Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BIDANG GIZI MASYARAKAT


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAK II
KABUPATEN YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Wahyu Eko Ardyanto (P07131319002)
Dinda Karlina (P07131319005)
Vri Amiranti A. Mahmud (P07131319007)
Nurul Laila Azizah (P07131319012)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2020
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BIDANG GIZI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAK II 
KABUPATEN YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Wahyu Eko Ardyanto (P07131319002)
Dinda Karlina (P07131319005)
Vri Amiranti A. Mahmud (P07131319007)
Nurul Laila Azizah (P07131319012)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


BIDANG GIZI MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAK II
KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA 

Telah disetujui pada tanggal : 


............................................... 

Menyetujui,
 Pembimbing Puskesmas,

Heni Dawati, S.Tr.Gz


NIP 19871203 201001 2 010
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan “Praktik Kerja Lapangan Bidang Gizi
Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Pandak II Kabupaten Bantul Yogyakarta”.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang
tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Agus Wijanarka, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Gizi
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2.  Dr. Waryana, SKM, M.Kes selaku pembimbing praktik kerja lapangan BGM 
3. Almira Sitasari, S.Gz, MPH selaku pembimbing praktik kerja lapangan BGM 
4. Dina Fadhillah, S.SiT selaku pembimbing praktik kerja lapangan BGM 
5. Heni Dawati, S.Tr.Gz selaku pembimbing praktik kerja lapangan BGM
6. Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Laporan Praktik Kerja
Lapangan PKL Bidang Gizi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Pandak II
Kabupaten Bantul Yogyakarta ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Penyusun 

Yogyakarta,  April 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penanganannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah dari banyak faktor,
oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait
seperti dinas kesehatan, puskesmas dan tenaga medis lainnya.  
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
disuatu wilayah kerja. Puskesmas berperan melaksanakan sebagian tugas teknis
operasional Dinkes dan sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Puskesmas sebagai pembangunan kesehatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan. 
Secara nasional,  standar wilayah kerja puskesmas adalah kecamatan, kedudukan
puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sarana pelayanan kesehatan strata
pertama dalam melaksanakan upaya kesehatan perorangan (UKP) yang mencakup upaya
promosi kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan upaya pengobatan rawat jalan
maupun rawat inap, dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang mencakup salah
satunya adanya upaya perbaikan gizi masyarakat diwilayah kerjanya.  
Peningkatan pelaksanaan program gizi menurut peningkatan pengetahuan dan
keterampilan di dalam pengenalan masalah secara mendalam, alternatif pemecahan
masalah, perencanaan, pengelolaan dan penilaian program. Pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengelolaan program gizi di tingkat puskesmas merupakan keahlian yang harus
dimiliki bagi calon Ahli Gizi, yang nantinya akan berfungsi sebagai pengelola program
gizi.
Merujuk pada kurikulum D4 gizi pada peran/ profil lulusan sarjana terapan Gizi
adalah sebagai pengelola pelayanan gizi dan pengelola
pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi. Peran tersebut tercapai dengan kompetensi
sebagai berikut: 1) Mampu mengawasi pendidikan gizi (pelatihan gizi) untuk kelompok
sasaran. 2) Mampu mengawasi pelaksanaan program gizi masyarakat melalui pendekatan
masyarakat (capacity building), 3) Mampu melakukan komunikasi interpersonal, 4)
Mampu melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, 5) Mampu melakukan
advokasi. Dalam rangka mencapai kompetensi sebagai pengelola program gizi,maka
mahasiswa Program Studi D-IV Gizi perlu mendapatkan pengalaman dan keterampilan
yang diperoleh dari kegiatan praktik kerja lapangan pengelolaan upaya perbaikan gizi
berbasis pemberdayaan masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan PKL BGM (Bidang Gizi Masyarakat) ini mahasiswa
mendapatkan pengalaman belajar dan keterampilan terkait bidang gizi masyarakat agar
memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal untuk dapat mencapai kompetensi
sebagai Sarjana Terapan Gizi.  
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengembangan program gizi berbasis pemberdayaan masyarakat.
b. Mampu mengelola pendidikan dan pelatihan gizi.
c. Mampu melakukan advokasi.

