“Ani akan menerangkan tentang Pancasila, lihat yah. Ini Garuda lambang negara
Indonesia yah, lambang negara Indonesia, Pancasila, lihat. Ini Pancasila sampah ini, ini
Pancasila sampah yah, kotoran, layak diinjek injek yah. Ini Pancasila sampah. Tuh liat.”
kata perempuan dalam video tersebut.
Berikutnya di slide ke dua akun tersebut juga terlampir screenshoot dari postingan
perempuan bernama Ani di Twitter (@ANI48469209). Postingan berisi foto dirinya
beserta bendera merah putih kecil dan buku bergambar Burung Garuda tengah diinjak.
Selain itu di unggahan tersebut juga terdapat sebuah foto dari celana dalam yang
ditaruh sebuah bendera merah putih kecil. Berdasarkan penelusuran, postingan
tersebut dibuat di bulan Desember dan tanggal 02 Januari 2020 kemarin.Diduga
Gangguan Jiwa
©2021 Instagram @smart.gram/editorial Merdeka.com
Sementara itu, diketahui jika perempuan tersebut diduga mengalami gangguan jiwa.
Hal itu terlihat dari video yang diunggah di akun @ndorobeii di mana perempuan
tersebut tengah berbicara menggunakan bahasa Sunda saat didatangi oleh sejumlah
orang yang meminta klarifikasi pelaku.
Menurut komentar dari salah seorang warganet, @dimasdimes3 ia mencoba
menerjemahkan ucapannya, perempuan itu disebut berbicara tidak nyambung dan
terindikasi mengalami gangguan.
“Saya yakin sama keyakinan saya, masalahin tentang keyakinan, misalkan sama Al
Quran, tetep Allah gak akan percaya sama saya (kata si ibu ), jelaskan saja bu
jelaskankami percaya kok silahkan jelaskan saja (kata Bapak-bapak yang
diduga polisi). Ini masalah pancasila kan ?? Video yg dituduhkan itu kan ? (Kata si
ibuk).. selebihnya kayaknya ibu-ibu nya gila, soalnya kagak nyambung” terang
komentar dari akun @dimasdimes3
Diamankan Polisi
Dalam kesempatan itu Oliestha mengatakan jika perempuan tersebut pernah membuat
video penghinaan serupa terhadap bendera merah putih yang dibuat dari plastik
beberapa waktu lalu.
Untuk pendalaman lebih lanjut, tersangka yang diketahui bernama Ani masih dalam
pemeriksaan di kantor polisi. Terkait indikasi gangguan jiwa, Oliestha menambahkan
jika pihak kepolisian masih menunggu hasil pemeriksaan dari RSUD Karawang untuk
pembuktian.
Sahat Ditahan karena Ubah Pancasila
Jadi Pancagila, PKB: Itu Kritikan
Jakarta - Sahat Safiih Gurning (27) ditangkap polisi dan sedang menjalani persidangan
karena mengubah Pancasila menjadi Pancagila yang dia posting di akun Facebook-
nya. Sahat menyebut apa yang dilakukannya hanya sebatas kritikan.
PKB sebagai partai yang pernah menyoroti masalah ini pada kasus sebelumnya Zaskia
Gotik, menilai apa yang terjadi pada Sahat memang hanya sebuah kritik. Plesetan
Pancasila itu disebut PKB sudah jamak diketahui oleh mahasiswa.
"Pancasila yang diplesetkan menjadi parodi, sudah ada sejak saya mahasiswa.
Memang awalnya itu gerakan mahasiswa. Nah, sekarang kan dia hanya mengulang
apa yang sudah ada," ucap politikus PKB Daniel Johan (44) saat dihubungi, Jumat
(22/7/2016).
Menurut Daniel, aparat penegak hukum seharusnya bijak menyikapi masalah ini,
karena pada dasarnya yang dilakukan Sahat hanya kritikan, dan bisa jadi dia hanya
menyadur dari yang lain.
"Pada dasarnya itu kritik masyarakat yang mencintai negaranya. Saya yakin tujuan dia
mengkritik, tujuan terdalam justru ingin melihat Pancasila berjalan sesuai yang
dirumuskan bapak bangsa. Saya yakinnya begitu," ujar anggota DPR itu.
Meski begitu, Daniel menilai apa yang dilakukan Sahat agak berlebihan karena disertai
dengan foto menendang Burung Garuda Pancasila dengan kaki kanang, termasuk
memasang gambar anak laki-laki menendang anggota kepolisian yang sedang
berpakaian seragam.
