persamaan (V.6) adalah
1 1 1
= +
k e k1 k 2
12
3 x 2 x 10 5 x 541.97
k1 = = 10.16 N/mm = 10160 N/m
(317.5)3
Dan
V-13
1 1 1
= +
k e 10160 1872
k e = 1592.36 N/m
Frekuensi natural diberikan oleh
ke 1592.36
ω= = = 8.32 rad/s
(W g ) (225.5 9.81)
Atau
ω 8.32
f = = = 1.32 sps
2π 2π
dimana :
2
v
C= y + o
2
..................... (V.27)
ω
o
yo
tan α = ..................... (V.28)
vo ω
vo ω
tan β = ..................... (V.29)
y
sehingga :
y v ω
y = C o cos ωt + o sin ωt ..................... (V.30)
C C
V-14
β yo
α
sin (ωt + α ) dari persamaan (V.25). Harga C dari persamaan (V.25) atau
persamaan (V.26) merupakan hubungan antara amplitudo gerak dan sudut α
(atau β) sebagai sudut fasa. Solusi gerak osilator sederhana terlihat pada
gambar V.10.
vo
yo C
t
α
ω
2π
T=
ω
V-15
Contoh V.3.
y
2918 N/m
F(t)
L= 4572 mm
7 4
I = 3.43 x 10 mm
L= 7620 mm
(a) (b)
Tinjaulah kerangka pada gambar di atas (a) yang merupakan kerangka baja kaku
dimana bekerja gaya dinamis horisontal di tepi atasnya. Sebagai bagian dari
perencanaan suatu struktur yang menyeluruh, diperlukan frekuensi natural dari
kerangka tersebut. Dibuat dua anggapan :
1. massa kolom dan dinding diabaikan, dan
2. balok yang cukup kaku untuk mencegah rotasi pada puncak kolom
Anggapan ini bukan untuk menyelesaikan masalah akan tetapi untuk
menyederhanakan analisa. Dengan kondisi yang demikian, kerangka ini dapat
dimodelisasikan sebagai sistem massa-pegas seperti pada gambar di atas (b).
k* = =
(
12 E (2 I ) 12 x 2 x 10 5 x 2 x 3.43 x 10 7 )
= 1722.73 N/mm
L3 (4572)3
k = 1722.73 N/mm
1 k 1 1722.73 x 10 3
f = = = 4.39 sps
2π (W g ) 2π (22235.16 9.81)
V.10. Ringkasan
V-16
vo
B= ,
ω
k
ω= adalah frekuensi natural dalam rad/s
m
ω
f = adalah frekuensi natural dalam siklus perdetik (sps)
2π
1
T= adalah periode natural dalam detik
f
- Persamaan gerak dapat ditulis dalam beberapa bentuk
y = C sin (ωt + α )
Atau
y = C cos (ωt − α )
dimana :
2
v
C= y + o
2
ω
o
yo
tan α =
vo ω
V-17
vo ω
tan β =
y