C.Lokasi dan Waktu


1. Lokasi 
Lokasi Praktik Kerja Lapangan Bidang Gizi Masyarakat (PKL-BGM) yaitu di
wilayah kerja Puskesmas Pandak II Kabupaten Bantul Yogyakarta.
2. Waktu
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Bidang Gizi Masyarakat (PKL-BGM)
dilaksanakan tanggal 23 April- 4 Mei 2020.
D.Manfaat
1. Bagi Institusi 
Sebagai masukan mengenai program intervensi gizi masyarakat di Puskesmas Pandak
II dan sarana untuk mengembangkan program Puskesmas khususnya dalam
pemantauan pertumbuhan berbasis pemberdayaan masyarakat.

2. Bagi Mahasiswa 
Sebagai tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam program intervensi gizi
masyarakat di Puskesmas Pandak II dan sebagai sarana belajar dalam
mengaplikasikan materi kuliah yang telah didapat yaitu terampil dalam melakukan
pembinaan upaya perbaikan gizi masyarakat berbasis pemberdayaan masyarakat
dengan melakukan advokasi kesehatan agar memperoleh dukungan dari lintas sektor
terkait.
BAB II
HASIL KEGIATAN 

Praktik Kerja Lapangan Bidang Gizi Masyarakat dilaksanakan pada tanggal 23 April - 4
Mei 2020 yang di lakukan di Puskesmas Pandak II. Kegiatan yang dilakukan selama praktik
yaitu  pengembangan program gizi berbasis pemberdayaan masyarakat, mengelola pendidikan
dan pelatihan gizi, melakukan advokasi terkait pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
yang belum dapat diselesaikan oleh program Puskesmas. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengembangan program gizi yaitu dilakukan dengan mengidentifikasi masalah gizi,
menentukan prioritas masalah, menganalisis penyebab masalah, menentukan alternatif
pemecahan masalah, dan rencana kegiatan. kemudian merencanakan program pemberdayaan,
melakukan advokasi, dan pendidikan dan pelatihan serta melakukan pemberdayaan. 
Langkah awal dari pengembangan program gizi yaitu dilakukan identifikasi masalah gizi
di Puskesmas Pandak II. Masalah gizi dapat diketahui dari perbandingan capaian indikator
program gizi dengan target yang ditetapkan oleh target survailens gizi pada tahun 2019.

A. Capaian Kinerja Gizi Masyarakat Puskesmas Pandak II


Tabel 1. Capaian Kinerja Gizi Masyarakat Puskesmas Pandak II Bulan Maret tahun 2020
Target Target
Indikator Hasil sampai
No Tahun Sampai bulan Keterengan
Kinerja bulan Maret
2020 Maret*
Balita kurus
mendapat
1 70% 17,49% 24.99% Tercapai
makanan
tambahan
Pemberian Vit A
2 100%  100% 100%   Tercapai
balita
3 Capaian D/S 81.5% 81.5% 87.65% Tercapai
4 Capaian N/D 60% 60% 59.01% Tidak Tercapai
Ibu nifas
5 mendapat kapsul 99.3% 24.84% 24.99% Tercapai
vitamin A
Capaian ASI
6 80% 80% 78.02% Tidak Tercapai
Eksklusif
Balita gizi buruk
7 mendapat 100% 24.99% 24.99% Tercapai
perawatan (BB/U)
Kegiatan akan
Survei konsumsi
8 99.6%     dilaksanakan pada
garam beryodium
bulan Juni
Capaian IMD bayi
9 85.5% 85.5% 69.56% Tidak Tercapai
baru lahir
Bumil KEK
mendapat
10 80% 20,01 24.99% Tercapai
makanan
tambahan
Bumil mendapat
11 90% 22.5% 24.99% Tercapai
90 TTD (Fe3)
Remaja putri
12 25% 6.24% 24.99% Tercapai
mendapat TTD
*Target yang digunakan yaitu menggunakan target capaian kinerja Gizi Masyarakat Puskesmas
Pandak II bulan Maret Tahun 2020.
Berdasarkan indikator capaian kinerja pada tabel capaian kinerja gizi masyarakat
Puskesmas Pandak II pada bulan Maret tahun 2020 dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa target kinerja yang sudah tercapai dan beberapa target kinerja yang belum
tercapai. Adapun capaian kinerja yang masih belum tercapai adalah sebagai berikut :
1. Capaian N/D yang baru mencapai 59,01%.
2. Capaian Asi Ekslusif yaang baru mencapai 78,02%.
3. Capaian IMD bayi baru lahir yang baru mencapai 69,56%.
Sehingga dari tiga capaian yang belum mencapai target tersebut perlu ditentukan
prioritas masalah untuk dicari pemecahan masalah dan sebagai dasar dalam menentukan
rencana pengembangan program gizi selanjutnya. 

