Disusun Oleh:
Wahyu Eko Ardyanto (P07131319002)
Dinda Karlina (P07131319005)
Vri Amiranti A. Mahmud (P07131319007)
Nurul Laila Azizah (P07131319012)
Disusun Oleh:
Wahyu Eko Ardyanto (P07131319002)
Dinda Karlina (P07131319005)
Vri Amiranti A. Mahmud (P07131319007)
Nurul Laila Azizah (P07131319012)
Menyetujui,
Pembimbing Puskesmas,
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan “Praktik Kerja Lapangan Bidang Gizi
Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Pandak II Kabupaten Bantul Yogyakarta”.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang
tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Agus Wijanarka, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Gizi
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2. Dr. Waryana, SKM, M.Kes selaku pembimbing praktik kerja lapangan BGM
3. Almira Sitasari, S.Gz, MPH selaku pembimbing praktik kerja lapangan BGM
4. Dina Fadhillah, S.SiT selaku pembimbing praktik kerja lapangan BGM
5. Heni Dawati, S.Tr.Gz selaku pembimbing praktik kerja lapangan BGM
6. Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Laporan Praktik Kerja
Lapangan PKL Bidang Gizi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Pandak II
Kabupaten Bantul Yogyakarta ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penyusun
A.Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penanganannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah dari banyak faktor,
oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait
seperti dinas kesehatan, puskesmas dan tenaga medis lainnya.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
disuatu wilayah kerja. Puskesmas berperan melaksanakan sebagian tugas teknis
operasional Dinkes dan sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Puskesmas sebagai pembangunan kesehatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah kecamatan, kedudukan
puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sarana pelayanan kesehatan strata
pertama dalam melaksanakan upaya kesehatan perorangan (UKP) yang mencakup upaya
promosi kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan upaya pengobatan rawat jalan
maupun rawat inap, dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang mencakup salah
satunya adanya upaya perbaikan gizi masyarakat diwilayah kerjanya.
Peningkatan pelaksanaan program gizi menurut peningkatan pengetahuan dan
keterampilan di dalam pengenalan masalah secara mendalam, alternatif pemecahan
masalah, perencanaan, pengelolaan dan penilaian program. Pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengelolaan program gizi di tingkat puskesmas merupakan keahlian yang harus
dimiliki bagi calon Ahli Gizi, yang nantinya akan berfungsi sebagai pengelola program
gizi.
Merujuk pada kurikulum D4 gizi pada peran/ profil lulusan sarjana terapan Gizi
adalah sebagai pengelola pelayanan gizi dan pengelola
pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi. Peran tersebut tercapai dengan kompetensi
sebagai berikut: 1) Mampu mengawasi pendidikan gizi (pelatihan gizi) untuk kelompok
sasaran. 2) Mampu mengawasi pelaksanaan program gizi masyarakat melalui pendekatan
masyarakat (capacity building), 3) Mampu melakukan komunikasi interpersonal, 4)
Mampu melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, 5) Mampu melakukan
advokasi. Dalam rangka mencapai kompetensi sebagai pengelola program gizi,maka
mahasiswa Program Studi D-IV Gizi perlu mendapatkan pengalaman dan keterampilan
yang diperoleh dari kegiatan praktik kerja lapangan pengelolaan upaya perbaikan gizi
berbasis pemberdayaan masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan PKL BGM (Bidang Gizi Masyarakat) ini mahasiswa
mendapatkan pengalaman belajar dan keterampilan terkait bidang gizi masyarakat agar
memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal untuk dapat mencapai kompetensi
sebagai Sarjana Terapan Gizi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengembangan program gizi berbasis pemberdayaan masyarakat.
b. Mampu mengelola pendidikan dan pelatihan gizi.
c. Mampu melakukan advokasi.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam program intervensi gizi
masyarakat di Puskesmas Pandak II dan sebagai sarana belajar dalam
mengaplikasikan materi kuliah yang telah didapat yaitu terampil dalam melakukan
pembinaan upaya perbaikan gizi masyarakat berbasis pemberdayaan masyarakat
dengan melakukan advokasi kesehatan agar memperoleh dukungan dari lintas sektor
terkait.
