Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BERMAIN TERAPEUTIK DIRUMAH DIMASA PANDEMI

KELOMPOK 11

Sopiana
Tia Nur Octaviani
Verenica Dewi Fitriani
Wawan
Yeni Noviyanti
Yesi Yustikasari
Siti Maria Ulfah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316
2020/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BERMAIN TERAPEUTIK DIRUMAH DIMASA PANDEMI

Pokok bahasan          : Bermain Terapeutik Dirumah Dimasa Pandemi

Sasaran                      : Anak - anak

Tempat                       : Di Lingukan Masyarakat


Waktu                         : 30 menit

I. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan tentang Bermain Terapeutik Dirumah Dimasa Pandemi,

diharapkan peserta penyuluhan dapat mengetahui dan memahami Tentang Bermain

Terapeutik Dirumah Dimasa Pandemi.

II. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan Tentang Bermain Terapeutik Dirumah Dimasa Pandemi.

peserta penyuluhan diharapkan mampu :

1. Menjelaskan Pengertian bermain

2. Menjelaskan Kategori bermain

3. Menjelaskan Jenis permainan

4. Menjelaskan Ciri-ciri bermain

5. Menjelaskan Klasifikasi bermain

6. Menjelaskan Fungsi bermain

7. Menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain

8. Menjelaskan Tahap perkembangan bermain

9. Menjelaskan Karakteristik bermain sesuai tahap perkembangan


10. Menyebutkan Alat permainan edukatif (ape)

11. Menjelaskan Masa pandemi

12. Menjelaskan Bermain terapeutik dimasa pandemic

III. Materi (terlampir)

1. Pengertian bermain

2. Kategori bermain

3. Jenis permainan

4. Ciri-ciri bermain

5. Klasifikasi bermain

6. Fungsi bermain

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain

8. Tahap perkembangan bermain

9. Karakteristik bermain sesuai tahap perkembangan

10. Alat permainan edukatif (ape)

11. Masa pandemi

12. Bermain terapeutik dimasa pandemi

IV. Metode

Ceramah dan Diskusi

V.  Media

1. Sap

2. Poster
3. Video Mengenai Bermain Terapeutik Dirumah Dimasa Pandemi.

VI. Kegiatan Belajar-Mengajar

No Waktu Kegiatan Respon Peserta


Pendahuluan:

 Mengucapkan salam dan          Menjawab salam

perkenalan           Menyepakati kontrak

 Mengingatkan kontrak waktu           Mendengarkan


1. 5 menit
 Menjelaskan tujuan dan

pokok  bahasan yang akan

disampaikan           Memperhatikan

 Persiapan mental sasaran           Menjawab


2. 20 menit Pelaksanaan:

 Pengertian bermain           Mendengarkan

 Kategori bermain           Mendengarkan

 Jenis permainan           Mendengarkan

          Mendengarkan
 Ciri-ciri bermain
          Mendengarkan
 Klasifikasi bermain
          Mendengarkan
 Fungsi bermain

 Faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas

bermain
 Tahap perkembangan bermain

 Karakteristik bermain sesuai

tahap perkembangan

 Alat permainan edukatif (ape)

 Masa pandemi

 Bermain terapeutik dimasa

pandemi

Penutup:

 Diskusi tanya jawab            Aktif bertanya

3. 5 menit  Oral Test            Menjawab

 Menutup acara mengucap           Menjawab salam

salam

VII. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur

 SAP dan Video telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum pelaksanaan

 Tersedianya tempat, media, dan alat

 Kesepakatan kontrak waktu dan tempat

2. Evaluasi proses

 Perkenalan dan kontrak awal mahasiswa dengan peserta penyuluhan

 Penggunaan komunikasi terapeutik oleh mahasiswa saat berinteraksi dengan

peserta penyuluhan
 Peserta penyuluhan berperan aktif dalam diskusi dan tanya jawab