B. Prioritas Masalah Kinerja Gizi Masyarakat Puskesmas Pandak II Bulan Maret Tahun
2020
Tabel 2. Prioritas masalah kinerja gizi masyarakat Puskesmas Pandak II Bulan Maret Tahun 2020
No. Masalah U S G Jumlah Prioritas
1 Capaian N/D 3 3 3 9 I
2 Capaian ASI ekslusif 3 2 2 7 II
3 Capaian IMD bayi baru lahir 2 3 1 6 III

Keterangan :
U : Urgency
S : Seriousness
G : Growth

Berdasarkan analisa USG, prioritas masalahnya adalah Balita naik berat badanya (Cakupan
N/D yang kurang).
C. Analisis Penyebab Masalah

1. Capaian N/D

Manusia Metode

Sedikitnya jumlah
Kurangnya pengetahuan ibu Jumlah kader kurang kader terlatih
dalam mengelola makanan
Partisipasi kader dalam Cara pengukuran
pelatihan kurang kurang tepat
Balita malas makan sehingga
asupan tidak meningkat
Jumlah kader
terlatih kurang

Capaian N/D
(59,61%)

Penggunaan alat ukur Dukungan dana desa


kurang tepat belum maksimal
Sanitasi lingkungan
kurang baik
Dana pengadaan
PMT terbatas
Alat ukur tidak memadai
Peran lintas sector
Tidak tersedia sarana
belum maksimal
untuk pengadaan
PMT dalam jumlah
besar dan banyak

Sarana Dana Lingkungan


2. Capaian Asi Ekslusif

Manusia Metode
Sedikitnya jumlah
kader terlatih
Kurangnya pengetahuan ibu
tentang ASI
Belum
Ibu Bekerja maksimalnya
Pemberian makanan terlalu penyuluhan
dini bada bayi kepada ibu hamil,
Bayi tidak ibu nifas dan ibu
bayi 0-6 bulan
mendapatkan ASI

Capaian ASI
Ekslusif
(78,26%)

Dukungan dana desa


Keluarga tidak belum maksimal
Sanitasi lingkungan
mempunyai kulkas kurang baik
untuk penyimpanan ASI
Kurangnya kegiatan
Gencarnya promosi
susu formula
Peran lintas sector
Media informasi belum maksimal
seperti leaflet masih
kurang

Sarana Dana Lingkungan


3. Capaian IMD Rendah

Manusia Metode
Petugas kurang mengikuti
perkembangan ilmu
kesehatan
Bayi lahir asifiksi Nyeri pada ibu pasca
persalinan Dukungan petugas
kurang
Ibu melahirkan secara sectio
caesar Kelainan bawaan pada
bayi baru lahir

Capaian IMD
(69,56%)

Keterbatasan dana
Media informasi seperti pengembangan SDM
Sanitasi lingkungan
leaflet masih kurang kurang baik
Kurangnya kegiatan
pelatihan petugas Gencarnya promosi
susu formula
Peran lintas sector
belum maksimal

Sarana Dana Lingkungan


D. Analisis Alternatif Pemecahan Masalah
No Jenis Intervensi Efektifitas Efisiens Jumlah Skor
i (M x I x V) / C
M I V C
1 Penyuluhan Makanan Sehat
1 1 3 3 1 3
Balita
2 Pelatihan Pembuatan PMT
3 3 1 1 9 1
Balita
3 Pemberdayaan Ibu Balita
dalam pemberian gizi 2 2 2 2 4 2
seimbang

Keterangan :
M (Magnitude) : Dampak
I (Importance) : Pentingnya Program
V (Vunerability) :Sensitivitas Program
C (Cost) : Keuangan