"Kalau itu menurut saya berlebihan ekspresi dari kekecewaan dia yang mendalam
sebagai warga negara. Artinya dia juga perlu dikasih pendidikan bahwa itu sebagai
lambang negara. Meskipun dia ingin kritik tapi tetap harus dihormati," ucap Daniel.
Sebelumnya, pemuda dari Toba Samosir, Sumatera Utara (Sumut), Sahat Safiih
Gurning, diadili karena mengubah Pancasila menjadi Pancagila. Sahat terancam lima
tahun penjara atau denda Rp 500 juta.
Sahat melakukan perbuatan itu pada April 2016. Selain mengubah Pancasila jadi
Pancagila dan pasang foto dirinya menendang Burung Garuda Pancasila, Sahat dalam
akun FBnya juga menuliskan kata-kata yang dinilai mengandung penghinaan lambang
negara.
Yaitu menulis ' Berbeda-beda Tetapi Sama Rakus' dan menulis 'Republik Maling' di
atas gambar bendera RI-peta RI serta ditulis 'NKRI Harga Jual' di bawahnya.
Atas perbuatannya, Sahat ditangkap oleh anggota Polres Toba Samosir pada tanggal
13 April 2016, dan selanjutnya diajukan ke persidangan untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya. Sahat masih mengikuti proses persidangan di PN
Balige. (bal/asp)
JAKARTA - Setiap warga negara punya kewajiban untuk menjaga kehormatan lambang
negara, Garuda Pancasila. Seperti diamanatkan konstitusi, hal itu perlu untuk
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan menunjukkan kedaulatan negara.
Namun sayangnya, kasus-kasus pelecehan lambang negara seperti Burung Garuda,
masih kerap terjadi.
Beberapa hari lalu misalnya, sebuah video viral di media sosial TikTok
mempertontonkan gerombolan wanita yang tertangkap kamera menduduki kain merah
putih. Hal itu menuai hujatan warganet karena dianggap melecehkan salah satu simbol
negara yakni Bendera Negara Indonesia.
Setelah itu, delapan wanita berfoto dengan duduk di atas kain yang dibentangkan
sebelumnya. Mereka pun berpose beberapa kali dan mengunggahnya di TikTok.
Banyak netizen yang menganggap kain itu sebagai representasi Bendera Indonesia
Sang Merah Putih. Sehingga banyak warganet yang menghujat aksi mereka.
Setelah video itu viral dan mendapat hujatan, mereka kemudian menghapusnya dari
TikTok. Kemudian para gadis tersebut membuat video klarifikasi dan meminta agar
warganet tidak salah paham atas video yang mereka unggah.
Dalam sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta pemilik goyang itik itu
menyampaikan, jika lambang sila kelima adalah bebek nungging. Padahal lambang sila
kelima merupakan padi dan kapas.
Karena kasus itu, Penyidik Polda Jabar sempat menetapkan stastus tersangka ke
Rizieq terkait dugaan penodaan Pancasila. Lalu setelah lebih dari setahun kasus
bergulir, Polda Jabar mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan. Polisi
beralasan tidak cukup bukti.
"Iya (dihentikan) tidak cukup bukti," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar
Kombes Umar Surya Fana kepada detikcom.
Selain Zaskia dan Rizieq Shihab, pria asal Toba Samosir, Sahat Safiih Gurning juga
pernah tersandung kasus yang sama. Namun bedanya, ia mendapat konsekuensi
hukum atas apa yang ia perbuat.
Sahat meringkuk di penjara selama lima tahun sejak 2016. Ia diadili karena mengubah
Pancasila menjadi Pancagila dalam akun Facebook-nya.
Oleh karena itu, menurut Pakar Hukum Pidana Universitas Indonesia, Gandjar
Laksmana dikutip Hukum Online berpendapat, yang terpenting dalam penanganan
kasus penghinaan terhadap lambang negara mesti membuktikan (niat jahat) dari si
pelaku. Niat jahat ini diwujudkan dengan maksud atau kesengajaan dari pelaku saat
melakukan tindakan yang diduga menghina lambang negara.
“Penyidik harus mampu membuktikan adanya kehendak jahat. Kehendak jahat ini
ditunjukan saat seseorang melakukan tindakan penghinaan terhadap lambang negara,”
kata Ganjar.
“Dalam hukum pidana tidak semua perbuatan yang memenuhi unsur pidana harus
diberikan sanksi. Pertimbangan utamanya, apakah perbuatan dilakukan dengan
melawan hukum dan apakah orangnya dapat dipersalahkan?” kata dia.