 Kesepakatan kontrak pertemuan berikutnya dengan peserta penyuluhan

 peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai

3. Evaluasi hasil

 Peserta Menyebutkan Pengertian bermain

 Peserta Menyebutkan Kategori bermain

 Peserta Menyebutkan Jenis permainan

 Peserta Menyebutkan Ciri-ciri bermain

 Peserta Menyebutkan Klasifikasi bermain

 Peserta Menyebutkan Fungsi bermain

 Peserta Menyebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain

 Peserta Menyebutkan Tahap perkembangan bermain

 Peserta Menyebutkan Karakteristik bermain sesuai tahap perkembangan

 Peserta Menyebutkan Alat permainan edukatif (ape)

 Peserta Menjelaskan Masa pandemic

 Peserta Mempraktekan Bermain terapeutik dimasa pandemi

BERMAIN TERAPEUTIK DIRUMAH DIMASA PANDEMI


TERAPI BERMAIN

A. PENGERTIAN BERMAIN

Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak

disadari (Wholey and Wong, 1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989). Bermain adalah kegiatan

yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir

(Hurlock). Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan

melalui bio-psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy Smith).

Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari

anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui

bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B. KATEGORI BERMAIN

1. Bermain aktif Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau

kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.

2. Bermain pasif/hiburan Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan

aktivitas (hanya melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh:

memberikan support, menonton televisi.

C. JENIS PERMAINAN

1. Permainan bayi Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1

tahun. Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.

2. Permainan perorangan Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada

todler dan prasekolah. Contoh: menendang bola.


3. Permainan tetangga Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh:

bermain polisi dan penjahat.

4. Permainan tim Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia

sekolah dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.

5. Permainan dalam ruang Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca

buruk atau hujan. Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

D. CIRI-CIRI BERMAIN

1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda

2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi

3. Selalu dinamis, berkembang

4. Ada aturan tertentu

5. Menuntut ruangan tertentu.

E. KLASIFIKASI BERMAIN

1. Menurut Isi

a. Social affective play Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang

lain terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,

misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain

anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Sense of pleasure play Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada

disekitarnya, dengan bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air

atau pasir, mengenal rasa, bau.


c. Skill play Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan

tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda

roda tiga.

d. Dramatika play (Role play) Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya

menjadi ayah atau ibu.

2. Menurut Karakteristik Sosial

a. Solitary play Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa

orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.

b. Paralel play Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing

mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada

interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak todler dan pre

school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiatif play Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang

sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak

bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.

d. Kooperatif play Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi

dan terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu.

Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

F. FUNGSI BERMAIN

1. Perkembangan Sensorik Motorik Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan

kemampuan fisiknya. Bayi dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra

sekolah melalui gerakan tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan

masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk,

kegunaan). Perkembangan ini diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda

disekitarnya baik dalam hal warna, ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh:

bermain mengisi teka-teki silang.

3. Kreatifitas Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua

media, puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya

menyusun balok.

4. Perkembangan Sosial Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan

mempelajari peran dalam kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah,

dan mampu mengenal tanggungjawab.

5. Kesadaran Diri (Self awarness) Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan

dan tingkah laku terhadap orang lain.

6. Perkembangan Moral Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku

sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat

menerapkan kejujuran.

7. Terapi Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan

yang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.

8. Perkembangan Komunikasi Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang

belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan.

2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan kognitif

terganggu.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal sementara anak

wanita mother role.

4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.

5. Alat permainan.

6. Intelegensia.

7. Status sosial ekonomi.

H. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1. Tahap Eksplorasi Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.

2. Tahap Permainan Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan. 3.

3. Tahap Bermain Sungguhan Anak sudah ikut dalam perminan.

4. Tahap Melamun Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan

berikutnya.

I. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

1. Bayi (1 bulan)

a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan benda

yang terang dan menyolok.

b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.

c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.

d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.

2. Bayi (2-3 bulan)

a. Visual: buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi ke

ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.


b. Auditori: bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan

keluarga.

c. Taktil: memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut, gosok

dengan lotion/bedak.

d. Kinetik: jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.