E. POA (Plan of Action)


No Masalah Kegiatan Tujuan Bentuk Sasaran Waktu Tempat
kegiatan
1 Capaian N/D Advokasi kepala Kepala desa/ Pemaparan, Kepala 4 Mei -
desa untuk pemangku Diskusi desa dan 2020
meningkatkan kebijakan Tanya jawab, aparat
jumlah balita memberikan pembentukan desa/
yang datang bantuan dana, kesepakatan pemangk
posyandu naik sarana dan u
berat badannya prasarana untuk kebijakan
pemberian makan
balita (PMT) setiap
bulannya agar
asupan nutrisi
balita meningkat
Penyuluhan Meningkatkan Penyuluhan, Kader 5 Mei WAG
tentang Gizi pengetahuan dan diskusi tanya posyandu 2020
Seimbang Balita pemahaman jawab
tentang makanan
sehat yang baik
untuk balita
Pelatihan Meningkatkan Praktek Kader 5 Mei WAG
pembuatan keterampilan posyandu 2020
makanan dalam pembuatan
tambahan (PMT) makanan tambahan
balita (PMT) sehat untuk
balita
Pemberdayaan Meningkatkan Diskusi Kader 5 Mei WAG
kader untuk ibu keterampilan kader Tanya jawab posyandu 2020
balita dalam dalam
pemberian gizi pendampingan
seimbang pada ibu balita
dalam pemberian
gizi seimbang
Advokasi kepala Kepala desa/ Pemaparan, Kepala 4 Mei -
desa untuk pemangku Diskusi desa dan 2020
meningkatkan kebijakan Tanya jawab, aparat
capaian Bayi memberikan pembentukan desa/
usia 0 – 6 bulan himbauan agar ibu kesepakatan pemangk
mendapat ASI hamil melakukan u
Eksklusif IMD ketika kebijakan
melahirkan
Penyuluhan Meningkatkan Penyuluhan, Ibu hamil 5 Mei WAG
tentang manfaat pengetahuan dan diskusi tanya dan ibu 2020
ASI Eksklusif pemahaman ibu jawab menyusui
Capaian Asi
2 hamil dan ibu
Eksklusif
menyusui tentang
manfaat ASI
Eksklusif
Pelatihan cara Meningkatkan Praktek, Ibu hamil 5 Mei WAG
penyimpanan keterampilan ibu diskusi dan ibu 2020
ASI bagi ibu hamil dan ibu Tanya jawab menyusui
menyusui yang menyusui tentang
bekerja tata cara
penyimpanan ASI
yang baik dan
benar
3 Capaian Advokasi kepala Kepala desa/ Pemaparan, Kepala 4 Mei -
IMD desa untuk pemangku Diskusi desa dan 2020
meningkatkan kebijakan Tanya jawab, aparat
jumlah ibu hamil memberikan pembentukan desa/
yang melakukan himbauan agar ibu kesepakatan pemangk
IMD (Inisiasi hamil melakukan u
Menyusu Dini) IMD ketika kebijakan
melahirkan
Penyuluhan Meningkatkan Penyuluhan, Ibu hamil 5 Mei WAG
tentang manfaat pengetahuan dan diskusi tanya 2020
IMD pemahaman jawab
tentang manfaat
pelaksanaan IMD
pada saat
melahirkan
Pelatihan Meningkatkan Praktek, Ibu hamil 5 Mei WAG
pelaksanaan keterampilan ibu diskusi 2020
IMD ketika melakukan Tanya jawab
kegiatan IMD
Lampiran 1

