Anda di halaman 1dari 7

TERM OF REFERENCE (TOR)

DISKUSI PUBLIK POLITIK HUKUM WACANA REVISI UU ITE. PC IMM KOTA

BANDARLAMPUNG

A. Bentuk Kegiatan

Diskusi Publik. Webminar adalah pertemuan atau persentasi online yang diadakan

melalui internet secara real-time. Webminar bisa dikatakan sebagai seminar yang

bersifat online atau website daring seminar.

B. Tema Kegiatan

Tema kegiatan ini adalah “Politik Hukum Wacana Revisi UU ITE”

C. Tujuan Kegiatan

Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah:

1. Untuk menganalisa .

2. Untuk meningkatkan peran aktif mahasiswa dalam mengetahui perkembangan

hukum.

3. Sebagai wadah bagi mahasiswa dan masyarakat untuk mendapatkan ilmu dan

pemahaman khususnya tentang perkembangan hokum di Indonesia.

D. Tempat Kegiatan

Via Zoom Meating

E. Waktu Kegiatan

F. Latar Belakang

Dalam rangka untuk menambah kegitan PC IMM Kota Bandarlampung dimasa

pandemi bertepatan pada tanggal 21 Februari 2021. Dengan ini PC IMM Kota

Bandarlampung akan menyelenggarakan diskusi publik yang bertemakan “Politik Hukum

Wacana Revisi UU ITE”


Presiden Joko Widodo bahwa dirinya bakal mendorong revisi Undang-Undang ITE

tersebut lantaran maraknya warga saling lapor dan kasus kriminalisasi. Sinyal dari Presiden

Joko Widodo untuk merevisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE)

menjadi perbincangan hangat di kalangan aktivis HAM dan masyarakat umum karna

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) terdapat pasal karet atau

multitafsir yang mana dinilai dapat membungkam ruang berekspresi dan menyuarakan

pendapat di media social maupun media elektronik lainnya.

Pengadilan Negeri Jakarta Utara memutuskan dua penyerang kasus teror dengan air keras

terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dituntut

hukuman 1 tahun penjara.

Kasus Novel Baswedan menjadi salah satu kasus teror yang menyita perhatian publik.

Perjalanan panjang kasus ini banyak diikuti masyarakat hingga putusan tuntutan diumumkan

hakim. Berikut kronologi kasus teror Novel Baswedan sejak penyerangan hingga penyerang

yang dituntut 1 hukuman ringan 1 tahun penjara.

Penyerangan oleh Dua Pria Tak Dikenal

Aksi teror Novel Baswedan terjadi pada 11 April 2017 lalu. Saat itu, Novel hendak pulang

usai menunaikan salat Subuh di Masjid Al Ihsan yang tak jauh dari kediamannya di Kelapa

Gading, Jakarta Utara.

Di perjalanan dari masjid menuju kediamannya, Novel didekati dua orang pria tak dikenal,

mereka melancarkan aksinya dengan menyiram suatu cairan ke arah wajah Novel.

Sontak, Novel mengerang kesakitan sehingga langsung dilarikan ke RS Mitra Keluarga

Kelapa Gading. Cairan kimia tersebut masuk ke dalam mata hingga Novel terancam buta.

Sketsa Wajah Penyerang Disebar


Empat bulan setelah kejadian tersenut, tepatnya pada 24 November 2017, polisi menyebarkan

sketsa wajah kedua terduga pelaku yang didapatkan dari keterangan saksi.

Dalam kasus tersebut, polisi telah memeriksa 66 orang saksi selama kurang lebih 3 bulan

setelah kejadian. Dari hasil pemeriksaan tersebut mengerucut kepada sketsa wajah yang

akhirnya dibuat. Meski sketsa telah disebar, perkembangan kasus Novel belum juga

menunjukkan kemajuan. Pelaku penyiraman belum juga berhasil ditangkap dan kasus

tersebut justru jalan ditempat selama setahun lamanya.