BAB II
HASIL KEGIATAN
Praktik Kerja Lapangan Bidang Gizi Masyarakat dilaksanakan pada tanggal 23 April - 4
Mei 2020 yang di lakukan di Puskesmas Pandak II. Kegiatan yang dilakukan selama praktik
yaitu pengembangan program gizi berbasis pemberdayaan masyarakat, mengelola pendidikan
dan pelatihan gizi, melakukan advokasi terkait pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
yang belum dapat diselesaikan oleh program Puskesmas. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengembangan program gizi yaitu dilakukan dengan mengidentifikasi masalah gizi,
menentukan prioritas masalah, menganalisis penyebab masalah, menentukan alternatif
pemecahan masalah, dan rencana kegiatan. kemudian merencanakan program pemberdayaan,
melakukan advokasi, dan pendidikan dan pelatihan serta melakukan pemberdayaan.
Langkah awal dari pengembangan program gizi yaitu dilakukan identifikasi masalah gizi
di Puskesmas Pandak II. Masalah gizi dapat diketahui dari perbandingan capaian indikator
program gizi dengan target yang ditetapkan oleh target survailens gizi pada tahun 2019.
B. Prioritas Masalah Kinerja Gizi Masyarakat Puskesmas Pandak II Bulan Maret Tahun
2020
Tabel 2. Prioritas masalah kinerja gizi masyarakat Puskesmas Pandak II Bulan Maret Tahun 2020
No. Masalah U S G Jumlah Prioritas
1 Capaian N/D 3 3 3 9 I
2 Capaian ASI ekslusif 3 2 2 7 II
3 Capaian IMD bayi baru lahir 2 3 1 6 III
Keterangan :
U : Urgency
S : Seriousness
G : Growth
Berdasarkan analisa USG, prioritas masalahnya adalah Balita naik berat badanya (Cakupan
N/D yang kurang).
C. Analisis Penyebab Masalah
1. Capaian N/D
Manusia Metode
Sedikitnya jumlah
Kurangnya pengetahuan ibu Jumlah kader kurang kader terlatih
dalam mengelola makanan
Partisipasi kader dalam Cara pengukuran
pelatihan kurang kurang tepat
Balita malas makan sehingga
asupan tidak meningkat
Jumlah kader
terlatih kurang
Capaian N/D
(59,61%)
Manusia Metode
Sedikitnya jumlah
kader terlatih
Kurangnya pengetahuan ibu
tentang ASI
Belum
Ibu Bekerja maksimalnya
Pemberian makanan terlalu penyuluhan
dini bada bayi kepada ibu hamil,
Bayi tidak ibu nifas dan ibu
bayi 0-6 bulan
mendapatkan ASI
Capaian ASI
Ekslusif
(78,26%)
Manusia Metode
Petugas kurang mengikuti
perkembangan ilmu
kesehatan
Bayi lahir asifiksi Nyeri pada ibu pasca
persalinan Dukungan petugas
kurang
Ibu melahirkan secara sectio
caesar Kelainan bawaan pada
bayi baru lahir
Capaian IMD
(69,56%)
Keterbatasan dana
Media informasi seperti pengembangan SDM
Sanitasi lingkungan
leaflet masih kurang kurang baik
Kurangnya kegiatan
pelatihan petugas Gencarnya promosi
susu formula
Peran lintas sector
belum maksimal
Keterangan :
M (Magnitude) : Dampak
I (Importance) : Pentingnya Program
V (Vunerability) :Sensitivitas Program
C (Cost) : Keuangan
A. Latar Belakang
Periode seribu hari petama kehidupan merupakan suatu masa yang sangat penting bagi
seorang balita. Periode ini sering disebut sebagai periode emas atau sering disebut juga
gold period. Pada usia ini terjadi pertumbuhan yang sangat pesat, baik pertumbuhan linier
maupun pertumbuhan massa jaringan (Kementerian kesehatan RI 2016).
Tumbuh kembang anak dapat dicapai secara optimal melalui empat hal penting yaitu
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-
ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai
anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO/UNICEF, 2009).
Tumbuh kembang anak membutuhkan makanan sebagai kebutuhan terpenting.
Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 1995).
