Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salam serta salawat tak lupa pula
kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah
membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita
rasakan seperti saat-saat sekarang ini. Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada ibu dosen
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah menjelaskan mengenai post
partum.

Mojokerto, 19 november 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 rumusan masalah
1.3 tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian
2.2 fisiologi post partum
2.3 adaptasi psikologis
2.4 tanda-tanda bahaya dan komplikasi pada masa post partum
2.5 askep post partum
2.6 home visit post partum
BAB III PENUTUP

A. kesimpulan
B. saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada masa postpartum atau nifas terjadi berbagai perubahan pada wanita setelah
kehamilan dan persalinan, baik perubahan secara fisiologi, psikologi, maupun sosiokultural.
Perubahan kompleks yang terjadi pada wanita postpartum tersebut memerlukan adaptasi
untuk menyesuaikan diri dengan kondisi dan pola hidup setelah proses kehamilan dan
persalinan.
Periode postpartum merupakan masa transisi yang kritis bagi seorang ibu.1 Tidak semua
ibu mampu beradaptasi, sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologi pada ibu, baik
gangguan psikologi ringan maupun berat. Salah satu gangguan psikologi yang bisa terjadi
pada ibu postpartum yaitu depresi postpartum.
Ibu dengan gangguan depresi postpartum akan mengalami perasaan sedih yang
berlebihan dan diikuti oleh gejala penyertanya; adanya perubahan pola tidur dan nafsu
makan, gangguan psikomotor, penurunan konsentrasi, adanya rasa kelelahan, rasa putus asa,
merasa tidak berdaya, dan pada keadaan berat dapat timbul keinginan untuk bunuh diri.2
Adanya pengaruh biologis, psikologis dan faktor demografi yang mendukung seperti usia
muda saat kehamilan, status pernikahan yang tidak harmonis, paritas, tingkat pendidikan,
dan status sosial ekonomi menjadi hal yang mempengaruhi untuk terjadinya depresi
postpartum. Adanya riwayat gangguan afektif dan sudah adanya gejala depresi saat
kehamilan seperti timbulnya rasa bersalah, gangguan nafsu makan, gangguan tidur,
gangguan konsentrasi dan keinginan untuk bunuh diri yang menetap setidaknya 2 minggu
saat kehamilan juga menjadi faktor resiko yang kuat terjadinya depresi postpartum.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM IV) gejala
depresi postpartum adalah; insomnia, hypersomnia, agitasi atau retardasi, kelelahan,
perubahan nafsu makan, merasa tidak berharga, merasa bersalah, penurunan konsentrasi, dan
bahkan ada keinginan untuk bunuh diri. Gejala tersebut timbul hampir setiap hari yang
berlangsung dalam 2 minggu pasca persalinan. Penderita juga mengalami perubahan mood
dan atau kehilangan minat dalam aktifitas sehari-hari dalam empat minggu kelahiran.
Gejala-gejala tersebut menyebabkan kualitas hidup ibu menjadi berkurang.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa fisiologi post partum ?
2. Askep pada post partum ?
3. Home visit pada post partum
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui fisiologi post partum
2. Untuk memngetahui askep tentang post partum
3. Untuk mengetahui apa itu home visit tentang post partum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pengertian

Pengertian Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan

seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai dari

perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru

dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu,

kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan

efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu,

sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin &

Fratidhini, 2009).

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa postpartum Mengidentifikasi dan

merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6

jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, dan Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan

keluarga.
Tahapan Masa Postpartum Adapun tahapan-tahapan masa postpartum adalah :

(1). Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-

jalan.

(2). Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kirakira

6-8 minggu.

(3). Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Suherni, 2009).

2.2 fisiologis postpartum

1. Perubahan Sistem Reproduksi Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang


meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan
plasenta (plasental site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding
uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari
pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4
minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).
Perubahan vagina dan perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan

timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum

pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut

serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan

perawatan dengan baik (Suherni, 2009).

2. Perubahan pada Sistem Pencernaan Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah

melahirkan.Hal ini umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat selama

persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam
setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas,

dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya

kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses

pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009).

3. Perubahan Perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,

tergantung pada :

 Keadaan/status sebelum persalinan

 lamanya partus kala II dilalui

 besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari

hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya

edema dan hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi

exstravasasi (extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh

darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009).

 Perubahan dalam Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan

terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang

berperan dalam proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian

belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah

perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal

tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada wanita yang


menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada

rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan.

Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun

dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan

otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan

progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. Selama

hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh

belum dimengerti. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang

mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum

dan vulva, serta vagina.

 Perubahan Tanda- tanda Vital Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat

menjadi 38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan

hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam

melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi

selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan

endometrium), pembengkakan payudara, dan lainlain.

Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya

bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat

berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering

terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan

proses persalinan yang lama. Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat
mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan

adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama.

Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.

Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang

disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu

mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan

ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah

melahirkan (Maryunani, 2009).

2.3 adaptasi psikologi ibu postpartum

Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang di alami ibu, masa nifas juga
merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah
lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang
sebenarnya.

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

(1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan
berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.

(2). Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini
ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk
memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas.

(3). Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu
memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat bpada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam
menjalani peran barunya.
2.4 tanda-tanda bahaya dan komplikasi pada masa postpartum

Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Oleh karena
itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat
mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang harus diperhatikan. Tanda-tanda bahaya yang
perlu diperhatikan pada masa nifas ini adalah :

(1). Demam tinggi hingga melebihi 38°C.

(2). Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid
biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai gumpalan darah
yang besar-besar dan berbau busuk.

(3). Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati. (4).
Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya. Komplikasi Yang Mungkin
Terjadi Pada Masa Postpartum, Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.Sementara itu yang dimaksud
dengan Febris Puerperalis adalah demam sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca pesalinan, Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan
yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan
terhadap pasien. Pemeriksaan fisik ibu post partum sangat penting dilakukan untuk dapat
mendeteksi keadaan ibu apakah normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan
oleh proses persalinan.
kecuali pada hari pertama. Tempat-tempat umum terjadinya infeksi yaitu rongga pelvik: daerah asal
yang paling umum terjadi infeksi, Payudara, Saluran kemih, Sistem vena. Perdarahan postpartum adalah
perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin.

2.5 Askep pada post partum

A.    Tanda-tanda vital
·  Tujuan
Tanda-tanda vital meliputi : suhu tubuh, nadi, pernafasan dan tekanan darah. Mengukur
tanda-tanda vital bertujuan untuk memperoleh data dasar memantau perubahan status
kesehatan klien diaantaranya tanda adanya infeksi.
a.   Tekanan darah
      Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari
pra persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami
peningkatan tekananan darah sementara waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama
beberapa hari.Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post
partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-
eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
            Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan
darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascapartum, komplikasi
yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
b.      Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C.Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa
naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari
38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis
nifas. Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan
stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu samapi 38 derajat
pada hari kedua sampai hari kesepuluh yang menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
c.       Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat sampai  sekitar 60
x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.Pada ibu yang nervus  nadinya bisa cepat,
kira-kira 110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi  khususnya bila disertai
peningkatan suhu tubuh. Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
selama beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri
akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi
pascapartum lambat.
d.      Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam  kondisi
istirahat.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari
tanda-tanda syok.  Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi –
kondisi seperti kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
e.    Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
f.    Kepala,wajah dan leher

a). Pemeriksaan Wajah


·         Tujuan
Untuk mengenditifikasi adanya tanda anemis, eklampsi postpartum biasa terjadi 1-2 hari
postpartum.
·         Cara Kerja
1). Inspeksi muka : Simetris, warna kulit muka, ekspresi wajah dan pembengkakan
      daerah wajah dan kelopak mata.
2). Inspeksi konjungtiva, dengan cara:
  a). Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan
   b). Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari.
   c).Amati konjungtiva, untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan/keadaan vaskularisasinya.

b). Pemeriksaan Leher


·         Tujuan
Untuk mengkaji adanya infeksi traktus pernafasan, jika ada panas sebagai diagnose banding.
·         Cara Kerja
1). Inspeksi leher untuk melihat bentuk dan kesimetrisan leher serta pergerakannya.
2). Palpasi pada nodus limfe dengan cara:
  a). Duduk dihadapan pasien
  b). Anjurkan pasien untuk menengadah kesamping menjauhi pemeriksaan sehingga jaringan
lunak dan otot-otot akan relaks.
  c). Lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut lokasi, batas-batas dan
ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe: Submandibular (ditengah-
tengah antara sudut dan ujung mandibular) dan sub mental (pada garis tengah beberapa cm
dibelakang ujung mandibula). Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjuctiva
mata, mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan bendungan
vena jugolaris.
B.     Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran kelenjar,dan
bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau tidak,apakah payudara ibu ada
bernanah atau tidak. Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai indikasi keluhan ibu, atau
perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.
 Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan, Pembesaran,
simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan integritasi puting, posisi bayi pada
payudara, stimulation nepple erexi adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu, Kepenuhan
atau pembengkakan, benjolan, nyeri, dan adanya sumbatan ductus, kongesti, dan tanda –
tanda mastitis potensial. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
Pemeriksaan payudara
Tujuan: Sebagai pemeriksaan tindak lanjut dari pemeriksaa payudara prenatal dan segera
setelah melahirkan apakah ada komplikasi postpartum misalnya bendungan pada payudara (3-5
hari postpartum), abses payudara, mastitis (3-4 minggu postpartum)
Cara Pemeriksaan
1). Inspeksi Payudara:
a. Cek kecukupan penyangga dengan menggunakan bra yang pasa dan tepat dalam  
    menyanggapayudara

b. Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan kedua  
 tangan rileks di sisi tubuh
c. Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan udema
d. Inspeksi Epitelium putting: Karakteristik ukuran (kecil,besar), bentuk (menonjol, datar,
menyusup), pengeluaran cairan dan banyaknya (kolostrum, ASI, pus, darah) dan luka/lecet pada
putting susu.