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

A. Latar Belakang
Periode seribu hari petama kehidupan merupakan suatu masa yang sangat penting bagi
seorang balita. Periode ini sering disebut sebagai periode emas atau sering disebut juga
gold period. Pada usia ini terjadi pertumbuhan yang sangat pesat, baik pertumbuhan linier
maupun pertumbuhan massa jaringan (Kementerian kesehatan RI 2016).
Tumbuh kembang anak dapat dicapai secara optimal melalui empat hal penting yaitu
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-
ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai
anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO/UNICEF, 2009).
Tumbuh kembang anak membutuhkan makanan sebagai kebutuhan terpenting.
Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 1995).
Pada masa bayi, ASI merupakan makanan terbaik dan utama karena mempunyai
kandungan zat kekebalan yang sangat diperlukan untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit terutama penyakit infeksi. Seiring pertumbuhan bayi, maka bertambah pula
kebutuhan gizinya, oleh karena itu
sejak usia 6 bulan, bayi mulai diberi MP- ASI (Santoso, 2005). Makanan dan
pengetahuan pemberian MP-ASI yang tidak cukup serta penyakit pada masa penyapihan
menyebabkan anak tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini terlihat pada Kartu Menuju
Sehat (KMS) dimana kenaikan berat badan yang tidak memuaskan bahkan penurunan
berat badan (Muis, 2002).
Periode pemberian MP ASI tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian
makanan oleh ibunya. Pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan dalam asupan makan
bayi dan anak, sebab pengetahuan tentang MP- ASI da sikap yang baik terhadap
pemberian MP- ASI akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik
untuk dikonsumsi oleh anak. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan
semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk
dikonsumsi. Ibu dengan pengetahuan tentang MP ASI yang rendah seringkali
memberikan makanan seadanya untuk anak yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak.
Ketidaktahuan juga dapat menyebabkan kesalahan pemilihan dan pengolahan makanan,
meskipun bahan makanan tersedia (Sediaoetama, 2000).
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi atau anak melalui perbaikan
pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam pemberian MP-ASI merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Upaya perbaikan
pengetahuan ini dapat dilakukan melalui penyuluhan-penyuluhan. Pemberian penyuluhan
sebulan sekali pada waktu pelaksanaan posyandu sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang MP-ASI sekaligus sebagai pembelajaran pembuatan MP-ASI
(Depkes, 2000).
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu
untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela (Peraturan Menteri Dalam
Negeri nomor 19 tahun 2011). Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari
anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan
kegiatan Posyandu. Faktor yang berkontribusi pada perbaikan performance posyandu
adalah pengetahuan dan kemampuan kader posyandu dalam penimbangan, penggunaan
alat ukur, pencatatan dan pelaporan, serta penyuluhan gizi. Sering penyuluhan gizi tidak
dilakukan oleh kader posyandu. Sehingga diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan
kader posyandu dalam melakukan kegiatan posyandu khususnya dalam melakukan
penyuluhan MP-ASI pada ibu ibu yang mempunyai balita.

Pokok Bahasan : Pelatihan Kader Posyandu


Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan Gizi Seimbang untuk Balita
Pembuatan PMT
Pemberdayaan Kader untuk Ibu Balita dalam Pemberian Gizi
Seimbang
Waktu : 5 Mei 2020
Sasaran : Kader Posyandu
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat meningkatkan keterampilan dalam
pembuatan PMT bergizi seimbang untuk balita di posyandu.
C. Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan khusus dilaksanakannya pelatihan ini adalah :
1. Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu mampu menjelaskan bahan makanan
PMT balita yang sehat dan bergizi sesuai dengan konsep dasar pembuatan PMT balita
2. Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu mampu membuat PMT balita berbasis
pangan lokal sesuai dengan konsep dasar pembuatan PMT balita
3. Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu mampu mendampingi ibu balita dalam
pemberian gizi seimbang.

D. Kegiatan Belajar Mengajar

No Tahap Waktu Kegiatan Media


1 Pembukaan 10 Menit
2 Pelaksanaan Pre test
60 menit Pemaparan materi: PPT
Makanan yang sehat dan bergizi untuk Leaflet
balita

120 Praktik pembuatan PMT balita Alat masak


menit
60 menit Praktik pemberdayaan kader untuk ibu
balita dalam pemberian gizi seimbang
3 Penutup 20 menit 1. Mengajukan pertanyaan
kembali kepada para kader/
memberikan evaluasi
2. Memberikan kesimpulan
3. Menutup pembelajaran dengan
salam
Post test
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab/diskusi
3. Demonstrasi/Praktek
F. Media
1. PPT
2. Leaflet
G. Alat
1. Alat tulis
2. Alat masak
H. Evaluasi
1. Persiapan
 Kader, alat-alat dan media disiapkan sebelum proses pelatihan kesehatan
 Materi yang akan digunakan sudah siap dan lengkap
 Tempat yang digunakan nyaman
 Kader yang dipilih responsive
2. Proses
 Apersepsi memenuhi
 Kader-kader mudah untuk mencoba/ mendemontrasikan
 Proses tanya jawab dan diskusi berjalan lancer
 Tujuan tercapai dengan baik
 Sasaran mendengarkan dan aktif bertanya
 Jumlah kader sesuai dengan yang diundang
3. Hasil
 Kader mengetahui makanan yang sehat dan bergizi untuk balita
 Kader mampu membuat PMT
 Kader mampu membuat kelompok makan
Lampiran 2

Materi Pendidikan dan Pelatihan

A. Manfaat Makanan Bagi Balita


Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun ,
dan zat pengatur.
1. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan
protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus
atau rusak.
3. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat
berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
 Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang
larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
 Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
 Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

Sumber gizi bagi balita seperti :

