Figure 1 Novel Baswedan saat menjadi penyidik KPK. Dia menjawab pertanyaan wartawan saat
peluncuran Jam Waktu Novel di gedung KPK, Selasa (11/12/2018). Menyambut Hari HAM Internasional,
Wadah Pegawai KPK meluncurkan Jam Waktu Novel sebagai pengingat bagi penegak hukum untuk
membongkar kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK itu.
Hari Selasa (11/4/2023), menandai enam tahun kasus penyiraman air keras terhadap Novel
Baswedan, saat menjadi penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Usai shalat
subuh, Novel berjalan dari masjid menuju rumahnya yang hanya berjarak 50 meter. Di tengah
perjalanan, sebuah sepeda motor mendekatinya. Belum sempat menengok ke arah suara,
pengendara motor itu melempari air keras ke arah wajah Novel. Ia segera dilarikan ke RS
Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, lalu dirujuk ke RS Jakarta Eye Center, Menteng,
Jakarta. Penyerangan itu mengakibatkan kebutaan pada mata sebelah kirinya. Untuk
menjalani perawatan mata yang lebih baik, ia dirawat di Singapore General Hospital. Butuh
waktu tiga tahun untuk mengusut kasus penyerangan tersebut.
Ketua Komnas HAM RI Ahmad Taufan Damanik menilai bahwa kasus penyiraman air keras
ini terorganisir, dengan adanya pembagian peran. Peran itu, menurut dia, mulai dari
pemantau, pengintai, sampai eksekutor. "Tindakan penyiraman ini bukan personal, karena
waktu itu sempat dibangun opini bahwa mungkin berhubungan dengan permasalahan pribadi
Saudara Novel, tetapi ada kaitan yang erat dengan pekerjaan Saudara Novel sebagai penyidik
KPK," kata Taufan dikutip dari situs Komnas HAM. Komnas HAM membentuk Tim
Pemantauan Proses Hukum kasus Novel Baswedan yang mulai bekerja pada awal Maret
2018.
Disusun oleh:
Wahyu Dwinugroho