Isu Keterlibatan Jenderal Polisi

Dalam sebuah wawancara, Novel menyebut adanya sosok jenderal yang menjadi dalang

penyiraman air keras. Meski demikian, Novel tak menyebut siapa sosok jenderal tersebut.

“Saya mempunyai keyakinan dan dugaan kuat beberapa kejadian (teror KPK) pelakunya

sama. Maksudnya oknum Polri yang terlibat jenderalnya sama,” kata Novel di Kelapa

Gading, Jakarta Utara, Minggu (17/6/2018).

Bentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)

Dua tahun berselang setelah kasus bergulir, Kapolri yang saat itu dijabat oleh Jenderal Tito

Karnavian membentuk Tim Pencari Fakta. Tugas utama tim tersebut adalah menyelidiki

kasus dan mencari siapa pelakunya.

Tim tersebut diketuai oleh Kapolda Metro Jaya yang saat itu dijabat oleh Irjen Idham Aziz

dengan penanggung jawab Tito. Tim tersebut dibentuk pada 8 Januari 2019.

Tudingan Merekayasa Kasus


Dua tahun lebih kasus Novel berada dalam kegelapan. Mata kiri Novel mengalami cacat

permanen akibat insiden penyiraman air keras.

Novel justru dituding telah merekayasa kasus tersebut. Politisi PDIP Dewi Tanjung

melaporkan Novel ke polisi atas tuduhan penyebaran berita bohong terkait teror air keras.

Dewi menuding, Novel hanya berpura-pura terkena air keras dan mata yang luka hanyalah

rekayasa semata. Ia merasa ada yang janggal dengan kondisi Novel setelah tersiram air keras.

“Ada beberapa hal yang janggal dari rekaman CCTV, yakni dari bentuk luka, dari perban,

kepala yang diperban tapi tiba-tiba mata yang buta. Faktanya kulit Novel nggak apa-apa,

hanya matanya. Yang lucunya kenapa hanya matanya sedangkan kelopaknya, semua tidak

(rusak),” ungkap Dewi, Rabu (6/11/2019).

Novel enggan memberikan banyak tanggapan atas tudingan dari Dewi. Ia justru prihatin

dengan sikap Dewi tersebut.

Penyerang Ditangkap

Dua orang yang berperan sebagai penyerang penyiraman air keras terhadap Novel ditangkap

pada Kamis (26/12/2019) malam. Kedua pelaku berinisial RB dan RM, anggota kepolisian

aktif.

Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Argo Yuwono mengatakan, satu dari dua

tersangka kasus teror terhadap Novel Baswedan, berperan sebagai penyiram air keras kepada

penyidik senior KPK tersebut.

Argo mengungkapkan, tersangka RB menjadi pelaku penyiraman. Sementara tersangka RM

menjadi pengendara motor.

9 Kejanggalan Persidangan

Tim advokasi Novel Baswedan menyebut adanya sembilan kejanggalan selama persidangan

penyiraman air keras ke wajah penyidik senior KPK itu.


Tim advokasi Novel sejak awal turut memantau jalannya persidangan dan ditemukan

berbagai kejanggalan, yakni:

Pertama, dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dianggap menutup pengungkapan kepada

aktor intelektual. Pasalnya, pengusutan hanya sampai pelaku di lapangan hingga hukuman

ringan terhadap pelaku Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette.

Kemudian, Novel disiram air keras hanya sebagai korban dalam kasus penganiayaan biasa.

Tanpa dilihat ada kaitannya kerja Novel di KPK dalam penanganan kasus-kasus korupsi

besar. Kedua, jaksa tak memperlihatkan sebagai representasi negara yang mewakili

kepentingan korban. Namun, malah membela kepentingan para terdakwa. Sampai, Novel

disebut bukan disiram dengan air keras, tapi disiramkan air aki.

Ketiga, majelis hakim PN Jakarta Utara terlihat pasif dan tidak objektif untuk mencari

rangkaian peristiwa secara utuh.

