LAPORAN AWAL
AKHMAD JUMARDI
140310180011
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. i
BAB 1 ...................................................................................................................... 2
BAB 2 ...................................................................................................................... 4
BAB 3 .................................................................................................................... 11
BAB 4 .................................................................................................................... 13
Zat padat adalah keadaan atom-atom, ion, atau molekul yang membentuk agregat
sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk dan volume tertentu. Zat padat dapat
diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau ion-ion
penyusunnya. Zat yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan
berulang (periodik) disebut kristal. Sedangkan, zat padat yang tidak memiliki
keteraturan demikian disebut bahan amorf (Non-Kristal). Pengujian suatu zat padat
apakah berupa amorf atau kristalin dapat dilakukan melalui beberapa metode
diantaranya adalah difraksi sinar-X.
2
3
(ECCO) dan menghitung parameter kisi dari data XRD dengan Indeks Miller tertentu
(ECCZO) dengan menggunakan software Cell Calculation.
1.2 Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Zat padat adalah keadaan atom-atom, ion, atau molekul yang membentuk
agregat sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk dan volume tertentu. Zat padat
dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau ion-ion
penyusunnya. Zat yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan
berulang (periodik) disebut kristal. Sedangkan, zat padat yang tidak memiliki
keteraturan demikian disebut bahan amorf (Non-Kristal).
2.2 Kristal
Kristal yang ideal adalah kristal yang memiliki struktur kristal dengan
tingkat kesetangkupan unit atom yang tak berhingga dalam seluruh volume
kristalnya serta tidak memiliki cacat geometrik. Struktur kristal dibangun oleh
sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun secara
khusus dan secara periodik berulang dalam ruang tiga dimensi pada suatu kisi
kristal (crystal lattice) Unit atom yang dimaksud dapat berupa atom tunggal
atau kumpulan dari beberapa atom yang disebut basis. Basis tersebut melekat
pada posisi-posisi tertentu dengan titik-titik posisi yang disebut kisi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa struktur dari sebuah Kristal merupakan penjumlahan
antara kisi dengan basisnya (Struktur Kristal =Kisi + Basis). Contoh sederhana
penjumlahan kisi dengan basis yang menghasilkan struktur kristal digambarkan
pada Gambar 2.2
Arah orientasi bidang yang dibentuk dari titik-titik kisi Bravais sangat
menetukan sifat dari suatu kristal. Oleh sebab itu diperlukan sistem penomoran
yang dapat merepresentasikan setiap bidang yang ada pada suatu kristal.
Seorang ilmuwan Inggris yaitu W. H. Miller memperkenalkan sistem
pengkodean bidang kristal yang kemudian diberi nama indeks Miller. Indeks
Miller merupakan suatu pengkodean, pendefinisian atau penamaan untuk
melihat orientasi dari suatu permukaan. Indeks Miller mendefinisikan set
permukaan yang paralel antara satu dengan yang lainnya. Indeks Miller tidak
mendefinisikan bidang berdasarkan koordinat, tapi melihat keseluruhan
orientasi bidang. Hal ini menyebabkan bidang yang memiliki arah orientasi
yang sama akan tergabung dalam satu kelompok yang sama. Misalnya arah
suatu titik dari titik asal (0, 0, 0) adalah (a, b, c). Jika kita memiliki bidang lain
yang jarak dari titik asalnya 2 kali dari (a, b, c) maka dapat ditulis (2a, 2b, 2c).
Arah bidang ini akan sama dengan arah bidang (a, b, c). Sehingga arah bidang
(1, 0, 0) akan memiliki implikasi yang sama dengan arah bidang (2, 0, 0) atau
(3, 0, 0).
interferensi konstruktif pada sudut tertentu. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X
untuk mempelajari arah bidang kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg :
Nλ = 2 d sin θ ; n = 1,2,3,.....
• Posisi puncak difraksi pada sudut θ tertentu, jarak antar bidang (dhkl), struktur
kristal dan orientasi dari sel satuan (dhkl) struktur kristal dan orientasi dari sel
satuan.
• Intensitas relatif puncak difraksi, memberikan gambaran tentang posisi atom
dalam sel satuan.
• Bentuk puncak difraksi
• Jarak antar bidang (dhkl)
11
BAB 3
METODE PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Analisis
Kesimpulan
BAB 4
TUGAS PENDAHULUAN
4.1 Jelaskan pengertian kristal dan amorfus, struktur kristal, jarak antar bidang,
bidang dan arah kristal
Jawab :
Kristal merupakan benda padat yang terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul dengan susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga dimensi.
Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus memenuhi
adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat.
Amrfous strukturnya menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi pola
susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang dimiliki tidak teratur. Amorf
terbentuk karena proses kristalisai yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat
dengan tepat menempati lokasi kisinya. Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut
struktur kristal.
Jawab :
Difraksi sinar-X terjadi ketika suatu basis dalam suatu kristal teradiasi secara koheren,
menghasilkan interferensi konstruktif pada sudut tertentu. Dasar dari penggunaan
difraksi sinar-X untuk mempelajari arah bidang kisi kristal adalah berdasarkan
persamaan Bragg : n λ = 2 d sin θ ; n = 1,2,… λ adalah panjang gelombang sinar-X
yang digunakan, d adalah jarak antara dua bidang kisi, θ adalah sudut antara sinar
datang dengan bidang normal, dan n adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde
interferensi.
14
Jawab :
4.4 Tentukan Indeks Miller (hkl) dari bahan La2-xSrxCuO4 (LSCO) dengan
parameter kisi sebagai berikut : a-axis = 3.774 Å, c-axis : 13,235 Å dan λCuKα –
1.54056 Å pada berbagai θ
Jawab :
15
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Annisa. (2012). Struktur Kristal Zat Padat Pengantar Fisika Material.
Bandung: Jurusan Fisika, Universitas Padjajaran.
Kisi, E. H., 1994 : Rietveld Analysis of Powder Diffraction Patterns, Material Forum.
Smallman, R., & Bishop, R. (1999). Modern Physics Metallurgy and Materials
Engineering. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Wijayanti, S. (2007). Analisa Pola – Pola Difraksi Sinar-X Pada Material Serbuk
Nd6fe13sn, Nd6fe13ge Dan Nd6fe13si Menggunakan Metode Rietveld Gsas