Anda di halaman 1dari 7

KASUS KORUPSI PIMPINAN DAERAH

Abu Bakar (Bupati Bandung Barat)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit 2

Dosen Pengampu Ibu Linda Mauliani P., S.Pd., M.Ak.

Disusun Oleh :

Puspa Dewi Kusumawati D212111012

Triana Siti Aryani D212111021

Wawan Jefriansyah D212111032

PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI

POLITEKNIK TEDC BANDUNG

2023
A. PROFIL

Drs. H. Abubakar, M.Si adalah Bupati Kabupaten Bandung Barat. Masa


kecil dan pendidikan dasar hingga meraih gelar Magister ditempuh di kota
kelahirannya. Setelah lulus dari SMA Negeri 5 Bandung pada tahun 1971, Abu
Bakar melanjutkan studinya di Universitas Langlang Buana Bandung dan berhasil
meraih gelar sarjananya pada tahun 1990. Sedangkan gelar Magister Manajemen
diraihnya dari Universitas Garut pada tahun 2000. Sampai saat ini telah dikaruniai
3 (tiga) orang anak dari istrinya yang bernama Dra. Hj.Elin Suharliah.
Adapun sejumlah jenjang pendidikan kedinasannya yakni di APDN
Bandung pada 1975, Diklat Pembentukan Pembantu Jaksa, tahun 1980 dan Diklat
Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri Angkatan I, tahun 1989. Sebelum
menjabat sebagai Bupati Bandung Barat pada 2008, Abubakar pernah menjabat
sebagai Plt. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan Sekretaris Daerah
Kabupaten Bandung.

1
A. PENYEBAB
Demi meloloskan istrinya, Elin Suharliah, menjadi Bupati Bandung Barat,
Abubakar rela korupsi ratusan juta. Saat itu, Abubakar masih menjabat sebagai
Bupati Bandung Barat. Dan sudah ditebak, KPK akhirnya mencium perbuatan
"kotor" Abubakar tersebut. Abubakar pun menyandang status tersangka dan
dituntut 8 tahun penjara dalam kasus dugaan penerimaan gratifikasi.

Selasa, 10 April 2018, Enam orang diamankan Komisi Pemberantasan


Korupsi (KPK) di Kabupaten Bandung Barat. Mereka adalah Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bandung Barat, Weti Lembanawati;
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Adiyoto; dan staf Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bandung Barat, Caca. Selain itu, KPK
juga mengamankan Kepala Sub Bagian di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Bandung Barat, Ilham; Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bandung
Barat Asep Hikayat; dan staf Badan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung
Barat Yusef.

Sekitar pukul 17.00 WIB, KPK mendatangi rumah Bupati Bandung Barat
Abubakar untuk mengamankan sang bupati. Namun, Abubakar memohon untuk
tidak diamankan karena harus melakukan kemoterapi dan dalam kondisi tidak
sehat. "Atas dasar kemanusiaan, tim melakukan pemeriksaan di rumah bupati dan
melakukan koordinasi dengan bupati," kata Saut Situmorang, Wakil Ketua KPK.
Dalam OTT tersebut, KPK mengamankan barang bukti berupa uang sebesar Rp 435
juta. Saut mengatakan, uang tersebut ada di dalam sebuah koper berwarna biru
dengan pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000. Uang tersebut diduga akan diberikan
kepada Bupati Bandung Barat Abubakar selaku penerima.

Rabu, 11 April 2018 Setelah OTT dan menjalani pemeriksaan, KPK


menetapkan Bupati Bandung Barat Abubakar sebagai tersangka dalam kasus
dugaan tindak pidana korupsi karena diduga menerima hadiah atau janji. Selain
Abubakar, KPK juga menetapkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Bandung Barat Weti Lembanawati dan Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat Adiyoto sebagai tersangka.

2
Ketiganya diduga sebagai penerima hadiah atau janji. KPK juga menetapkan
Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bandung Barat Asep Hidayat
sebagai tersangka. "KPK meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan
serta menetapkannya sebagai tersangka," kata Wakil Ketua KPK Saut Situmorang
dalam konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (11/4/2018). Saut
mengungkapkan, Abubakar diduga menerima hadiah atau janji yang bertentangan
dengan kewajibannya.

Jumat, 13 April 2018 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-P Jawa Barat
secara resmi memecat Bupati Bandung Barat Abubakar sebagai ketua DPC PDI-P
Kabupaten Bandung Barat karena menjadi tersangka kasus dugaan gratifikasi.
Keputusan DPD PDI-P tersebut berlaku mulai hari Jumat (13/4/2018). “Partai
dalam hal ini terhadap posisi politik pak Abubakar memutuskan untuk mengganti
posisinya sebagai ketua DPC dan menunjuk pelaksana tugas ketua DPC
dimandatkan kepada Yadi Srimulyadi,” kata Sekretaris DPD PDI-P Jawa Barat,
Abdy Yuhana dalam konferensi pers di kantor DPD PDI-P Jawa Barat di Jalan
Pelajar Pejuang, Kota Bandung, Jumat sore. Selain melengserkan Abubakar dari
jabatan ketua DPC, DPD PDI-P juga secara resmi memecat Abubakar dari
keanggotaan partai. “Partai juga memecat Pak Abubakar dari keanggotaannya
sebagai anggota PDI Perjuangan,” ungkapnya. Bupati Bandung Barat Abubakar
diduga menerima gratifikasi untuk membiayai kampanye istrinya yang
mencalonkan diri menjadi bupati Bandung Barat.

