Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi yang
diampu oleh:
KELOMPOK 2
Nama Anggota :
KELAS 2B
Jl. Prof. DR. G.A. Siwabessy, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424
2021
Kasus Sekretaris Ketua KPK, Pembocor Sprindik Kasus Anas
Investigasi Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi menyimpulkan, pelaku utama
yang membocorkan dokumen negara itu adalah Wiwin Suwandi, sekretaris Ketua KPK Abraham
Samad. Hasil investigasi, ada 29 fakta yang memang mengarah ke Wiwin, sebagai pelaku utama.
"Pelaku utama pembocoran dokumen Sprindik adalah Wiwin Suwandi, sekretaris
terperiksa I Abraham Samad," ujar Wakil Ketua Komite Etik KPK, Tumpak Hatorangan
Panggabean saat membacakan putusan Komite Etik di gedung KPK, Rabu 3 April 2013.
Wiwin Suwandi dengan inisiatif sendiri membocorkan dokumen Sprindik yang memuat
status Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus korupsi proyek Hambalang kepada media.
Bocornya Sprindik, juga tidak lepas dari 'dosa' Abraham Samad sebagai pimpinan KPK.
Abraham dinilai lalai dalam mengawasi dan membina sekretarisnya. Kalalaian itu membuat
Wiwin dengan leluasa membocorkan copy-an dokumen Sprindik.
Fakta yang ditemukan tim Komite Etik, bocornya dokumen berawal ketika Wiwin Suwandi
diperintahkan Abraham Samad membuat copy-an Sprindik. Saat itulah, Wiwin melakukan
scanning kedua atas dokumen tersebut dan membocorkannya kepada wartawan.
Selain itu, Wiwin Suwandi pada Jumat tanggal 8 Februari 2013 juga berinisiatif
mengabarkan status tersangka Anas Urbaningrum kepada seorang wartawan lainnya melalui
BlackBerry Messenger. Dalam komunikasi BBM itu, Wiwin Suwandi mengutip kata-kata dalam
BBM Abraham Samad kepada Tri Suharman yang bunyinya :
“Jgn sebut Namaku dulu Soalx sy yg ambil alih kasus ini spy bisa jalan, sy pake kekerasan
sdikit,makax sy tdk mau tambah runyam”
Komite Etik menegaskan bahwa tidak benar terjadi pengambilalihan penanganan kasus
Anas Urbaningrum oleh Abraham Samad sendiri. Penanganan kasus Anas Urbaningrum dilakukan
oleh Deputi Penindakan secara profesional.
Dari fakta yang didapat, Wiwin ternyata sudah sering membocorkan informasi kasus-kasus
yang sedang ditangani lembaga anti korupsi itu kepada wartawan. Seperti kasus suap Bupati Buol
yang melibatkan pengusaha Hartati Murdaya, kasus korupsi proyek simulator pembuatan SIM di
Korlantas Polri dan kasus suap impor daging sapi.
Meski begitu, Komite Etik menilai, Wiwin tidak bisa menempatkan posisinya dengan baik.
Sehingga, perbuatannya itu merugikan institusi KPK dalam upaya memberantas tindak pidana
korupsi. Karena ada kode etik yang mengatur lembaga ini.
Akibat perbuatannya itu, Wiwin langsung diberhentikan dari jabatannya secara tidak hormat oleh
Majelis Dewan Pertimbangan Pegawai.
Divonis ringan
Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil Ketua Adnan Pandu Praja dinyatakan tidak
terbukti secara langsung membocorkan dokumen Sprindik atas nama Anas Urbaningrum. Tapi
perbuatan dan sikap keduanya dinilai melanggar Kode Etik Pimpinan KPK.
Abraham misalnya, dalam berkomunikasi dan dalam memimpin, menciptakan situasi dan
kondisi terjadinya kebocoran Sprindik dan informasi mengenai status Anas Urbaningrum sebagai
tersangka.
Dalam mempertimbangkan sanksi etik bagi Abraham, Komite Etik menyatakan ada hal-
hal yang memberatkan dan meringankan. Atas perbuatan dan perilakunya, Abraham dinyatakan
telah melakukan pelanggaran sedang terhadap Pasal 4 huruf b dan d, Pasal 6 ayat (1) huruf b, huruf
e, huruf r dan huruf v Kode Etik,. Pimpinan KPK. "Oleh karena itu menjatuhkan sanksi berupa
peringatan tertulis," kata Anies.
Sementara Adnan Pandu Praja dinyatakan terbukti melanggar pasal 6 ayat (1) huruf e Kode
Etik Pimpinan. Karena mencabut paraf persetujuan pada Lembar Disposisi dokumen Sprindik,
menyampaikan informasi pencabutan beserta alasannya kepada pers, serta menyampaikan
pendapat secara terbuka kepada media massa bahwa kasus Harrier yang nilainya kurang dari Rp 1
miliar adalah bukan level KPK.
"Ini menunjukkan tindakan yang kurang hati-hati dan kurang cermat (seksama) sebagai
Pimpinan KPK dan merugikan nama baik KPK."Meski begitu, Adnan juga dinyatakan tidak
terbukti secara langsung membocorkan dokumen Sprindik Anas Urbaningrumm dan tidak ada hal
yang memberatkannya. Namun karena terbukti melanggar Kode Etik Pimpinan, Adnan Pandu
diganjar sanksi berupa peringatan lisan.