Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

X (23 TAHUN)
DENGAN HALUSINASI

Disusun Oleh:
Verenica Dewi Fitriani
433131490120068

KEPERAWATAN JIWA
PRODI STUDI PROFESI NERS REGULER
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kharisma Karawang

Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang,


Jawa Barat 413116, Indonesia

2020/2021
Kasus H.02:

Seorang perempuan, 23 tahun, tamat SMA, belum menikah, ditinggal menikah oleh pacarnya
2 tahun yang lalu. Saat dikaji di rumah sering marah-marah karena sering mendengar suara-
suara menghina dan mengatakan bahwa pasien perempuan nakal.tampak mondar mandir dari
satu tempat ke tempat lain. Selama perawat CMHN bertugas, menurut keluarga, pasien masih
sering mendengar suara-suara tersebut, dan setiap mendengarnya pasien selalu marah-marah
dan dan membanting barang. Suara tersebut timbul jika pasien sedang sendirian. Pasien
tampak sering menyendiri di kamar, wajah tegang, terlihat bicara sendiri, tangan mengepal.

1. Jelaskan bagaimana terjadinya halusinasi pada kasus di atas !


Jawab:
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghidupan tanpa adanya stimulus yang nyata. Pada pasien diatas ia
mengalami stress akibat ditinggal menikah oleh pacarnya 2 tahun yang lalu, dari stres ini
menimbulkan koping individu dari pasien tidak efektif lalu muncullah harga diri rendah,
dari harga diri rendah ini menyebabkan pasien menjadi berhalusinasi. Pasien sering
marah-marah karena sering mendengar suara-suara menghina dan mengatakan bahwa
pasien perempuan nakal, kemudian pasien tampak mondar-mandir dari satu tempat ke
tempat lain, Suara tersebut timbul jika pasien sedang sendirian. Pasien tampak sering
menyendiri di kamar, wajah tegang, terlihat bicara sendiri, tangan mengepal.

2. Jelaskan mekanisme koping pada pasien dengan halusinasi !


Jawab:
a. Mekanisme koping adaptif :
1) Pemahaman terhadap pengaruh gangguan otak pada perilaku
2) Kekuatan dapat meliputi seperti modal intelegensia / kreativitas yang tinggi
3) Dukungan keluarga
b. Mekanisme koping maladaptif :
1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.

2
2) Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan persepsi).
3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan

3. Bagaiman cara melakukan restrain pada kasus halusinasi !


Jawab:
Restain tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau
restrain manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan karena
kebijakan insitusi.
a. Tujuan pemasangan restrain
1) Menghindari hal-hal yang membahayakan pasien selama pemberian asuhan
keperawatan
2) Memberi perlindungan kepada pasien dari kecelakaan (jatuh dari tempat tidur)
3) Memnuhi kebutuhan pasien akan keselamatan dan rasa nyaman
b. Sasaran pemasangan restrain
1) Pasien dengan penurunan kesadaran disertai gelisah
2) Pasien dengan indikasi gangguan jiwa (gaduh gelisah)
c. Cara kerja
1) Perawat cuci tangan
2) Gunakan alat pelindung diri (handscoon)
3) Gunakan bantalan pada ekstremitas klien sebelum dipasang restrain
4) Ikatkan restrain pada ekstremitas yang dimaksud
5) Longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 menit
6) Kaji kemungkinan adanya luka setiap 4 jam (observasi warna kulit dan denyut
nadi pada ekstremitas)
7) Catat keadaan klien sebelum dan sesudah pemasangan restrain

3
4. Buat justifikasi muncul tanda dan gejala,( data mayor dan minor ) pada kasus di atas !
Jawab:

Data mayor Data minor


Subjektif: Subjektif:
 Sering mendengar suara-suara  Menyatakan kesal
menghina dan mengatakan bahwa
pasien perempuan nakal Objektif:
 Tampak mondar mandir dari satu
Objektif: tempat ke tempat lain
 marah-marah dan dan membanting  Pasien tampak sering menyendiri di
barang kamar,
 wajah tegang,
 terlihat bicara sendiri,
 tangan mengepal