1. Karbohidrat Berasal dari (nasi, roti, sereal, kentang, dan jagung)


2. Vitamin (Buah dan Sayur)
3. Protein ( Berasal dari ikan, susu, telur, daging, dan kacang-kacangan)
B. Pelatihan Pembuatan PMT Balita
1. Pengertian PMT
Pemberian makanan tambahan pada anak balita adalah program intervensi
bagi anak balita yang menderita kekurangan kalori protein yang bertujuan untuk
mencukupi kebutuhan gizi balita agar meningkat status gizinya sampai menjadi baik,
pada keluarga rawan gizi intervensi gizi melalui pemberian makanan tambahan ini
menjadi yang utama mengingat kemampuan keluarga tidak memungkinkan dalam
penyediaan makanan yang cukup. Disamping itu pemberian makanan tambahan ini
juga akan menjadi sarana penyuluhan yang mengembangkan kemampuan ibu
menyediakan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan balitanya. Setelah pemberian
makanan tambahan ini berakhir diharapkan keluarga dan masyarakat mendapat
pengetahuan tentang kegunaan macam bahan makanan, dapat mengolah dan
menyiapkannya, serta terbiasa memberikan makanan tersebut untuk balitanya.

2. Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan


a. PMT diutamakan berbasis bahan makanan atau makanan lokal. Jika bahan
makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di
wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa
untuk keamanan pangan,
b. PMT merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita.
c. Makanan tambahan balita diutamakan berupa sumber protein hewani maupun
nabati (misalnya ikan/telur/daging/ayam, kacang-kacangan dan hasil olahannya
seperti tempe dan tahu ) serta sumber vitamin dan mineral yang terutama berasal
dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
d. Makanan tambahan pemulihan untuk balita berbasis makanan lokal ada 2 jenis
yaitu berupa:
1. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)
2. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa
makanan keluarga.
e. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada anak balita dapat
disesuaikan dengan pola makanan.

3. Tujuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)


Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi
pada anak golongan rawan gizi yang menderita gizi kurang, dan diberikan dengan
kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang
berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Bahan makanan yang
digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat dihasilkan
setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan
bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi
lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau,
kelapa dan hasil olahannya. Status gizi anak balita adalah keadaan gizi anak balita 12
– 59 bulan yang ditentukan dengan metode antropometri, berdasarkan indeks berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Dengan demikian diharapkan persentase balita yang
di timbang pada saat kegiatan pemantauan tumbuh kembang anak di posyandu dapat
meningkat.

4. Menu PMT
Nama menu : Spring Roll

Untuk 5 Porsi
Nilai Gizi per porsi :
Energi : 320 kkal
Protein : 9,8 gr

Bahan :

1. Kulit lumpia beras 5 lembar


2. Daging Ayam fillet 250 gram
3. Bihun 200 gram
4. Wortel 250 gram
5. Bayam 250 gram

Bahan Saus :

a. Kacang tanah 100 gram


b. Minyak kelapa sawit 2 sdm
c. Sereh 1 batang sedang
d. Daun Jeruk 3 lembar
e. Bawang Merah 2 siung
f. Bawang Putih 2 siung
g. Gula Merah 100 gram
h. Gula Pasir 1 sdm
i. Garam ¼ sdm

Cara Membuat :

1. Rebus ayam dengan tambahkan sedikit garam, setelah matang suwir daging ayam
hingga halus.
2. Rebus bihun sampai matang dan lembut, kemudian rendam dengan air agar tidak
keras.
3. Kupas dan potong wortel secara memanjang tipis dan pipih, rebus hingga matang.
4. Bersihkan daun bayam dan rebus hingga matang.
5. Setelah semua bahan telah matang dan siap di roll, siapkan air hangat.
6. Celupkan lembar kulit lumpia hingga melunak, taruh diatas talenan, kemudian isi
dengan bihun, daging ayam, wortel dan daun bayam. Lipat kedua sisi hingga
kemudian di gulung seperti lumpia, lakukan hingga bahan habis.
7. Saus : sangrai kacang tanah, blender hingga halus. Haluskan semua bumbu saus,
kemudian siapkan wajan untuk menumis bumbu. Setelah harum, masukkan air
dan kacang tanah sedikit demi sedikit, masak hingga mengental dan beraroma.
BAB III