3. Bayi (4-6 bulan)

a. Visual: bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.

b. Auditori: anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas didekat

telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.

c. Taktil: beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.

d. Kinetik: bantu tengkurap, sokong waktu duduk.

4. Bayi (6-9 bulan)

a. Visual: mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas untuk

dirobek-robek.

b. Auditori: panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh, beri tahu

yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.

c. Taktil: meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir,

berenang.

d. Kinetik: letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.

5. Bayi (9-12 bulan)

a. Visual: perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat, bermain bola,

tunjukkan bangunan agak jauh.

b. Auditori: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara binatang.
c. Taktil: beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan hangat.

d. Kinetik: beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.

Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:

a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.

b. Buku dengan gambar menarik.

c. Balon, cangkir dan sendok.

d. Boneka bayi.

e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.

6. Todler (2-3 tahun)

a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.

b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.

c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.

d. Perhatiannya singkat.

e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”

f. Karakteristik bermain “Paralel Play”

g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.

h. Senang musik/irama.

Mainan untuk toddler:

a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.

b. Alat masak.

c. Malam, lilin.
d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat dipukul,

krayon, kertas.

7. Pra Sekolah (4-5 tahun)

a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.

b. Sangat energik dan imaginatif.

c. Mulai terbentuk perkembangan moral.

d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.

e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.

f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.

Mainan untuk pra sekolah:

a. Peralatan rumah tangga.

b. Sepeda roda tiga.

c. Papan tulis/kapur.

d. Lilin, boneka, kertas.

e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.

8. Usia Sekolah (6-12 tahun)

a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.

b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.

c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.

d. Karakteristik “Cooperative Play”.

e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.

Mainan untuk anak usia sekolah:


a. 6-8 tahun Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,

sepeda. 2. 8-12 tahun Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan

tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.

9. Remaja ( 13-18 tahun)

a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.

b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.

c. Membaca majalah, buku.

J. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

1. Pengertian APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak

disesusikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

2. Kegunaan

a. Pengembangan aspek fisik: merangsang pertumbuhan fisik anak.

b. Pengembangan bahasa: melatih bicara dan menggunakan kalimat yang benar.

c. Pengembangan aspek kognitif: pengenalan suara, bentuk, ukuran, dan warna.

d. Pengembangan aspek sosial: hubungan atau interaksi ibu-anak, keluarga, masyarakat.

3. Syarat

a. Aman, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

b. Ukuran dan berat sesuai usia.

c. Desainnya harus jelas. Memiliki ukuran, susunan, warna tertentu serta jelas maksud

dan tujuannya.

d. Berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak (motorik,

bahasa, kognitif, sosialisasi).

e. Dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah.
f. Harus tetap menarik.

g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan.

h. Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan diganti,

pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat, harga terjangkau.

4. Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli

a. Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan didorong.

b. Motorik halus: gunting, bola, balok, lilin.

c. Kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna.

d. Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.

e. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki.

f. Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama seperti bola, tali,

dakon.

5. Kesalahan dalam Pemilihan Alat

a. Memberikan sekaligus banyak mainan.

b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi bagi anak.

c. Alat terlalu mahal.

d. Terlalu lengkap dan sempurna.

e. Tidak sesuai dengan umur anak.

f. Terlalu banyak mainan dengan tipe yang sama.

g. Tidak teliti keamanannya.

K. MASA PANDEMI

Sejak pandemi Covid 19 melanda negeri Indonesia, pemerintah membuat kebijakan bahwa

semua kegiatan seperti bekerja, belajar dan beribadah dilakukan di rumah. Karena itu,
dikenal dengan istilah work from home (WFH), study from home (SFH), atau pray in

house (PIH). Kini, rumah telah menjadi titik sentral kegiatan apa pun bagi semua anggota

keluarga. Sebagai anak-anak, mereka masih menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai

siswa yang belajar di rumah. Ia mengerjakan semua pelajaran, pekerjaan rumah (homework),

maupun tugas-tugas sekolah di rumah. Mereka tetap belajar sebagaimana seperti biasanya

sebagai siswa sekolah, namun semuanya itu dikerjakan di rumah. Usai belajar, anak-anak

masih memiliki banyak waktu luang. Jika tidak tahu, waktu luang tersebut akan berlalu sia-

sia.

