Anda di halaman 1dari 11

Heboh Perempuan di Karawang

Lecehkan Pancasila, Diduga


Gangguan Jiwa
Merdeka.com - Kasus penghinaan simbol negara baru-baru ini kembali terjadi. Seperti
terlihat di sebuah video yang diunggah oleh akun @smart.gram, di mana seorang
perempuan tengah menunjukkan sebuah buku bergambar lambang Pancasila Burung
Garuda.
Dalam video yang diunggah pada Minggu (03/01) tersebut, perempuan itu terlihat
menghina simbol negara dengan menyebut Pancasila adalah sampah. Selain itu ia juga
menyebut Pancasila adalah kotoran dan layak untuk diinjak-injak.

“Ani akan menerangkan tentang Pancasila, lihat yah. Ini Garuda lambang negara
Indonesia yah, lambang negara Indonesia, Pancasila, lihat. Ini Pancasila sampah ini, ini
Pancasila sampah yah, kotoran, layak diinjek injek yah. Ini Pancasila sampah. Tuh liat.”
kata perempuan dalam video tersebut.

Berikutnya di slide ke dua akun tersebut juga terlampir screenshoot dari postingan
perempuan bernama Ani di Twitter (@ANI48469209). Postingan berisi foto dirinya
beserta bendera merah putih kecil dan buku bergambar Burung Garuda tengah diinjak.

Selain itu di unggahan tersebut juga terdapat sebuah foto dari celana dalam yang
ditaruh sebuah bendera merah putih kecil. Berdasarkan penelusuran, postingan
tersebut dibuat di bulan Desember dan tanggal 02 Januari 2020 kemarin.Diduga
Gangguan Jiwa
©2021 Instagram @smart.gram/editorial Merdeka.com
Sementara itu, diketahui jika perempuan tersebut diduga mengalami gangguan jiwa.
Hal itu terlihat dari video yang diunggah di akun @ndorobeii di mana perempuan
tersebut tengah berbicara menggunakan bahasa Sunda saat didatangi oleh sejumlah
orang yang meminta klarifikasi pelaku.
Menurut komentar dari salah seorang warganet, @dimasdimes3 ia mencoba
menerjemahkan ucapannya, perempuan itu disebut berbicara tidak nyambung dan
terindikasi mengalami gangguan.

“Saya yakin sama keyakinan saya, masalahin tentang keyakinan, misalkan sama Al
Quran, tetep Allah gak akan percaya sama saya (kata si ibu ), jelaskan saja bu
jelaskankami percaya kok silahkan jelaskan saja (kata Bapak-bapak yang
diduga polisi). Ini masalah pancasila kan ?? Video yg dituduhkan itu kan ? (Kata si
ibuk).. selebihnya kayaknya ibu-ibu nya gila, soalnya kagak nyambung” terang
komentar dari akun @dimasdimes3
Diamankan Polisi

©2021 Instagram @smart.gram & @ndorobeii/editorial Merdeka.com


Saat ini perempuan tersebut sudah diamankan oleh pihak kepolisian dari Polres
Karawang. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Kasat Reskrim Polres
Karawang AKP Oliestha Ageng Wicaksana di akun smartgram tersebut.
"Pihak kepolisian dari Polres Karawang sudah amankan pelaku di rumahnya," terang
Oliestha saat dihubungi wartawan.

Dalam kesempatan itu Oliestha mengatakan jika perempuan tersebut pernah membuat
video penghinaan serupa terhadap bendera merah putih yang dibuat dari plastik
beberapa waktu lalu.

Untuk pendalaman lebih lanjut, tersangka yang diketahui bernama Ani masih dalam
pemeriksaan di kantor polisi. Terkait indikasi gangguan jiwa, Oliestha menambahkan
jika pihak kepolisian masih menunggu hasil pemeriksaan dari RSUD Karawang untuk
pembuktian.
Sahat Ditahan karena Ubah Pancasila
Jadi Pancagila, PKB: Itu Kritikan

Sahat diadili di PN Baliga karena mengubah Pancasila jadi Pancagila (ist.)

