REPUBLIK INDONESIA
SURAT EDARAN
NOMOR 13/SE/X-XIII.2/6/2020
TENTANG
PENYESUAIAN SISTEM KERJA PEGAWAI DALAM TATANAN NORMAL BARU
DI LINGKUNGAN PELAKSANA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
1. Latar Belakang
a. Bahwa dengan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
12/SE/X-XIII.2/5/2020 tentang Perubahan Kelima atas Surat Edaran Sekretaris Jenderal
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 05/SE/X-XIII.2/3/2020 tentang Mekanisme
Penyesuaian Sistem Kerja dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) di Lingkungan Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan, telah ditetapkan
keadaan tertentu darurat bencana wabah penyakit akibat virus Corona (COVID-19) di
lingkungan Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan terhitung mulai tanggal 17 Maret
sampai dengan 4 Juni 2020.
b. Bahwa berdasarkan hasil Sidang BPK XXVI tanggal 3 Juni 2020, dengan memperhatikan
penetapan bencana nonalam penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) sebagai
bencana nasional, perlu diatur penyelesaian tugas kedinasan dengan tetap memperhatikan
protokol kesehatan sebagai upaya berkelanjutan atas pencegahan penyebaran COVID-19
dan tatanan normal baru di lingkungan Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
ditetapkan Surat Edaran Sekretaris Jenderal BPK tentang Penyesuaian Sistem Kerja
Pegawai dalam Tatanan Normal Baru di Lingkungan Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan.
1
b. memastikan pelaksanaan tugas dan fungsi BPK tetap berjalan baik dengan tetap
memperhatikan dan melaksanakan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19
sesuai ketentuan yang berlaku; dan
c. meminimalkan risiko serta mendukung upaya pemerintah mencegah penularan COVID-19
di lingkungan Pelaksana BPK khususnya, dan di lingkungan masyarakat luas pada
umumnya.
3. Ruang Lingkup
Surat Edaran ini memuat penyesuaian sistem kerja pegawai dalam tatanan normal baru di
lingkungan Pelaksana BPK.
4. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6037) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6477);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6487);
d. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018 tentang Penyusunan
Peraturan, Instruksi, Surat Edaran, Keputusan, dan Pengumuman pada Badan Pemeriksa
Keuangan;
e. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan;
f. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun
2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19);
g. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional;
h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020
tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada
Situasi Pandemi;
2
i. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46
Tahun 2020 tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian ke Luar Daerah dan/atau Kegiatan
Mudik dan/atau Cuti bagi Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran
COVID-19 sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 55 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46
Tahun 2020 tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian ke Luar Daerah dan/atau Kegiatan
Mudik dan/atau Cuti bagi Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran
COVID-19;
j. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 58
Tahun 2020 tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam Tatanan Normal
Baru;
k. Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 204/K/X-XIII.2/3/2013
tentang Tata Tertib Kerja Pegawai pada Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 448/K/X-XIII.2/10/2014 tentang Perubahan atas Keputusan Sekretaris
Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 204/K/X-XIII.2/3/2013 tentang Tata Tertib
Kerja Pegawai pada Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan; dan
l. Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 382/K/X-XIII.2/6/2013
tentang Pedoman Manajemen Presensi Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 449/K/X-
XIII.2/10/2014 tentang Perubahan atas Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 382/K/X-XIII.2/6/2013 tentang Pedoman Manajemen Presensi Badan
Pemeriksa Keuangan.
5. Isi Edaran
Dengan memperhatikan kebijakan pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-
19, terhitung mulai tanggal 5 Juni 2020 diberlakukan Ketentuan Penyesuaian Sistem Kerja
Pegawai dalam Tatanan Normal Baru di Lingkungan Pelaksana BPK selama bencana nasional
nonalam penyebaran COVID-19, sebagai berikut:
a. Umum
1) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Pelaksana BPK, serta dengan tetap
memprioritaskan keselamatan dan kesehatan pegawai, perlu penyesuaian sistem kerja
pegawai di lingkungan Pelaksana BPK dalam tatanan normal baru dengan
memperhatikan dan menjalankan protokol kesehatan dalam aktivitas keseharian.
2) Penyesuaian sistem kerja pegawai dalam tatanan normal baru di lingkungan Pelaksana
BPK yang bersifat aman dan produktif meliputi penyesuaian sistem kerja pelaksanaan
tugas harian, sistem kerja pelaksanaan pemeriksaan, perjalanan dinas, dukungan
sumber daya manusia aparatur, dukungan prasarana dan sarana, serta protokol
kesehatan.