Namun demikian, anak-anak pasti tahu apa yang akan mereka lakukan. Mereka dapat

mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat positif, di antaranya kegiatan

bermain. Bermain ialah kegiatan sukarela yang menyenangkan yang dapat dilakukan oleh

siapa pun. Bermain dapat dilakukan oleh anak, remaja, orang dewasa, dan bahkan orang

yang lanjut usia.

L. BERMAIN TERAPEUTIK DIMASA PANDEMI

1. Homoluden

Seorang filsuf Huizinga menyatakan bahwa manusia adalah homoluden. Bermain

bersifat universal. Siapa pun umat manusia yang berasal dari berbagai bangsa, suku

bangsa, budaya, adat-istiadat, agama atau aliran kepercayaan mana pun, menyukai

kegiatan bermain. Bermain telah dilakukan oleh individu sejak masih janin ketika masih

berada dalam kandungan.

Selanjutnya, bayi, anak, remaja, orang dewasa dan lanjut usia tetap melakukan kegiatan

bermain. Jadi kegiatan bermain tidak mengenal usia. Di masa perkembangan anak-anak
dikenal dengan istilah "dunia anak adalah bermain". Kegiatan utama seorang anak

adalah bermain. Tiada hari tanpa bermain. Dalam pandangan teori rekapitulasi disebut

bahwa bermain sebagai proses pembelajaran bagi seorang anak untuk melatih

ketrampilan praktis yang nanti dipraktikkan di masyarakat.

Karena itu, dikenal dengan permainan peran tradisional yang sangat memasyarakat.

Anak-anak dapat berperan sebagai dokter, tentara, polisi, pilot, ayah, ibu atau peran apa

saja. Anak-anak meniru peran orang dewasa, bahwa mereka berharap dapat memiliki

profesi mulia yang dilakukan orang dewasa.

Demikian pula mereka yang sudah lanjut usia, mereka memiliki banyak waktu luang.

Mereka sudah pensiun dan tidak bekerja lagi. Jika mereka menyia-nyiakan waktu

luangnya, maka mereka akan merasakan kesepian. Karena itu, mereka dapat bermain

untuk mengisi waktu luangnya. Dalam konsep pengembangan teori kognitif, maka

bermain bermanfaat untuk mempertahankan kapasitas memori (daya ingat), sehingga

dapat mencegah kepikunan.

2. Surplus energy

PBB sebuah organisasi dunia juga menyatakan bahwa setiap umat manusia, khususnya

anak-anak memiliki hak untuk bermain. Jadi tidak ada seorang pun yang dapat melarang

bagi siapa pun untuk bermain. Dalam pandangan teori surplus energi dikatakan bahwa

anak-anak memiliki kelebihan energi, sehingga mereka menyalurkan kelebihan energi

tersebut melalui kegiatan bermain. Bagi anak-anak perempuan, mereka bisa memainkan

permainan tradisional yang dapat dilakukan di rumah, misalnya bermain congklak, bola

bekel. Bagi anak laki-laki, mereka bisa bermain halma, ludo atau ular tangga. Namun

demikian, kini anak-anak dapat bermain gadget atau handphone yang menyediakan
banyak jenis permainan elektronik. Cukup bermodalkan handphone Android dan

ketersediaan kuota internet, setiap anak dapat mengunduh berbagai permainan

elektronik. Salah satunya adalah Mobile Legend, sebuah permainan yang sangat

digemari oleh anak-anak di seluruh dunia. Ketika mereka sudah merasa asyik bermain,

maka mereka dapat menemukan dunianya.