5. Jelaskan indikasi dan implikasi keperawatan dalam pemberian obat obatan pada kasus di
atas !
Jawab:
a. Clorpromazine
1) Indikasi
Chlorpromazine adalah obat untuk psikosis, gangguan perilaku, mual-muntah,
migraine, dan intractable hiccup. Psikosis yang dapat ditatalaksana dengan
chlorpromazine adalah skizofrenia dan depresi.
2) Implikasi
Obat ini bekerja dengan cara menghambat reseptor dopamine D2 yang ada di
otak, sehingga dapat meredakan gejala psikosis. Obat ini akan membantu
penderita skizofrenia untuk bisa berpikir lebih jernih, lebih tenang, dan
mengurangi halusinasi, sehingga penderita bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Haloperidol
1) Indikasi
Haloperidol dapat digunakan pada kasus psikosis, mual dan muntah, tics berat,
sindroma Tourette, tambahan pada gangguan ansietas dan tingkah laku berat,
kebingungan, dan cegukan terus menerus.
2) Implikasi

4
Haloperidol bekerja dengan cara mengembalikan keseimbangan zat kimia alami
di dalam otak. Dengan begitu, pikiran menjadi lebih tenang dan jernih, tidak
gugup, tidak berperilaku agresif, serta tidak ada keinginan untuk menyakiti
orang lain.
c. Trihexyphenidyl
1) Indikasi :
Trihexyphenidyl dapat digunakan pada kasus dengan gejala motorik pada
penyakit Parkinson. Pada umumnya, trihexyphenidyl digunakan untuk
mengontrol gejala tremor pada pasien.
2) Implikasi :
Thrihexyphenidyl merupakan golongan obat antimuskarinik yang bekerja
dengan cara menghambat zat alami asetilkolin. Dengan begitu, obat ini dapat
membantu mengurangi kekakuan otot dan mengontrol fungsi otot, serta
membantu meningkatkan kemampuan berjalan pada penderita Parkinson.

6. Lengkapi data mayor dan minor (DS+DO) pada kasus diatas.


Jawab:

No Data Problem
1 Data mayor Gangguan persepsi
DS: sensori: Halusinasi
 Sering mendengar suara-suara menghina dan (D.0085)
mengatakan bahwa pasien perempuan nakal

DO:
 marah-marah dan dan membanting barang
 Pasien tampak sering menyendiri di kamar
 wajah tegang,

Data minor
DS:
 Menyatakan kesal

DO:

5
 Tampak mondar mandir dari satu tempat ke
tempat lain
 Pasien tampak sering menyendiri di kamar,
 wajah tegang,
 terlihat bicara sendiri,
 tangan mengepal
2 Data mayor Isolasi sosial (D.0121)
DS:
 Merasa ingin sendiri

DO:
 Menarik diri
 Pasien tampak sering menyendiri di kamar,
 wajah tegang,
 terlihat bicara sendiri,
 tangan mengepal.

Data minor
DS:
 Suara tersebut timbul jika pasien sedang
sendirian
 sering mendengar suara-suara menghina dan
mengatakan bahwa pasien perempuan nakal,

DO:
 ditinggal menikah oleh pacarnya 2 tahun
yang lalu.
 tampak mondar mandir dari satu tempat ke
tempat lain
 wajah tegang,
 tangan mengepal.
3 Data mayor Risiko cedera (D.0136)
DS:
 Mengancam

6
 Suara keras
 Bicara ketus

DO:
 Saat dikaji di rumah sering marah-marah
karena sering mendengar suara-suara
menghina dan mengatakan bahwa pasien
perempuan nakal,
 setiap mendengarnya pasien selalu marah-
marah dan dan membanting barang,

Data minor
DS: -

DO:
 wajah tegang,
 tangan mengepal.
 Mata melotot
 Rahang mengatup

7. Buatkan pohon masalah berdasarkan problem 3 ( Akibat - Core problem - Etiologi )


Jawab:
Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain (Akibat)

Perubahan persepsi sensori: Halusinasi (Core problem)

Isolasi sosial (Etiologi)

8. Rumuskan Diagnosis keperawatatan ( Definisi, Penyebab, gejala mayor dan minor)


Jawab:

7
Diagnosa keperawatan Penyebab Data
Gangguan Persepsi Sensori: Gangguan pendengaran Data mayor
halusinasi (D.0085) DS:
 Sering mendengar
Definisi: perubahan suara-suara menghina
persepsi terhadap stimulus dan mengatakan
baik internal maupun bahwa pasien
eksternal yang disertai perempuan nakal
respon yang berkurang,
berlebihan atau terdistorsi DO:
 marah-marah dan dan
membanting barang
 Pasien tampak sering
menyendiri di kamar
 wajah tegang,

Data minor
DS:
 Menyatakan kesal

DO:
 Tampak mondar
mandir dari satu
tempat ke tempat lain
 Pasien tampak sering
menyendiri di kamar,
 wajah tegang,
 terlihat bicara sendiri,
 tangan mengepal
Isolasi sosial (D.0121) Perubahan status mental Data mayor
DS:
Definisi: Ketidakmampuan  Merasa ingin sendiri
untuk membina hubungan
yang erat, hangat, terbuka, DO:

8
dan interdependen dengan  Menarik diri
orang lain.  Pasien tampak sering
menyendiri di kamar,
 wajah tegang,
 terlihat bicara sendiri,
 tangan mengepal.

Data minor
DS:
 Suara tersebut timbul
jika pasien sedang
sendirian
 sering mendengar
suara-suara menghina
dan mengatakan
bahwa pasien
perempuan nakal,

DO:
 ditinggal menikah
oleh pacarnya 2 tahun
yang lalu.
 tampak mondar
mandir dari satu
tempat ke tempat lain
 wajah tegang,
 tangan mengepal.
Risiko cedera (D.0136) Interbal: perubahan fungsi Data mayor
kognitif DS:
Definisi: berisiko  Mengancam
mengalami bahaya atau  Suara keras
kerusakan fisik yang  Bicara ketus
menyebabkan seseorang
tidak lagi sepenuhnya sehat DO:

9
atau dalam kondisi baik  Saat dikaji di rumah
sering marah-marah
karena sering
mendengar suara-
suara menghina dan
mengatakan bahwa
pasien perempuan
nakal,
 setiap mendengarnya
pasien selalu marah-
marah dan dan
membanting barang,

Data minor
DS: -

DO:
 wajah tegang,
 tangan mengepal.
 Mata melotot
 Rahang mengatup

10
9. Buat Intervensi keperawatan sesuai kasus diatas!
Jawab:

Dignosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Gangguan TUM: Setelah dilakukan 3x30 menit 1. Manajemen halusinasi (I.09288, hal 178)
Persepsi Pasien dapat interaksi diharapkan pasien Definisi: mengidentifikasi dan mengelola peningkatan
Sensori: mengontrol halusinasi dapat mengontrol halusinasinya keamanan, kenyamanan, dan orientasi realita
halusinasi yang di alaminya. secara bertahap. Tindakan:
(D.0085) TUK: Kriteria hasil: a. Observasi
1. Pasien dapat 1. Setelah interaksi di  Monitor perilaku yang mengidentifikasi
membina harapkan pasien dapat halusinasi
hubungan saling membina hubungan saling  Monitor dan sesuaikan tindakan dan stimulasi
percaya percaya lingkungan
2. Pasien dapat 2. Setelah interaksi di  Monitor isi halusinasi (mis. kekerasan atau
mengetahui harapkan pasien dapat membahayakan diri)
halusinasinya mengetahui halusinasinya b. Terapautik
3. Pasien dapat 3. Setelah interaksi di  Pertahankan lingkungan yang aman
mengontrol harapkan pasien dapat  Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak
halusinasinya mengontrol halusinasinya dapat mengontrol perilaku (mis. limit setting,
4. Pasien dapat 4. Setelah interaksi di pembatasan wilayah, pengekangan fisik,
dukungan dari harapkan pasien dapat seklusi)
12
keluarga dalam dukungan dari keluarga  Diskusikan perasaan dan respons terhadap
mengontrol dalam mengontrol halusinasi
halusinasinya halusinasinya  Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
5. Pasien dapat 5. Setelah interaksi di c. Edukasi
menggunakan harapkan pasien dapat  Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya
obat dengan menggunakan obat dengan halusinasi
benar. benar.  Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya
untuk memberi dukungan dan umpan balik
korektif terhadap halusinasi
 Anjurkan melakukan distraksi (mis.
mendengarkan musik, melakukan aktivitas dan
teknik relaksasi)
 Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol
halusinasi
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu

2. Terapi aktivitas (I.05186, hal 415)


Definisi: menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial,
dan spiritual tertentu untuk memulihkan keterlibatan,

13
frekuensi, atau durasi aktivitas individu atau kelompok
Tindakan:
a. Observasi
 Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja)
dan waktu luang
 Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas
b. Terapeutik
 Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit
yang dialami
 Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan
fisik, psikologis, dan sosial

14
 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energi, atau gerak
 Fasilitasi aktivitas motoric kasar untuk pasien
hiperaktif
 Fasilitasi aktivitas motoric untuk merelaksasi
otot
 Libatkan dalam permainan kelompok yang
tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas
rekreasi dan diversifikasi untuk menurunkan
kecemasan (mis. vocal group, bola voli, tenis
meja, jogging, berenang, tugas sederhana,

15
permainan sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kartu)
 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
c. Edukasi
 Jelaskan metode aktvitas fisik sehari-hari, jika
perlu
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika perlu

10. Buat SP tindakan keperawatan pada kasus di atas baik untuk pasien maupun keluarga !
Jawab:
16
Diagnosa keperawatan Pasien Keluarga
Gangguan Persepsi 1. SP Ip : 1. SP Ik:
Sensori: halusinasi a. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien a. Mendiskusikan masalah yang
(D.0085) b. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien dirasakan kelurga dalam
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien merawat pasien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien b. Menjelaskan pengertian,
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi tanda dan gejala, dan jenis
f. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi halusinasi serta proses
g. Mengajarkan pasien cara menghardik halusinasi terjadinya halusinasi pada
h. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik pasien
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian c. Menjelaskan cara merawat
2. SP IIp : pasien dengan halusinasi
a. Mengevaluasi jadwal harian pasien 2. SP IIk :
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara a. Melatih keluarga
bercakap-cakap dengan orang lain mempraktikkan cara merawat
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien dengan halusinasi
harian b. Melatih keluarga melakukan
3. SP IIIp : cara merawat langsung
a. Mengevaluasi jadwal harian pasien kepada pasien halusinasi
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara 3. SP IIIk :
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan pasien a. Membantu keluarga membuat
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan jadwal aktivitas dirumah

17
harian termasuk minum obat
4. SP IVp : b. Menjelaskan follow up pasien
a. Mengevaluasi jadwal harian pasien setelah pulang
b. Memberikan pendidikan kesehatan
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

18
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS PERSEPSI

A. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman dengan
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Tujuan dari terapi ini untuk membantu
pasien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya
memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif (Sutejo,
2017). Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.

B. Kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulus persepsi


1. Tujuan
a. Tujuan umum
Pasien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam
kelompok secara bertahap.
b. Tujuan khusus
1) Pasien dapat mengenal halusinasi
2) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.
3) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
4) Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
5) Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
2. Kriteria anggota kelompok
Menurut Sustrami dan Sundari (2014), kriteria anggota kelompok yang sesuai yaitu :
a. Pasien yang mengalami halusinasi pendengaran.
b. Pasien halusinasi pendengaran yang sudah terkontrol.
c. Pasien yang dapat diajak kerjasama.
3. Proses seleksi
1) Berdasarkan observasi dan wawancara.
2) Menindak lanjuti asuhan keperawatan.
3) Informasi dan keterangan dari pasien sendiri dan perawat.
4) Penyelesian masalah berdasarkan masalah keperawatan.

20
5) Pasien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang diberikan.
6) Mengadakan kontrak dengan pasien.
4. Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari, tanggal
Waktu
tempat
5. Nama anggota kelompok
6. Media dan alat
a. Boardmarker/spidol
b. Whiteboard/papan tulis
c. Kertas
d. Bolpoin
7. Metode
a. Diskusi
b. Bermain peran
8. Susunan pelaksanaan
Berikut peran perawat dan uraian tugas dalam terapi aktivitas kelompok menurut
Sutejo (2017) adalah sebagai berikut :
a. Leader
b. Co-leader
c. Fasilitator
d. Observer

C. Sesi TAK stimulus persepsi


1. Sesi I : Mengenal halusinasi
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik
3. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan
4. Sesi IV: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
5. Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