3
3) Selama masa penyesuaian sistem kerja dalam tatanan normal baru, Pejabat Pimpinan
Tinggi (PPT) Madya pada Kantor BPK Pusat dan PPT Pratama pada Kantor BPK
Perwakilan wajib melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan sistem kerja terkait:
a) kehadiran/pemenuhan jam kerja pegawai;
b) penetapan dan pemantauan pencapaian target pekerjaan/kegiatan pegawai, dan
c) penerapan protokol kesehatan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran ini.
4) PPT Madya pada Kantor BPK Pusat dan PPT Pratama pada Kantor BPK Perwakilan
dapat mengusulkan penyesuaian sistem kerja dengan memperhatikan pemberlakuan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan/atau kebijakan lain yang ditetapkan di
kabupaten/kota yang berada dalam satu wilayah aglomerasi dengan domisili kantor,
menetapkan urgensi pelaksanaan tugas kegiatan harian dengan bekerja di kantor,
mengelola pelaksanaan tugas pemeriksaan secara virtual atau fisik, menetapkan urgensi
perjalanan dinas, mengatur jumlah dan komposisi pegawai yang melaksanakan tugas
kedinasan sesuai kebutuhan tugas, fungsi dan pencapaian target kinerja satuan kerja,
serta mengatur kebutuhan prasarana dan sarana untuk pelaksanaan sistem kerja
pegawai dalam tatanan normal baru.
b. Sistem Kerja Pelaksanaan Tugas Harian
1) Seluruh pegawai wajib melaksanakan tugas dan fungsinya pada jam kerja sesuai
ketentuan secara adaptif dan fleksibel terhadap upaya penanggulangan penyebaran
COVID-19, dengan memperhatikan protokol kesehatan dan tetap menunjukkan hasil
kinerjanya.
2) Penyesuaian sistem kerja harian dilaksanakan dengan pengaturan secara fleksibel lokasi
tempat bekerja, dengan memperhatikan pemberlakuan PSBB dan/atau kebijakan lain
yang ditetapkan di kabupaten/kota yang berada dalam satu wilayah aglomerasi dengan
domisili kantor, yang meliputi:
a) Pelaksanaan tugas kedinasan dengan bekerja di rumah/tempat tinggal atau Work
From Home (WFH) pada satuan kerja/kantor di kabupaten/kota yang diberlakukan
PSBB dan/atau kebijakan lain terkait penanggulangan penyebaran COVID-19 dan
tidak memungkinkan untuk bekerja di kantor atau Work From Office (WFO).
b) Pelaksanaan tugas kedinasan dengan bekerja di kantor (WFO) pada satuan kerja
yang tidak dalam keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a) yang dilakukan
secara terbatas dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing satuan
kerja dan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Pelaksanaan bekerja di kantor
(WFO) secara terbatas dan bertahap mencakup pelaksanaan tugas kedinasan di
rumah/tempat tinggal (WFH) bagi sebagian pegawai.
3) Sistem kerja harian pelaksanaan tugas kedinasan pada satuan kerja dengan bekerja di
kantor (WFO) atau bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH) ditetapkan Sekretaris Jenderal
berdasarkan usulan kepala satuan kerja.
4) Usulan sistem kerja pelaksanaan tugas kedinasan sebagaimana dimaksud pada angka
3) disampaikan kepala satuan kerja dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa
ketentuan tentang pemberlakuan PSBB dan/atau kebijakan lain terkait penanggulangan
penyebaran COVID-19.
4
5) Sistem kerja pelaksanaan tugas kedinasan dengan bekerja di rumah/tempat tinggal
(WFH) sebagaimana dimaksud angka 2) huruf a), diatur sebagai berikut:
a) Setiap pegawai melaksanakan bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH) dari tempat
tinggal pada domisili kantor penempatan.
b) Pelaksanaan bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH) di luar domisili kantor
penempatan dalam jangka waktu tertentu atau keperluan melakukan
pergerakan/mobilitas dari domisili kantor penempatan, hanya dapat dilakukan untuk
alasan mendesak/darurat dengan didukung bukti dokumen yang relevan dan harus
mendapatkan persetujuan berjenjang terlebih dahulu dari PPT Pratama dan PPT
Madya, serta dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal.
c) Alasan mendesak/darurat sebagaimana dimaksud pada huruf b) meliputi:
(1) sakit keras;
(2) orang tua/isteri/suami/anak/adik/kakak/mertua/menantu sakit keras atau
meninggal dunia;
(3) melahirkan atau mendampingi isteri melahirkan;
(4) melangsungkan pernikahan;
(5) mengalami musibah bencana, baik alam maupun nonalam (misal, kebakaran
rumah); atau
(6) alasan mendesak/darurat lainnya yang memiliki tingkat mendesak/darurat
seperti angka (1) sampai dengan angka (5) dengan mendapatkan persetujuan
dari PPT Madya pada Kantor BPK Pusat dan PPT Pratama pada Kantor BPK
Perwakilan.