Keempat, terdakwa mendapatkan bantuan hukum dari institusi Polri yang turut perlu

dipertanyakan. Meski dua terdakwa merupakan anggota polisi aktif. Namun, mereka telah

mencoreng Polri dan tugas serta kewajiban Polisi dalam UU Kepolisian.Kelima, adanya

dugaan manipulasi sejumlah barang bukti di persidangan. Dari CCTV di lokasi penyerangan

air keras dan dugaan intimidasi penyidik terhadap para saksi penting hingga tak dapat

mengindentifikasi sidik jari botol yang digunakan pelaku menyiram air keras.

Keenam, jaksa dianggap terus mengaburkan fakta dan terus mengarahkan dalam dakwaan

bahwa Novel hingga mengalami buta dalam kasus itu bukan disiram dengan air keras.

Ketujuh, dalam persidangan adanya oknum tertentu untuk mengangkat kasus kriminalisasi

Novel dalam kasus pencurian sarang burung wallet di Bengkulu. Untuk mengaburkan fokus

pengungkapan kasus penyerangan air keras selama proses peradilan berjalan.


Kedelapan, adanya alat bukti saksi yang dihilangkan dalam persidangan. Berkas BAP-nya

diduga dihilangkan dan tidak diikutkan dalam berkas pemeriksaan persidangan oleh jaksa.

Kejanggalan terakhir, pemeriksaan saksi korban di Pengadilan 30 April 2020, Ruang

pengadilan dipenuhi oleh aparat Kepolisian dan orang-orang yang nampak dikoordinasikan

untuk menguasai ruang persidangan.

Penyerang Dituntut 1 Tahun

JPU menuntut terdakwa Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette satu tahun penjara. Dua

personel Brimob itu dinilai terbukti bersalah secara bersama-sama melakukan tindak pidana

penganiayaan berat sebagaimana tercantum dalam Pasal 353 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat

(1).

Dalam sidang yang digelar Kamis kemarin, jaksa Ahmad Patoni menjelaskan pertimbangan

pihaknya menuntut Ronny dan Rahmat hanya satu tahun bui.

Ahmad berdalih berdasarkan fakta persidangan, kedua terdakwa tidak terbukti memiliki niat

atau adanya unsur kesengajaan untuk melukai Novel sebagaimana dalam Pasal 355 KUHP.

Ahmad lantas mengemukakan bahwa berdasar fakta persidangan diketahui bahwa kedua

terdakwa disebutnya hanya ingin memberikan pelajaran kepada Novel. Hal itu dilakukan

lantaran Novel dianggap sebagai orang yang lupa terhadap institusi Polri. [*/try]

Berita ini sebelumnya dimuat Suara.com jaringan Padangkita.com dengan judul: Perjalanan

Kasus Novel Baswedan sampai Eksekutor Dituntut 1 Tahun.

G. Susunan acara
Pukul Kegiatan Penanggungjawab

08.30-09.00 Persiapan Panitia/ Panitia Pelaksana


pengkondisian zoom
09.00-09.05 Pembukaan webinar online Moderator

09.05-09.10 Tilawah Qur’an Petugas

09.10-09.15 Doa Hafiz

09.15-09.20 Sambutan keuplak Riyandi Fadhila Putra

09.20-09.35 Sambutan Dekan Fakultas Dr.H.Khairuddin,M.H.

Syariah

09.35-09.40 Moderator Kirana Putra

09.40-10.10 Penyampaian Materi 1 Pemateri

10.10.10.40 Penyampaian Materi 2 Pemateri

10.40-11.10 Penyampaian Materi 3 Pemateri

11.10-11.40 Sesi Tanya Jawab Panitia acara

11.40-11.50 Estimasi waktu Panitia acara

11.50-12.00 Pentup Panitia acara

H. Penutup

Term of Reference ini di susun sebagai kerangka acuan dalam webminar nasional.

Anda mungkin juga menyukai