EVALUASI KEGIATAN

1. Evaluasi Kegiatan Penyuluhan


Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2020, pukul 09.00 WIB via
daring WhatsApp Grup. Kegiatan dilakukan dengan memberikan link video penyuluhan
materi dari YouTube, file materi PPT dan diskusi Tanya jawab via chat di WhatsApp Grup.
Peserta kegiatan adalah ibu-ibu kader posyandu Desa Triharjo, sebanyak 12 orang.
Pada saat kegiatan penyuluhan dan pelatihan berlangsung, diberikan daftar hadir dan
soal pre test - post test berupa form yang di isi melalui Google Form. Dari 12 peserta,
sebanyak 4 orang diantaranya yang mengisi daftar hadir. Melalui chat Grup di WhatsApp,
sebagian peserta menyampaikan pesan bahwa peserta lainnya tidak bisa mengakses Google
Form dikarenakan sinyal di tempat tinggalnya sering mengalami gangguan. Namun, semua
peserta telah melihat dan menyaksikan kegiatan penyuluhan di WhatsApp Grup tersebut,
yang dapat diketahui dari info baca yang bisa di cek di chat WhatsApp, dari 12 peserta yang
ada, semua peserta hadir.
Mekanisme pada saat kegiatan berlangsung yaitu, ketua kelompok membuka kegiatan
dengan salam dan sapa, kemudian kegiatan dilanjutkan dengan pretest, peserta di beri waktu
selama kurang lebih 10 menit untuk menjawab soal. Setelah itu dilanjutkan dengan
memberikan materi file power point (PPT), serta link video dari Youtube. Peserta diberi
waktu sekitar 20 menit untuk melihat video dan PPT yang sudah ditempilkan.
Setelah 20 menit berlalu, peserta dipersilahkan untuk memberikan pertanyaan atau
diskusi. Terdapat 1 peserta yang memberikan pernyataan bahwa sebagian besar ibu balita
mengalami kendala karena pengasuh anak adalah nenek/simbah nya. Sehingga asupan makan
anak seringkali tidak terkontrol.
Dari pertanyaan yang diberikan oleh peserta dapat diketahui bahwa peserta
memberikan respon positif dan menerima materi yang diberikan dengan baik. Hal ini juga
dilihat dari sebagian peserta menyampaikan tidak bisa mengakses video atau PPT
dikarenakan gangguan sinyal di desa, namun menyatakan akan mengakses ilmu atau
informasi tersebut apabila mendapatkan sinyal yang baik suatu saat. Walaupun terkendala
sinyal, peserta kegiatan memberikan respon positif dan tetap mengikuti kegiatan dengan
baik.
2. Evaluasi Kegiatan Pre Test – Post Test
Kegiatan Pre dan Post Test dilaksanakan menggunakan Google Form, rekapitulasi skor dapat
di lihat pada tabel berikut ini.

Skor Pre Hasil Post


No Nama Asal Posyandu
Test Test
1 Suratminingsih Posyandu Bina Putra Dusun Tirto 8 9
2 Yenie Kurnia Posyandu Gunturan 9 9
3 Bardin Posyandu Cempaka 8 9
4 Riyanti Posyandu Mawar 9 10
5 Yamini Posyandu Mawar 9 9
6 Yanti Posyandu Gunturan 8 8
7 Sri wahyu Ningsih Posyandu Ngalarang 9 10
8 Sarmini Posyandu Ngalarang 9 10

Dari hasil skor pre-test dan post-test diatas dapat dilihat bahwa adanya perubahan
skor pre-test dan post-test pada pelatihan dengan materi makanan sehat dan bergizi, hal ini
dapat diartikan bahwa adanya peningkatan pengetahuan ibu-ibu kader setelah diberikan
penyuluhan. Dari total 12 peserta, 8 diantaranya mengisi Pre dan Post Test kegiatan
penyuluhan dan pelatihan. Namun teknik ini tidak bisa dikatakan akurat/valid, karena 4
peserta dari nomor terbawah mengakses pada waktu yang tidak di tentukan karena peserta
dapat melihat materi terlebih dahulu.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa penyuluhan dan pelatihan via daring online
kurang efektif karena banyak terjadi bias khususnya pada saat pengisian formulir Pre Test
dan Post Test.
DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN DAN PELATIHAN
VIA DARING WHATSAPP GROUP

1. Daftar hadir dan Jumlah Peserta Kegiatan


2. Kegiatan Penyuluhan dan Pelatihan Via Daring
3. Kegiatan Pre Test – Post Test

Anda mungkin juga menyukai