d) Permintaan dan persetujuan berjenjang terkait izin untuk melaksanakan bekerja di
rumah/tempat tinggal (WFH) di luar domisili kantor penempatan atau
pergerakan/mobilitas dari domisili kantor penempatan disampaikan melalui surat
elektronik.
e) Pada satuan kerja yang sedang melaksanakan bekerja di rumah/tempat tinggal
(WFH) sebagaimana diatur pada angka 2) huruf a), pelaksanaan pekerjaan di kantor
hanya dapat dilakukan untuk pekerjaan yang sifatnya penting dan/atau mendesak
serta harus mendapatkan persetujuan dari PPT Madya pada Kantor BPK Pusat dan
PPT Pratama pada Kantor BPK Perwakilan.
f) Dalam hal pelaksanaan bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH) sebagaimana
dimaksud pada angka 2) huruf b), PPT Madya pada Kantor BPK Pusat dan PPT
Pratama pada Kantor BPK Perwakilan menetapkan pegawai yang bekerja di
rumah/tempat tinggal (WFH) dengan mempertimbangkan antara lain:
(1) jenis pekerjaan;
(2) hasil penilaian kinerja;
(3) kompetensi menggunakan teknologi informasi;
(4) laporan disiplin;
(5) kondisi dan/atau penyakit penyerta yang rentan terpapar COVID-19 serta kondisi
kesehatan keluarga dan lingkungan tempat tinggal;
5
(6) riwayat interaksi dan perjalanan pegawai dalam 14 (empat belas) hari kalender
terakhir.
g) Pegawai dengan kriteria berikut tetap melaksanakan tugas kedinasan dengan bekerja
di rumah/tempat tinggal (WFH):
(1) sakit atau menunjukkan suhu tubuh di atas normal, batuk, pilek, diare, dan sesak
nafas; atau
(2) merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pemantauan (ODP),
Pasien Dalam Pengawasan (PDP), pegawai yang terkonfirmasi Positif COVID-19,
serta pegawai yang kontak erat dengan OTG, ODP, PDP, dan Positif COVID-19.
h) Pegawai yang baru selesai melakukan pergerakan/mobilitas dari luar wilayah domisili
kantor penempatan, baik dalam negeri maupun luar negeri, diutamakan untuk
mendapatkan penugasan bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH) sekurang-
kurangnya selama 14 (empat belas) hari kalender sejak pegawai yang bersangkutan
mulai aktif di satuan kerja penempatan.
i) Selama melaksanakan bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH), pegawai diharapkan
tidak meninggalkan rumah/tempat tinggal, kecuali untuk kepentingan
mendesak/darurat, misalnya memenuhi kebutuhan pangan, kesehatan, serta
keselamatan diri dan keluarga, dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan.
6) Sistem kerja pelaksanaan tugas kedinasan dengan bekerja di kantor (WFO) secara
terbatas dan bertahap sebagaimana dimaksud pada angka 2) huruf b) diatur sebagai
berikut:
a) Pegawai yang bekerja di kantor (WFO) ditetapkan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas dan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
b) Pelaksanaan bekerja di kantor (WFO) dilaksanakan dengan:
(1) penerapan physical distancing;
(2) penggunaaan masker/perisai wajah/alat pelindung pernafasan;
(3) penyediaan fasilitas cuci tangan;
(4) penggunaan alat bantu kerja dan ibadah secara pribadi/sendiri; serta
(5) penggunaan moda transportasi pribadi atau dinas dengan menerapkan protokol
kesehatan.
c) Penerapan physical distancing sebagaimana dimaksud pada huruf b) angka (1)
dilaksanakan dengan pengaturan jumlah pegawai yang melaksanakan bekerja di
kantor (WFO) sehingga jarak antarpegawai selama bekerja sekurang-kurangnya 1
(satu) meter. Untuk menerapkan physical distancing, kepala satuan kerja dapat
menetapkan jumlah pegawai yang bekerja di kantor (WFO), misal sebanyak 25%
(dua puluh lima persen) dari jumlah pegawai pada satuan kerjanya pada setiap hari
kerja.
d) Pelaksanaan bekerja di kantor (WFO) membatasi pertemuan tatap muka langsung
antarpegawai dan/atau pihak terkait lainnya dengan memperhatikan jumlah orang
dan kapasitas ruangan pertemuan untuk dapat menerapkan physical distancing.