Dalam ini, orangtua tidak perlu merasa kuatir. Sebab mereka dapat membagi waktu

untuk belajar dan bermain. Selama anak-anak bermain di rumah, orangtua cukup

mengawasi mereka saja. Orangtua hanya memastikan bahwa anak-anak melakukan

kegiatan bermain yang wajar, normal dan tidak menyimpang dari norma-norma sosial

masyarakat. Mereka masih berada dalam koridor nilai-nilai kesusilaan. Jangan sampai,

anak-anak mengunduh konten pornografi, atau hal-hal yang melanggar ajaran agama.

Dengan pengawasan yang ketat, anak-anak pun akan mematuhi aturan yang diterapkan

orangtua di rumah. Yang terpenting adalah orangtua memberi kebebasan bermain bagi

anak-anak, namun mereka tetap harus mengikuti aturan-aturan keluarga.

3. Nilai terapeutik bermain

Stop! Jangan pandang enteng kegiatan bermain! Sigmund Freud, eorang psikoanalisis

klasik menegaskan bahwa bermain memiliki nilai terapeutik. Bermain adalah kegiatan

yang memiliki manfaat untuk mengatasi ketidakseimbangan psiko-emosional dalam diri

individu. Bermain sebagai sarana terapi untuk mengatasi kondisi stres, cemas, takut,

kuatir, atau depresi yang dialami oleh seorang individu.

Di masa pandemi Covid 19 ini, bermain bisa menjadi salah satu solusi ampuh yang

dapat diterapkan oleh siapa pun. Masyarakat umum seperti orangtua mencemaskan

adanya penularan covid 19 yang dapat terjadi pada anak-anaknya. Yang merasa cemas,
justru, orangtuanya. Karena itu, yang perlu memperoleh terapi adalah orangtua, bukan

anak-anak. Dengan demikian, orangtualah yang seharusnya melakukan terapi bagi diri-

sendiri.Caranya, orangtua ikut bermain bersama dengan anak-anak di rumah.

Kegiatan bermain bersama orangtua dengan anak-anak justru meningkatkan ikatan

emosi (emotion bonding). Orangtua merasa lebih dekat dan akrab dengan anak-anak.

Hal ini memberi keuntungan bagi orangtua maupun anak-anak. Orangtua lebih leluasa

untuk mengajar, mendidik maupun membina anak-anak agar mereka memiliki karakter

positif di masa depan. Sifat-sifat negatif yang dianggap sebagai kekurangan dalam diri

anak, bisa segera dihilangkan atau diperbaiki oleh orangtua.

Demikian pula, anak-anak lebih leluasa untuk berkomunikasi dari hati ke hati kepada

orangtua. Karena sudah tidak ada jarak emosional antara orangtua dengan anak-anak di

rumah. Jadi adanya pandemi covid 19 memberikan kesempatan bermain bersama

orangtua dan anak-anak, akibatnya bermanfaat secara positif bagi pemulihan hubungan

komunikasi dalam keluarga. Jika pandemi covid 19 berakhir, maka seluruh anggota

keluarga (orangtua dan anak-anak) dapat melakukan peran sosial yang lebih baik di

masyarakat. Orangtua dapat kembali bekerja meniti karir dengan dukungan penuh dari

anak-anak. Demikian pula, anak-anak dapat kembali meraih prestasi di sekolah. Dengan

demikian, terciptalah sebuah keluarga yang dapat mengaktualisasikan seluruh

potensinya bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bermain bagi Anak di Rumah pada Masa

Pandemi Covid-19", Klik untuk

baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/05/23/174802620/bermain-bagi-anak-di-rumah-

pada-masa-pandemi-covid-19?page=all.

Foster and Humsberger. 2008. Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders

Company. Philadelpia. USA Hurlock, E. B. 1991.

Perkembangan anak. jilid I. Erlangga. Jakarta Markum, dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Anak. IDI. Jakarta


Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta Soetjiningsih.

2016. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Whaley and Wong.2015. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby Year Book.

Toronto. Canada

Anda mungkin juga menyukai