2).  Palpasi payudara untuk memastikan

a. Lakukan palpasi di sekeliling putting susu untuk mengetahui adanya keluaran. Bila

     adanya maka identifikasi keluaran tersebut mengenai sumber, jumlah, warna,  

     konsistensi, dan kaji terhadap adanya nyeri tekan.

b.   Angkat dan lipat tangan pasien  Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area   
   limfe nodi

c.    Lakukan palpasi setiap payudara dengan teknis bimanual terutama untuk payudara yang beukuran
besar dengan cara:

           pertama tekankan telapak tangan tiga jari tengah ke permukaan payudara  pada kuadran      

           samping atas. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi  

           menuju areola dan memutar searah jarum jam.

 d. Lakukan payudara sebelahnya.

C.        Uterus

 Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri


 Apakah kontraksi uterus baik atau tidak
 Apakah konsistensinya lunak atau keras
 Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan  
tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus tidak 
baik dan konsistensinya lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan 
mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan
berkurang dan uterus menjadi keras

Diastasis Rectie

Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan memasukkan kedua jari kita yaitu
jari telunjuk dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari kita masuk dua jari
berarti diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai berarti abnormal.Cara penanganan
diastasis rectie adalah dengan operasi ringan (tometock)
D.    Kandung Kemih
Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam
post partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum
ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa berkemih,maka mungkin perlu
dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah kandung kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada
fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.

E.          Genitalia

 Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya


 Hematom vulva (gumpalan darah)
 Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks dengan
cermat
 Lihat kebersihan pada genitalia ibu
Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa nifas ini ibu sangat
mudah sekali untuk terkena infeksi

F.          Perineum

Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai dilebarkan.saat
melakukan pemeriksaan perineum periksalah:

 Jahitan laserasinya
Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan pada
bagian jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan terlihat tampak lebih
jelas
 Oedema atau tidak
 Hemoroid pada anus
 Hematoma (Pemb
 engkakan jaringan yang isinya darah)

G. Ekstremitas Bawah

Pada pemeriksaan kaki apakah ada: Varises,oedema,Reflek patella,nyeri tekan  atau panas pada
beti.Adanya tanda Homan,caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan
ringan agar lutut tetap lurus.Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan tersebut,tanda Homan
(+).

I. Pengkajian

 Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

a.Data Subyektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.

b. Umur      
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauhmana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
f. Suku / bangsa
Berpengaruh pada adapt istiadat atau kebiasaan sehari hari.
g. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
h. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien
merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis
seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
b.    Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.

c.     Riwayat kesehatan keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
4. Riwayat Perkawinan.
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.

5. Riwayat Obstetrik
a.       Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b. Riwayat Persalinan sekarang.
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB,
penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan
beralih ke kontrasepsi apa.
7. Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adapt istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.
8. Data Psikososial
 Untuk mengatahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang
ibu.Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi
tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan
perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.

Penyebab yang paling menonjol adalah :

a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan
wanita selama kehamilan dan persalinan.
b. Rasa sakit masa nifas awal.
c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada kebanyakan Rumah
sakit. Di Rumah Sakit biasanya diakibatkan oleh kebijakan kunjungan yang kaku, kebijakan
perawatan yang tidak fleksibel dan tidak ada ketetapan untuk berada di Ruang.
d. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya
.9. Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan
sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.


a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan,
makanan pantangan.
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur
misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur
siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat
– alat reproduksi.

b. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data
untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen
– komponen pengkajian data obyektif ini adalah :
1. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.
a. Temperatur / suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan
oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa
juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada
umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai
> 38 º C adalah mengarah ke tanda – tanda infeksi.
b. Nadi dan pernafasan
1). Nadi berkisar antara 60 – 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan .
2). Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.
3). Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut
nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan
sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu
adalah suatu kelainan .
4). Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 – 30x/menit.
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit – penyakit lain yang menyertainya
dalam 2 bulan pengobatan .

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
3. Pemeriksaan obstetric
a.       Inspeksi
Perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah sesuai dengan masa nifasnya
serta pengeluaran ASI.
b.      Palpasi
Untuk mengetahui involusi uteri seperti : TFU, kontraksinya dan lochea serta keadaan payudara
apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan putting.
c.       Perkusi
Bagaimana keadaan reflek patella.
4. Data penunjang
I. Intepretasi Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah. Dalam langkah ini data yang telah
dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.

A. Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan
keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1.      Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu
tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
2.      Data Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran
pervaginam, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital.

B. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi :
1.            Data Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
2. Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan

II. Diagnosa Potensial


Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal
tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.

III. Antisipasi Masalah


Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.

IV. Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diluhat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juaga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita
tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah social, ekonomi atau masalah
psikososial. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah
A. Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan
manfaatnya.
B. Kebersihan diri
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
2. Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK
C. Istirahat
1. Cukup istirahat
2. Beri pengertian manfaat istirahat
3. Kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.
D. Gizi
1. Makan bergisi, bermutu dan cukup kalori.
2. Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
3. Minum tablet Fe / zat besi.
4. Minum vitamin A (200.000 unit)
E. Perawatan payudara
1. Breast care
2. Jaga kebersihan payudara
3. Beri ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.
F. Hubungan sexual
Beri pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
G. Keluarga berencana
Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.

V. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga.
A. Mengobservasi meliputi
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda – tanda vital dengan mengukur (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi).
4. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

5. Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kencing penuh akan
menghambat proses involusi uterus.
6. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lochea,
memperlancar peredaran darah.
B. Kebersihan diri
1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
2. Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK
C. Istirahat
1. Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.
2. Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI
kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.
D. Gizi
1. Mengkonsumsi makanan yang bergisi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan
makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral.
2. Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
3. Minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.
4. Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI.
E. Perawatan payudara
1. Breast care
2. Menjaga kebersihan payudara
3. Memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.
F. Hubungan sexual
Memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
G. Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan
keinginannya.

2.6 Home visit post partum

 Pengertian

Kunjungan rumah pada masa nifas dilakukan sebagai suatu tindakan untuk pemeriksaan

postpartum lanjutan. Kunjungan rumah direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga

dan dijadwalkan berdasarkan kebutuhan ibu nifas dan bayi baru lahir. Pada program

terdahulu, kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam setelah pulang.

 Jadwal kunjungan
Kunjungan masa nifas dilakukan sedikitnya empat kali untuk menilai status ibu dan

status bayi baru lahir juga mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang

terjadi. Kunjungan rumah memiliki keuntungan sebagai berikut: bidan dapat melihat dan

berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang alami dan aman serta bidan mampu

mengkaji kecukupan sumber yang ada, keamanan dan lingkungan di rumah.

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi:

• Kunjungan I (6-8 jam postpartum).

• Kunjungan II (6 hari postpartum).

• Kunjungan III (2 minggu postpartum).

• Kunjungan IV (6 minggu postpartum).

 Tindakan yang dilakukan saat kunjungan

a. Kunjungan pertama (6-8 jam )

1. bidan melakukan konseling pada ibu atau salah satu anggota bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas

2. pemeriksaan fisik (ttv)

3. pemeriksaan payudara

4. pemeriksaan auskultasi jantung paru dengan stetoskop

5. mengkaji warna dan jumlah perdarahan

6. evaluasi bagian perut terhadap involusio uterus dan kandung kemih

7. evaluasi nyeri tekan

8. mendorong klien untuk menyusui secara asi eksklusif

9. pengkajian perineum memar, hematoma


b. Kunjungan II (6 hari postpartum) meliputi:

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tunggi fundus uteri di

bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

3. Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tandatanda kesulitan

menyusui.

5. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

6. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari

c. Kunjungan III

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilkus,

tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap

hangat dan perawatan bayi sehari-hari

6. Meninjau kontrasepsi

d. Kunjungan IV

1. Permulaan hubungan seksual dan waktu penggunaan kontrasepsi

2. Metode keluarga berencana yang di inginkan

3. Adanya gejala demam, kedinginan, pilek dan flu

4. Payudara apakah ada masalah pada puting susu, perawatan payudara, atau gejala mastitis.
5. Fungsi perkemihan

6. Perubahan lokhia

7. Kram atau nyeri tungkai

8. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.

9. Perhatikan kondisi umum bayi

 Alat-alat yang dibawa :

1. Stetoskop

2. Tensimeter

3. Dacin

4. Termometer

5. Metlin

6. Alat Perawatan Tali Pusat

• Kassa

• Penlight

• Bengkok

• Handscoon
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali

organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai dari

perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis menghadapi keluarga baru

dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu,

kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan

efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu,

sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan

B. Saran

pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan

jauh dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan

dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu

penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam

kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.scribd.com/upload document?

archive_doc=364516446&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A

%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action

%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A

%22web%22%7D

 file:///C:/Users/HP/Downloads/254977656-ASKEP-MATERNITAS-POST-PARTUM.pdf

Anda mungkin juga menyukai