6
7) Pegawai diberikan penugasan bekerja di kantor (WFO) atau bekerja di rumah/tempat
tinggal (WFH) dengan jadwal tertentu yang ditetapkan Atasan Langsung dan disetujui
oleh Atasan dari Atasan Langsung.
8) Atasan Langsung dengan persetujuan Atasan dari Atasan Langsung menetapkan target
pekerjaan/kegiatan mingguan untuk setiap pegawai dan dituangkan dalam surat
penugasan bekerja di kantor (WFO) atau bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH), dengan
mempertimbangkan kebutuhan tugas dan dengan memperhatikan sasaran kinerja
pegawai dan target kinerja satuan kerjanya.
9) Pegawai yang diberikan penugasan di kantor (WFO) atau bekerja di rumah/tempat
tinggal (WFH) melaporkan hasil kegiatannya setiap hari kepada Atasan Langsung
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia.
d. Perjalanan Dinas
1) Pelaksanaan tugas yang memerlukan perjalanan dinas dilaksanakan secara selektif,
akuntabel, serta penuh kehati-hatian setelah mengoptimalkan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi secara daring/virtual/online, urgensi perjalanan dinas dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan atau tugas lainnya, ketersediaan sarana transportasi
dan anggaran, serta pemenuhan ketentuan dan penerapan protokol kesehatan.
2) Kepala satuan kerja memastikan penerbitan dan pemberian surat tugas perjalanan dinas
telah memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1).
3) Pegawai melaksanakan perjalanan dinas sesuai dengan surat tugas yang diberikan
dengan membawa dokumen kelengkapan sebagai berikut:
a) surat tugas yang ditandatangani oleh pejabat sesuai dengan ketentuan sampai
dengan kepala satuan kerja;
b) hasil negatif COVID-19 berdasarkan tes COVID-19;
c) surat keterangan sehat dari dinas kesehatan/rumah sakit/puskesmas/klinik
kesehatan;
d) identitas diri (Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau tanda pengenal lainnya yang sah)
dan Kartu Tanda Pegawai BPK;
e) laporan rencana perjalanan dinas (jadwal keberangkatan, jadwal pada saat berada
di daerah penugasan, serta waktu kepulangan); dan
7
f) dokumen perjalanan lainnya sesuai ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah tujuan dan/atau pimpinan moda transportasi yang digunakan untuk
melakukan perjalanan dinas.
8
Pratama terkait di Sekretariat Jenderal dan melaporkannya kepada PPT Madya
terkait.
c) Atasan Langsung wajib memantau dan melaporkan pelaksanaan penugasan secara
berjenjang kepada kepala satuan kerja setingkat PPT Madya pada Kantor BPK Pusat
dan PPT Pratama pada Kantor BPK Perwakilan dengan sistem atau aplikasi yang
tersedia.
4) Evaluasi
a) Pada akhir masa pelaksanaan sistem kerja tugas kedinasan dengan bekerja di kantor
(WFO) dan bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH) ini, seluruh kepala satuan kerja
melakukan evaluasi atas pelaksanaan sistem kerja tersebut di satuan kerja masing-
masing.
b) Laporan evaluasi tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai capaian
kinerja serta efektivitas penyelesaian tugas, kemungkinan penerapan sistem kerja
tersebut secara tetap di BPK, serta kendala dan masukan terhadap pelaksanaan
sistem kerja tersebut. Hasil evaluasi disampaikan secara berjenjang sampai dengan
Sekretaris Jenderal melalui surat elektronik laporandanevaluasi@bpk.go.id.
g. Protokol Kesehatan
1) Selama pelaksanaan bekerja di kantor (WFO) dan bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH),
pegawai senantiasa memperhatikan dan melaksanakan pola hidup sehat dan protokol
kesehatan di tempat kerja dan di tempat tinggal sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini sebagai upaya
pencegahan penyebaran COVID-19.
2) Pegawai yang mengalami gejala sakit atau sakit segera melakukan pemeriksaan
kesehatan, baik di fasilitas kesehatan terdekat maupun fasilitas kesehatan kantor, dengan
pemeriksaan/konsultasi kesehatan secara langsung maupun melalui media daring/online,
serta melaporkannya kepada Atasan Langsung.
3) Pegawai dapat memperoleh layanan pemeriksaan pencegahan penularan COVID-19
melalui tes COVID-19 pada fasilitas kesehatan kantor, apabila memenuhi kriteria dan
dalam rangka pelaksanaan tugas kedinasan, yang diusulkan oleh kepala satuan kerja.
