Edoc Tips Makalah Dan Askep Epilepsi Jad
Edoc Tips Makalah Dan Askep Epilepsi Jad
Disusun Oleh:
Kelas 3B
2013/2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya
epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat
listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada neuron sehingga
menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebagian atau
seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan dengan
disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi
Penyandang epilepsi pada masa anak dan remaja dihadapkan pada masalah
Mereka memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan dan kematian yang
medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana
meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan
2
B. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang
kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau gerakan
otot, dan gangguan prilaku suasana hati, sensasi dan persepsi (Brunner dan suddarth,
2000).
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang besifat
sementara. Istilah epilepsy biasanya merupakan suatu kelaianan yang bersifat kronik
yang timbul sebagai suatu bentuk kejang berulang (Hudak dan Gallo, 1996).
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat reversible dengan berbagai
B. Klasifikasi.
1. Epilepsi Umum.
a) Grand mal.
dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand
b) Petit mal.
4
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar
pengedipan mata.
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regio
pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi
ditemukan kelainan pada jaringan otak diduga bahwa terdapat kelainan atau
gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak
hiponatremia)
- Tumor Otak
(Tarwoto, 2007)
5
3. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau
adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau
pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau
- fever / panas
proses kelahiran.
brain cavities)
C. Klasifikasi Kejang
a. Kejang Mioklonik
kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang.
6
b. Kejang Klonik
lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama
c. Kejang Tonik
Pada kejang ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku
pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai.
d. Kejang Tonik-Klonik
kejang ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama
grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang
kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan
napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika
pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien
tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih
rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah,
nyeri kepala.
e. Kejang atonik.
pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini
7
D. Etiologi.
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi,
b. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
d. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada
anak-anak.
ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada
anak
E. Patofisiologi
Secara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf
akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau tosik, yang selanjutnya
Pada epilepsi (diopatik, tipe grand mal, secara primer muatan listrik
dilepaskan oleh nuklea intralaminares talami. Input dari vortex selebri melalui
8
lintasan aferen aspesifik itu menentukan dengan kesadaran bila mana sama sekali
Pada grand mal, oleh karena sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah
F. Gejala Epilepsi
9
2) Gejala umum :
- Tonik : kontraksi otot, tungkai dan siku fleksi, leher dan punggung
- Pasca Serangan : aktivitas otot terhenti, klien sadar kembali, lesu, nyeri
G. Pathways
H. Manifestasi klinis
normal
10
Dengan gejala motorik
Diserti Vertigo
pupil)
Dengan automatisme
- Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (Tonik klonik,
tonik, klonik)
12
Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak
membengong, bola mata dapat memutar keatas, tidak ada reaksi bila diajak
bicara.
Dapat disertai,
a. Pungsi Lumbar
ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang
karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk
dilakukan.
b. EEG (elektroensefalogram)
otak.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memiliki resiko.
dalam otak.
c. EKG (elektrokardiogram)
13
dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung sebagai
akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan
e. Pemeriksaan laboratorium :
hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.
f. Pemeriksaan radiologis :
g. Arteriografi
J. Penatalaksanaan
oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam status
bebas kejang.
14
K. Pencegahan pada Epilepsi
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk
pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan
salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi
keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat
hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala.
Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang
identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera
akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan
persalinan.
Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan
secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana
pencegahan ini.
L. Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat
antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat
dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan
minum obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan
tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah
cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan
15
selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering
terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau
M. Komplikasi
16
BAB III
ASKEP TEORI
orang terdekat
b. SIRKULASI
Postiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan.
c. INTEGRITAS EGO
atau penanganan.
Peka rangsang; perasaan tidak ada harapan / tidak berdaya. Perubahan dalam
berhubungan.
d. ELIMINASI
17
fekal).
e. CAIRAN MAKANAN
f. NEUROSENSORI
Kejang umum.
g. NYERI / KENYAMANAN
18
h. PERNAFASAN
i. KEAMANAN
j. INTERAKSI SOSIAL
lingkungan sosialnya.
2. PRIORITAS KEPERAWATAN
19
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan
penanganannya.