3
B. HUKUMAN

Senin, 5 November 2018 Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi


Pemberantasan Korupsi ( KPK) menuntut mantan Bupati Bandung Barat Abubakar
pidana penjara selama 8 tahun penjara, serta denda Rp 400 juta subsidair 4 bulan
kurungan jika tidak dibayar, dan membayar uang ganti kerugian sebesar Rp 601
juta. Tuntutan tersebut dibacakan JPU KPK Budi Nugraha dalam sidang kasus
dugaan penerimaan gratifikasi di Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri
Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat dengan agenda tuntutan JPU KPK, Senin
(5/11/2018). Dalam tuntutannya, JPU KPK menyatakan Abubakar terbukti bersalah
melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana dakwaan
alternatif pertama pasal 12 Huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Selain itu,
jaksa juga meminta hakim untuk menjatuhkan tuntutan lainnya kepada Abubakar
yakni pencabutan hak politik mantan orang no 1 di Bandung Barat tersebut.

4
Dalam konstruksi perkara, Abubakar diduga meminta uang kepada
sejumlah kepala dinas untuk kepentingan pencalonan istrinya, Elin Suharliah.
Seperti diketahui, Elin akan maju sebagai calon bupati Bandung Barat periode
2018-2023 menggantikan suaminya. Permintaan itu disampaikan dalam beberapa
kali pertemuan antara Abubakar dan kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
yang diadakan pada Januari, Februari, dan Maret 2018. Bahkan, Abubakar juga
terus menagih permintaan uang tersebut demi melunasi pembayaran ke lembaga
survei. "Hingga April, bupati terus menagih permintaan uang ini salah satunya
untuk melunasi pembayaran ke lembaga survei," kata Saut. Kepala Pelaksana
Harian Kabiro Humas KPK Yuyuk Andriarti menuturkan, Abubakar telah
memberikan uang muka senilai Rp 50 juta kepada lembaga survei.1

C. DAMPAK
Tidak ada spesifikasi informasi yang beredar mengenai dampak yang
ditimbulkan dengan kasus yang terjerat pada Bapak Abu Bakar selaku mantan
Bupati Bandung Barat. Namun bagaimanapun juga kasus korupsi tentunya sangat
merugikan negara, berdampak dengan kemajuan infrastruktur, konflik sosial
bahkan hilangnya rasa kepercayaan semua orang.

D. TANGGAPAN
Kasus korupsi yang melanda mantan Bupati Bandung Barat Alm Bapak Abu
Bakar demi membiayai istrinya untuk dapat mencalonkan diri juga bagi kami hal
yang serius, orang yang berani melakukan korupsi akan tercap sebagai orang yang
akan sering melakukan kecurangan, kebohongan dan dampaknya tidak akan
diberikan rasa kepercayaan dari orang banyak.

Mengenai istri beliau, tak sepantasnya mantan Bupati Bandung Barat ini
melakukan hal tersebut karena harus berdasarkann prinsip hukum keadilan yakni
pemilihan umum harus menjadi proses yang bebas dan adil tanpa campur tangan
atau pengaruh illegal. Pemimpin yang baik harus memiliki integritas dan etika yang

1
https://regional.kompas.com/read/2018/11/06/19371871/kasus-dugaan-korupsi-bupati-bandung-
barat-demi-biayai-istrinya-nyalon-hingga?page=all

5
tinggi, bila diawal saja sudah melakukan kecurangan maka akan ada kecurangan-
kecurangan lainnya yang akan dilakukan.

Pihak yang terlibat dalam suap-menyuap ini tentu perlu ditindak, karena
sistem peradilan harus bekerja dengan adil dan transparan dalam menangani kasus
korupsi. Proses hukum harus dijalankan secara independen tanpa adanya campur
tangan politik atau tekanan dari pihak manapun. Penting untuk menekankan bahwa
pemberantasan korupsi dan memastikan keberlanjutan demokrasi adalah tanggung
jawab bersama masyarakat, lembaga-lembaga pemerintah, dan sistem peradilan.
Semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan bahwa aturan hukum dihormati
dan bahwa pemilihan umum dapat menjadi sarana yang adil bagi masyarakat untuk
memilih pemimpin mereka.

Beliau di ancam hukuman 8 tahun penjara menurut kami sudah layak,


karena sebagaimana dituliskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Pasal
12 huruf e Tentang Tindak Pidana Korupsi, yang berbunyi “Dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah): “Pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya
sendiri”. Jadi, hukuman yang sudah ditetapkan oleh Jaksa Penuntut Umum
memang sudah sepantasnya didapatkan oleh Bapak Abu Bakar selaku tersangka
korupsi.

Anda mungkin juga menyukai