9
h. PPT Madya dan PPT Pratama melakukan segala persiapan pelaksanaan bekerja di kantor
(WFO) dan bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH), termasuk pergerakan pegawai, sistem
kerja pelaksanaan tugas harian, sistem kerja pelaksanaan tugas pemeriksaan, perjalanan
dinas, dukungan sumber daya manusia aparatur, dukungan prasarana dan sarana, protokol
kesehatan, serta penyesuaian lain yang diperlukan untuk melaksanakan Surat Edaran ini
dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Surat Edaran ini ditetapkan. Selama
masa persiapan ini, pegawai melaksanakan tugas kedinasan dengan bekerja di kantor
(WFO) atau bekerja di rumah/tempat tinggal (WFH), yang diatur oleh PPT Madya pada
Kantor BPK Pusat dan PPT Pratama pada Kantor BPK Perwakilan.
6. Penutup
a. Pada saat Surat Edaran ini mulai berlaku:
1) Surat Edaran Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 03/SE/X-
XIII.2/3/2020 tentang Upaya Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 di
Lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan; dan
2) Surat Edaran Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 05/SE/X-
XIII.2/3/2020 tentang Mekanisme Penyesuaian Sistem Kerja dalam Rangka
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Lingkungan
Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
12/SE/X-XIII.2/5/2020 tentang Perubahan Kelima atas Surat Edaran Sekretaris Jenderal
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 05/SE/X-XIII.2/3/2020 tentang Mekanisme
Penyesuaian Sistem Kerja dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) di Lingkungan Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
b. Pada saat Surat Edaran ini mulai berlaku, ketentuan mengenai Pembatasan Cuti Pegawai
sebagaimana diatur dalam angka 5. huruf b. angka 1) Surat Edaran Sekretaris Jenderal Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 10/SE/X-XIII.2/5/2020 tentang Pelaksanaan Hari Libur Nasional
dan Cuti Bersama Tahun 2020 di Lingkungan Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
c. Ketentuan pelaksanaan dari Surat Edaran sebagaimana dimaksud pada huruf a, dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan ketentuan
dalam Surat Edaran ini.
d. Penyesuaian atau penerapan yang berbeda dari sistem kerja yang diatur dalam Surat Edaran
ini harus disampaikan terlebih dahulu kepada Sekretaris Jenderal dan memperoleh
persetujuan dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota BPK terkait.
e. Surat Edaran ini agar dipatuhi dan dilaksanakan sebaik-baiknya dan dengan penuh
tanggung jawab.
f. Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut
terhitung mulai tanggal 5 Juni 2020.
10
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2020
BAHTIAR ARIF
Tembusan:
1. Ketua BPK;
2. Wakil Ketua BPK;
3. Para Anggota BPK;
4. Kepala Badiklat PKN;
5. Inspektur Utama;
6. Para Kaditama;
7. Para Tortama;
8. Para Staf Ahli;
9. Para Kepala Biro;
7. Para Kepala Perwakilan;
10. Kepala Direktorat LPBH.
11
LAMPIRAN : SURAT EDARAN SEKJEN BPK-RI
NOMOR : 13/SE/X-XIII.2/6/2020
TANGGAL : 9 JUNI 2020
1. Pegawai yang melaksanakan bekerja di kantor (WFO) adalah pegawai yang dalam kondisi
sehat. Atasan Langsung bertanggung jawab memastikan pegawai yang melaksanakan
bekerja di kantor (WFO) adalah pegawai yang kondisinya sehat.
2. Sebelum masuk kerja, pegawai melakukan self assessment Risiko COVID-19 dengan
mengisi formulir sebagaimana tercantum pada lampiran Surat Edaran ini, untuk menilai
tingkat risiko pegawai terjangkit COVID-19 dan menyampaikan formulir yang telah diisi
kepada Atasan Langsung.
3. Jika hasil self assessment menunjukkan risiko besar (skor ≥ 5), pegawai tidak diperkenankan
untuk masuk bekerja di kantor (WFO). Jika hasil self assesment menunjukkan risiko kecil
(skor = 0) sampai dengan sedang (skor = 1-4), pegawai diperbolehkan masuk bekerja di
kantor.
4. Pegawai yang berdasarkan hasil pemeriksaan dokter/rumah sakit/fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) dinyatakan sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam
Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Pegawai yang terkonfirmasi Positif
COVID-19, dan pegawai yang kontak erat dengan OTG, ODP, PDP, Positif COVID-19 tidak
diperkenankan untuk melaksanakan bekerja di kantor (WFO);
5. Pembatasan pelaksanaan bekerja di kantor (WFO) bagi pegawai yang memiliki kondisi
dan/atau penyakit penyerta yang rentan terpapar COVID-19 (setelah berkonsultasi dengan
dokter BPK), antara lain:
a. Ibu hamil;
b. penderita tekanan darah tinggi;
c. pengidap penyakit jantung;
d. pengidap diabetes;
e. penderita penyakit paru-paru;
f. penderita kanker;
g. penderita gangguan ginjal;
h. penderita immunocompromised/penyakit autoimun.