D. Tahap TAK stimulus persepsi halusinasi pendengaran

21
1. Tahap Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan kriteria melalui proses seleksi, yaitu pasien
dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran.
b. Membuat kontrak dengan pasien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari perawat kepada pasien.
2) Perkenalkan nama dan panggilan perawat (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua pasien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan pasien saat ini.
c. Kontrak
1) Perawat menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
menegenal suara-suara yang didengar. Jika pasien sudah terbiasa
menggunakan istilah halusinasi, gunakan kata “halusinasi”.
2) Perawat menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada perawat.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Sesi I : mengenal halusinasi.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-
suara yang didengar tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan
perasaan pasien pada saat terjadi.
2) Perawat meminta pasien untuk menceritakan tentang halusinasinya, mulai
dari pasien yang ada di sebelah kanan perawat secara berurutan berlawanan
jarum jam sampai semua pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di
whiteboard.
3) Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan pasien dari suara
yang biasa didengar.

22
b. Sesi II : mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu cara pertama
mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
2) Perawat meminta pasien untuk menyebutkan cara yang selama ini
digunakan untuk mengatasi halusinasinya, menyebutkan efektivitas cara,
mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan perawat secara berurutan
berlawanan jarum jam sampai semua pasien mendapat giliran. Hasilnya
ditulis di whiteboard.
3) Perawat menjelaskan dan memperagakan cara mengontrol halusinasi
dengan teknik menghardik yaitu kedua tangan menutup telinga dan berkata
“Diamlah suara-suara palsu, aku tidak mau dengar lagi”.
4) Perawat meminta pasien untuk memperagakan teknik menghardik, mulai
dari pasien yang ada di sebelah kanan perawat sampai semua pasien
mendapat giliran. Beri pujian setiap kali pasien selesai memperagakan
c. Sesi III : mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu cara kedua
mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan. Jelaskan bahwa
dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya
halusinasi.
2) Perawat meminta pasien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan
sehari-hari, dan tulis di whiteboard.
3) Perawat membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Perawat menulis
formulir yang sama di whiteboard.
4) Perawat membimbing satu persatu pasien untuk membuat jadwal kegiatan
harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Pasien menggunakan
formulir, perawat menggunakan whiteboard.
5) Perawat melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
6) Perawat meminta pasien untuk membacakan jadwal yang telah disusun.
Berikan pujian dan tepuk tangan bersama untuk pasien yang sudah selesai
membuat jadwal dan membacakan jadwal yang telah dibuat.
7) Perawat meminta komitmen masing-masing pasien untuk melaksanakan
jadwal kegiatan yang telah disusun dan memberi tanda M kalau
dilaksanakan, tetapi diingatkan terlebih dahulu oleh perawat, dan T kalau
tidak dilaksanakan.

23
d. Sesi IV : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu cara ketiga
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. Jelaskan bahwa pentingnya
bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.
2) Perawat meminta tiap pasien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
3) Perawat meminta pasien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan
bisa dilakukan.
4) Perawat memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul
“Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau
“Suster saya mau ngobrol tentang kegiatan harian saya”.
5) Perawat meminta pasien untuk memperagakan percakapan dengan orang
disebelahnya.
6) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.
7) Ulangi dan sampai semua mendapat giliran.
e. Sesi V : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu cara terakhir
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. Jelaskan bahwa
pentingnya patuh minum obat yaitu mencegah kambuh karena obat
memberi perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
2) Perawat menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab
kambuh.
3) Perawat meminta pasien menyampaikan obat yang diminum dan waktu
meminumnya. Buat daftar di whiteboard.
4) Perawat menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar
waktu, benar pasien, benar cara, benar dosis
5) Minta pasien untuk menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergiliran.
6) Berikan pujian pada paisen yang benar.
7) Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
8) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah salah satu cara
mencegah halusinasi atau kambuh.

24
9) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi atau kambuh.
10) Minta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
11) Memberi pujian tiap kali pasien benar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Perawat menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
2) Perawat menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang selama ini
dipelajari.
3) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan pasien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Perawat mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol
halusinasi.
2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai indikasi pasien
5. Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Formulir evaluasi atau lembar observasi pada TAK sesuai sesi
yang dilakukan.

25
26

Anda mungkin juga menyukai