Pada masa bayi, ASI merupakan makanan terbaik dan utama karena mempunyai
kandungan zat kekebalan yang sangat diperlukan untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit terutama penyakit infeksi. Seiring pertumbuhan bayi, maka bertambah pula
kebutuhan gizinya, oleh karena itu
sejak usia 6 bulan, bayi mulai diberi MP- ASI (Santoso, 2005). Makanan dan
pengetahuan pemberian MP-ASI yang tidak cukup serta penyakit pada masa penyapihan
menyebabkan anak tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini terlihat pada Kartu Menuju
Sehat (KMS) dimana kenaikan berat badan yang tidak memuaskan bahkan penurunan
berat badan (Muis, 2002).
Periode pemberian MP ASI tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian
makanan oleh ibunya. Pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan dalam asupan makan
bayi dan anak, sebab pengetahuan tentang MP- ASI da sikap yang baik terhadap
pemberian MP- ASI akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik
untuk dikonsumsi oleh anak. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan
semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk
dikonsumsi. Ibu dengan pengetahuan tentang MP ASI yang rendah seringkali
memberikan makanan seadanya untuk anak yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak.
Ketidaktahuan juga dapat menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan,
meskipun bahan makanan tersedia (Sediaoetama, 2000).
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi atau anak melalui perbaikan
pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam pemberian MP-ASI merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Upaya perbaikan
pengetahuan ini dapat dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan. Pemberian penyuluhan
sebulan sekali pada waktu pelaksanaan posyandu sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang MP-ASI sekaligus sebagai pembelajaran pembuatan MP-ASI
(Depkes, 2000).
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu
untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela (Peraturan Menteri Dalam
Negeri nomor 19 tahun 2011). Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari
anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan
kegiatan Posyandu. Faktor yang berkontribusi pada perbaikan performance posyandu
adalah pengetahuan dan kemampuan kader posyandu dalam penimbangan, penggunaan
alat ukur, pencatatan dan pelaporan, serta penyuluhan gizi. Sering penyuluhan gizi tidak
dilakukan oleh kader posyandu. Sehingga diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan
kader posyandu dalam melakukan kegiatan posyandu khususnya dalam melakukan
penyuluhan MP-ASI pada ibu ibu yang mempunyai balita.
4. Menu PMT
Nama menu : Spring Roll
Untuk 5 Porsi
Nilai Gizi per porsi :
Energi : 320 kkal
Protein : 9,8 gr
Bahan :
Bahan Saus :
Cara Membuat :
1. Rebus ayam dengan tambahkan sedikit garam, setelah matang suwir daging ayam
hingga halus.
2. Rebus bihun sampai matang dan lembut, kemudian rendam dengan air agar tidak
keras.
3. Kupas dan potong wortel secara memanjang tipis dan pipih, rebus hingga matang.
4. Bersihkan daun bayam dan rebus hingga matang.
5. Setelah semua bahan telah matang dan siap di roll, siapkan air hangat.
6. Celupkan lembar kulit lumpia hingga melunak, taruh diatas talenan, kemudian isi
dengan bihun, daging ayam, wortel dan daun bayam. Lipat kedua sisi hingga
kemudian di gulung seperti lumpia, lakukan hingga bahan habis.
7. Saus : sangrai kacang tanah, blender hingga halus. Haluskan semua bumbu saus,
kemudian siapkan wajan untuk menumis bumbu. Setelah harum, masukkan air
dan kacang tanah sedikit demi sedikit, masak hingga mengental dan beraroma.
BAB III
EVALUASI KEGIATAN
Dari hasil skor pre-test dan post-test diatas dapat dilihat bahwa adanya perubahan
skor pre-test dan post-test pada pelatihan dengan materi makanan sehat dan bergizi, hal ini
dapat diartikan bahwa adanya peningkatan pengetahuan ibu-ibu kader setelah diberikan
penyuluhan. Dari total 12 peserta, 8 diantaranya mengisi Pre dan Post Test kegiatan
penyuluhan dan pelatihan. Namun teknik ini tidak bisa dikatakan akurat/valid, karena 4
peserta dari nomor terbawah mengakses pada waktu yang tidak di tentukan karena peserta
dapat melihat materi terlebih dahulu.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa penyuluhan dan pelatihan via daring online
kurang efektif karena banyak terjadi bias khususnya pada saat pengisian formulir Pre Test
dan Post Test.
DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN DAN PELATIHAN
VIA DARING WHATSAPP GROUP