6. Pegawai wajib menggunakan masker/perisai wajah/alat pelindung pernafasan sejak
perjalanan ke dan dari kantor serta selama berada di dalam lingkungan kantor;
7. Pegawai dalam melakukan perjalanan ke dan dari kantor menggunakan moda transportasi
pribadi atau dinas dengan menerapkan protokol kesehatan.
8. Saat tiba di rumah jangan bersentuhan dengan anggota keluarga sebelum membersihkan diri
(mandi dan mengganti pakaian kerja) dan jika dirasa perlu bersihkan handphone, kacamata,
tas dengan desinfektan.
9. Pegawai yang akan memasuki gedung kantor wajib dilakukan pemeriksaan suhu tubuh
menggunakan thermogun dan menerapkan self assessment Risiko COVID-19, untuk
memastikan pegawai tidak sedang mengalami suhu tubuh di atas normal atau sakit. Jika dari
12
hasil pemeriksaan suhu tubuh, pegawai mengalami suhu tubuh ≥ 37,3oC, pegawai perlu
melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada Poliklinik Kantor Pusat/Poliklinik pada
Kantor Perwakilan untuk memastikan kondisi pegawai;
10. Pegawai dapat memasuki gedung kantor setelah mencuci tangan terlebih dahulu atau
membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang tersedia;
11. Pegawai wajib menjaga jarak antarpegawai (physical distancing) di setiap aktivitas di
lingkungan kantor paling sedikit dalam rentang satu meter;
12. Pegawai membatasi interaksi fisik dengan orang lain/tamu dan tidak berjabat tangan;
13. Selama bekerja di kantor (WFO), pertemuan fisik dibatasi dengan mempertimbangkan jumlah
orang dan kapasitas ruang pertemuan untuk menerapkan physical distancing.
14. Pegawai menerapkan Perilaku Hidup Sehat melalui Pola Hidup Sehat dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain:
a. Mengkonsumsi makanan sehat, vitamin, minum air putih 8 (delapan) gelas sehari,
meningkatkan daya tahan tubuh/imunitas dengan konsumsi gizi seimbang, berjemur di
pagi hari (jika kondisi memungkinkan) dan berolah raga;
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer
sebelum dan setelah melakukan aktivitas di kantor serta tidak menyentuh mata, hidung,
mulut dengan tangan yang belum tercuci atau tersanitasi dengan disinfektan;
c. Menerapkan etika batuk/bersin, yaitu menutup hidung/mulut dengan lengan atas bagian
dalam atau menutup hidung/mulut dengan tisu, membuang bekas tisu ke tempat sampah
yang tertutup dan cuci tangan dengan sabun serta air mengalir setelahnya;
d. Menghindari penggunaan alat pribadi secara bersama, seperti alat sholat, alat makan,
dan lain-lain;
e. Mengupayakan tidak menggunakan alat tulis/alat kerja bersama orang lain;
f. Membersihkan alat yang digunakan setelah selesai bekerja dengan menggunakan tisu
dan hand sanitizer.