3. TUJUAN PEMULANGAN
20
BAB IV
Pasien a.n F.S berusia 3 tahun 9 bulan, tanggal 8 desember 2011 masuk ke IGD.
hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama kejang ± 2 menit, pasien memiliki riwayat epilepsy,
pernah dirawat ketika umur 20 bulan (8/12/09 sampai 11/12/09), umur 23 bulan (2/02/10
sampai 5/02/10) , umur 32 bulan (8/11/10) dengan riwayat penyakit yang sama. Berdasarkan
keterangan keluarga pasien, hanya An F.S yang menderita penyakit epilepsi dari
keluarganya.Berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui berat badan pasien 19 kg, suhu tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas
2) Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
pasien demam sejak 1 hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama kejang
21
c) Riwayat penyakit dahulu
1. Selama serangan :
2. Sesudah serangan
gangguan bicara
22
- Apakah ada perubahan dalam gerakan.
berdebar.
4. Riwayat Penyakit
- Frekuensi serangan.
5. Pemeriksaan fisik
23
Amati penampilan umum klien ; yang meliputi keadaan umum
dan kesadaran.
Gejala : palpitasi.
Aktivitas
Eliminasi
haluaran urine.
Makanan / cairan
Integritas ego
24
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram
otot.
Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan
minimal.
25
1. DS: ibu klien mengatakan anaknya Pola napas tidak efektif Proses terjadinya epilepsi
batuk,dan nafasnya terlihat sesak.
2. DS: ibu klien mengatakan anaknya demam Resiko terhadap cedera perubahan kesadaran,
sudah 3 hari yang lalu,kejang terus kerusakan kognitif
kerusakan mekanisme
sedang kesakitan.
DO:
meringis.
26
P: perubahan metabolisme tubuh
Q: - ( klien menangis)
kepala.
S: - ( hanya menangis)
perawat
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan epilepsi, yaitu :
diri.
secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang
27
IV. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
informasi
4. Perencanaan Keperawatan
leher/dada, i dada
penghisapan
lendir, atau
memberi
sokongan
pernapasan jika
4. berikan diperlukan
kolaborasi O2 4. Dapat
sesuai menurunkan
hipoksia serebral
28
kebutuhan.
dapat
meminimalkan
rasa nyeri
29
perubahan pasien pasien dari pasien.
kesadaran, benda benda 2. Benda tajam
lancar.
dapat
mengurangi
derajat kejang
yang dialami
pasien, sehingga
resiko untuk
cidera pun
30
berkurang
1) pengetahuan
dengan keluarga klien. telah mereka
keluarga meningkat
kurangnya ketahui,sehingga
2) keluarga mengerti
informasi pengetahuan
dengan proses
yang nantinya
penyakit epilepsy
akan diberikan
3) keluarga klien tidak
dapat sesuai
bertanya lagi
2. Libatkan dengan
tentang penyakit,
keluarga kebutuhan
perawatan dan
dalam setiap keluarga
kondisi klien.
tindakan pada 2. agar keluarga
klien. dapat
memberikan
penanngan yang
tentang mengalami
penyakit kejang
melalui 3. untuk
penkes. meningkatkan
31
4. Beri pengetahuan
kesempatan 4. untuk
belum
dimengerti.
5. Implementasi
leher/dada, abdomen
buatan.
dan
32
Kolaborasi dalam pemberian obat
anti kejang
kebutuhan
bagi klien
analgesic
dan
kejang
33
2. Libatkan keluarga dalam setiap
melalui penkes.
dimengerti
6. Evaluasi
2 Nyeri berhubungan dengan Klien secara non verbal menunjukkan gambar yang
perubahan metabolisme, ditandai mewakili penurunan rasa nyeri yang dialami,
34
3 Resiko terhadap cedera yang Dapat mengurangi risiko cidera pada pasien
berhubungan dengan perubahan
35
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang
kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau gerakan
otot,
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi,
b. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
d. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada
anak-anak.
ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada
anak
36
Dapat menyebabkan komplikasi antara lain :
B. Saran
tindakan penanganan awal, serta mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
epilepsi. Oleh karena penyandang epilepsi sering dihadapkan pada berbagai masalah
pasien dengan gangguan epilepsi dengan cara menghargai dan menjaga privasi klien
tersebut. Hal itu dilaksanakan agar pasien tetap dapat bersosialisasi dengan
masyarakat dan tidak akan menimbulkan masalah pasien yang menarik diri.
37
DAFTAR PUSTAKA
38