15. Pegawai wajib menjaga area lingkungan kerja yang sehat, antara lain dengan cara
memastikan tempat dan alat kerja selalu dalam keadaan bersih dan higienis;
16. Pegawai melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala di Poliklinik Kantor Pusat/
Poliklinik pada Kantor Perwakilan/rumah sakit/fasyankes;
17. Pegawai yang mengalami gejala sakit atau merasa kurang sehat ketika berada di kantor wajib
melakukan pemeriksaan pada Poliklinik Kantor Pusat/Poliklinik pada Kantor
Perwakilan/rumah sakit/fasyankes dan mengikuti rekomendasi tenaga medis untuk
penanganan lebih lanjut;
18. Tenaga medis pada Polikinik Kantor Pusat/Poliklinik pada Kantor Perwakilan memberikan
pelayanan kesehatan kepada pegawai, baik dengan melakukan pemeriksaan/konsultasi
kesehatan secara langsung maupun melakukan konsultasi kesehatan secara online, dengan
pengaturan waktu yang ditentukan oleh kepala satuan kerja;
19. Fasilitas kesehatan kantor memberikan pelayanan pemeriksaan pencegahan penularan
COVID-19 melalui test COVID-19 bagi pegawai yang memenuhi kriteria dan dalam rangka
pelaksanaan tugas kedinasan, yang diusulkan oleh kepala satuan kerja;
13
20. Pegawai wajib melaporkan (baik secara formal maupun informal) jika pegawai bersangkutan
atau anggota keluarga pegawai diduga/diawasi/terkonfirmasi positif terjangkit COVID-19
kepada Atasan Langsung, pengelola SDM di satuan kerja dan surat elektronik ke
tanggap.corona@bpk.go.id;
21. Atasan Langsung segera melaporkan (baik secara formal maupun informal) kepada pimpinan
masing-masing dan Sekretaris Jenderal dengan tembusan melalui surat elektronik
tanggap.corona@bpk.go.id jika ditemukan adanya pegawai/pihak lain di lingkungan kerja
yang diduga/diawasi/terkonfirmasi positif terjangkit COVID-19;
22. Biro Sumber Daya Manusia:
a. berkoordinasi dengan pengelola SDM pada satuan kerja dalam melakukan
monitoring/pemantauan kondisi kesehatan pegawai berdasarkan laporan dari satuan
kerja melalui surat elektronik tanggap.corona@bpk.go.id dan/atau media lainnya, yang
disampaikan oleh Atasan Langsung, pengelola SDM, maupun pegawai yang
bersangkutan;
b. berkoordinasi dengan tenaga medis pada Kantor Pusat dan/atau Kantor Perwakilan
dan/atau fasyankes lainnya untuk memantau perkembangan kondisi kesehatan pegawai
yang memerlukan pemantauan kesehatan lebih lanjut;
c. menyampaikan laporan monitoring kondisi kesehatan pegawai kepada Sekretaris
Jenderal secara berkala.
14
FORMULIR SELF ASSESSMENT RISIKO COVID-19
Nama : .................................................................................................
NIP : .................................................................................................
Jabatan : .................................................................................................
Satuan Kerja : .................................................................................................
Tempat, Tanggal : ..................................................................................................
Demi kesehatan dan keselamatan bersama di tempat kerja, anda harus JUJUR dalam menjawab
pertanyaan di bawah ini.
Dalam 14 hari terakhir, apakah anda pernah mengalami hal-hal berikut:
JIKA JIKA
NO. PERTANYAAN YA TIDAK YA, TIDAK,
SKOR SKOR
JUMLAH TOTAL
Keterangan:
Skor 0 = Risiko kecil Skor 1 – 4 = Risiko sedang Skor ≥ 5 = Risiko Besar
Tindak lanjut:
Risiko besar, agar dilakukan investigasi dan tidak diperkenankan masuk kantor. Pegawai
dilakukan pemeriksaan RT-PCR, jika tidak tersedia dapat dilakukan Rapid Tes oleh petugas
kesehatan / fasyankes setempat.
Risiko kecil - sedang, diperbolehkan masuk kantor namun dilakukan pemeriksaan suhu tubuh
di pintu masuk kantor. Apabila didapatkan suhu tubuh ≥ 37,3oC, agar dilakukan investigasi
dan pemeriksaan oleh petugas kesehatan. Jika dipastikan pegawai tidak memenuhi kriteria
OTG, ODP atau PDP, pegawai dapat masuk kantor.
BAHTIAR ARIF
15
NOTA DINAS
No. 1033/ND/X/10/2020
Dalam rangka upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dan penanganan pegawai yang
terkonfirmasi positif Covid-19 di lingkungan BPK, kami telah menyampaikan:
1. SE Sekjen Nomor 13/SE/X-XIII.2/6/2020 tanggal 9 Juni 2020 tentang Penyesuaian Sistem
Kerja Pegawai Dalam Tatanan Normal Baru di Lingkungan Pelaksana BPK serta lampiran SE
tersebut terkait protokol kesehatan;
2. Nota Dinas Sekjen Nomor 495/ND/X/5/2020 tanggal 19 Mei 2020 perihal Penyampaian
Informasi Kegiatan Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Pegawai selama Work From Home
(WFH);
3. Nota Dinas Sekjen Nomor 739/ND/X/07/2020 tanggal 27 Juli 2020 perihal Upaya Peningkatan
Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19 di Lingkungan BPK;
4. Nota Dinas Sekjen Nomor 1028/ND/X/10/2020 tanggal 12 Oktober 2020 perihal Penetapan
Sistem Bekerja di Kantor Terbatas untuk Kantor BPK di DKI Jakarta.
Sampai dengan 12 Oktober 2020, dari total kasus terkonfirmasi positif di lingkungan BPK,
sebagian besar (87,81%) merupakan kasus asimtomatik/tanpa gejala, sebesar 25,63% terjadi di
kantor pusat dan 74,37% terjadi di kantor perwakilan. Indikasi penularannya antara lain karena
interaksi dengan orang yang positif Covid-19 saat bekerja, dalam kegiatan penugasan baik kegiatan
menerima tamu, maupun kegiatan/interaksi dengan pihak entitas.
Sampai dengan periode yang sama, jumlah pegawai BPK yang sudah dilakukan RT-
PCR/swab tes sebanyak 2.694 pegawai atau 34% dari total pegawai pelaksana BPK, dengan rincian
pegawai kantor pusat sebanyak 1.232 pegawai (37% dari total pegawai kantor pusat) dan pegawai
kantor perwakilan sebanyak 1.462 pegawai (32% dari total pegawai kantor perwakilan).
Sehubungan dengan itu, dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dan penanganan
pegawai yang terkonfirmasi positif Covid-19, terlampir kami sampaikan kembali upaya
pencegahan dan penanganan dimaksud dan pengaturan tambahan diantaranya terkait
penyediaan/fasilitasi RT-PCR/swab tes (sesuai SE No. 13 di atas), penyediaan perlengkapan
pencegahan Covid-19 dalam penugasan, serta penanganan pegawai terkonfirmasi positif
khususnya terkait isolasi mandiri.
1
Selain itu, menindaklanjuti disposisi Ketua, terlampir kami sampaikan pula Surat Menteri
Sekretaris Negara No. B-726/M.Sesneg/Set/HL.01.00/09/2020 tanggal 23 September 2020
tentang Kewaspadaan Terhadap Situasi Covid-19, untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Atas perhatian dan kerja sama Bapak dan Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Sekretaris Jenderal,
Tembusan Yth.:
1. Ketua;
2. Wakil Ketua;
3. Anggota I;
4. Anggota II;
5. Anggota III;
6. Anggota IV;
7. Anggota V;
8. Anggota VI; dan
9. Anggota VII.
2
Lampiran ND No. 1033/ ND/X/10/2020
Tanggal 13 Oktober 2020
3
4. Untuk satuan kerja di lingkungan kantor pusat, tes Covid-19 dilaksanakan oleh Biro SDM
di poliklinik kantor pusat dan/atau pihak ketiga atau fasilitas kesehatan sesuai ketentuan.
Satuan kerja di lingkungan kantor pusat menyampaikan permohonan tes dimaksud dengan
nota dinas dari pimpinan satuan kerja (minimal Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama) kepada
Kepala Biro SDM. Bagi satuan kerja/kantor perwakilan yang memiliki keterbatasan
anggaran dalam pelaksanaan tes dimaksud dapat difasilitasi oleh dan/atau
dikoordinasikan dengan Biro SDM.
4
setempat untuk mengupayakan rumah sakit darurat/tempat yang disiapkan
pemerintah daerah setempat untuk tempat isolasi mandiri bagi pegawai dimaksud.
3) Jika tempat isolasi di rumah sakit darurat/tempat yang telah disiapkan pemerintah
daerah setempat daya tampungnya telah terpenuhi, satuan kerja dapat bekerja
sama dengan fasyankes/rumah sakit/hotel/tempat lain yang menyediakan jasa
dan/atau dapat digunakan untuk isolasi mandiri.
5. Satuan kerja/kantor perwakilan dapat mengupayakan transportasi/ambulans untuk
mobilisasi/memindahkan pegawai yang terkonfirmasi positif Covid-19 ke dan dari rumah
sakit rujukan/tempat isolasi.
6. Untuk pegawai di lingkungan kantor pusat, penanganan pegawai yang terkonfirmasi positif
Covid-19 dikoordinasikan oleh Biro SDM. Bagi satuan kerja/kantor perwakilan yang
memiliki keterbatasan anggaran untuk biaya isolasi mandiri dan biaya
transportasi/ambulans dapat difasilitasi oleh dan/atau dikoordinasikan dengan Biro SDM.
7. Satuan kerja melakukan pemantauan kondisi pegawai yang terkonfirmasi positif Covid-19
dan melaporkan secara periodik kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Madya masing-masing
dan Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Biro SDM.
5
}} IiXTfi X{ { SgKTANTA&X Ti N fi {;AX{.&
&aPLr&{.xK {N r}{}NIISI &
Nomor : B - (16 /M.Sesneg/SeUHL.01 .O0l09l2O20 23 September 2020
Sifat : Sangat Segera
Hal : Kewaspadaan Terhadap Situasi Covid-19
ditempat
i Sekretaris Negara
Tembusan Yth:
Presiden Rl
Jalan Veteran No. 17 - 18, Jakarta 10110 Telepon (021) 3845627 ,3442327