Jakarta - Sahat Safiih Gurning (27) ditangkap polisi dan sedang menjalani persidangan
karena mengubah Pancasila menjadi Pancagila yang dia posting di akun Facebook-
nya. Sahat menyebut apa yang dilakukannya hanya sebatas kritikan.

PKB sebagai partai yang pernah menyoroti masalah ini pada kasus sebelumnya Zaskia
Gotik, menilai apa yang terjadi pada Sahat memang hanya sebuah kritik. Plesetan
Pancasila itu disebut PKB sudah jamak diketahui oleh mahasiswa.

"Pancasila yang diplesetkan menjadi parodi, sudah ada sejak saya mahasiswa.
Memang awalnya itu gerakan mahasiswa. Nah, sekarang kan dia hanya mengulang
apa yang sudah ada," ucap politikus PKB Daniel Johan (44) saat dihubungi, Jumat
(22/7/2016).

Pancagila yang dirumuskan Sahat adalah:


1. Keuangan Yang Maha Kuasa.
2. Korupsi Yang Adil dan Merata.
3. Persatuan Mafia Hukum Indonesia.
4. Kekuasaan Yang Dipimpin oleh Nafsu Kebejatan Dalam Persengkongkolan dan
Kepurak-purakan.
5. Kenyamanan Sosial Bagi Seluruh Keluarga Pejabat dan Wakil Rakyat.

Menurut Daniel, aparat penegak hukum seharusnya bijak menyikapi masalah ini,
karena pada dasarnya yang dilakukan Sahat hanya kritikan, dan bisa jadi dia hanya
menyadur dari yang lain.

"Pada dasarnya itu kritik masyarakat yang mencintai negaranya. Saya yakin tujuan dia
mengkritik, tujuan terdalam justru ingin melihat Pancasila berjalan sesuai yang
dirumuskan bapak bangsa. Saya yakinnya begitu," ujar anggota DPR itu.

Meski begitu, Daniel menilai apa yang dilakukan Sahat agak berlebihan karena disertai
dengan foto menendang Burung Garuda Pancasila dengan kaki kanang, termasuk
memasang gambar anak laki-laki menendang anggota kepolisian yang sedang
berpakaian seragam.

"Kalau itu menurut saya berlebihan ekspresi dari kekecewaan dia yang mendalam
sebagai warga negara. Artinya dia juga perlu dikasih pendidikan bahwa itu sebagai
lambang negara. Meskipun dia ingin kritik tapi tetap harus dihormati," ucap Daniel.

Sebelumnya, pemuda dari Toba Samosir, Sumatera Utara (Sumut), Sahat Safiih
Gurning, diadili karena mengubah Pancasila menjadi Pancagila. Sahat terancam lima
tahun penjara atau denda Rp 500 juta.

Sahat melakukan perbuatan itu pada April 2016. Selain mengubah Pancasila jadi
Pancagila dan pasang foto dirinya menendang Burung Garuda Pancasila, Sahat dalam
akun FBnya juga menuliskan kata-kata yang dinilai mengandung penghinaan lambang
negara.

Yaitu menulis ' Berbeda-beda Tetapi Sama Rakus' dan menulis 'Republik Maling' di
atas gambar bendera RI-peta RI serta ditulis 'NKRI Harga Jual' di bawahnya.

"Perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana penghinaan terhadap Lambang Negara


dan melanggar Pasal 68 UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan
Lambang Negara serta lagu Kebangsaan atau Pasal 154 huruf a KUHP," demikian
dakwa jaksa.

Atas perbuatannya, Sahat ditangkap oleh anggota Polres Toba Samosir pada tanggal
13 April 2016, dan selanjutnya diajukan ke persidangan untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya. Sahat masih mengikuti proses persidangan di PN
Balige. (bal/asp)
JAKARTA - Setiap warga negara punya kewajiban untuk menjaga kehormatan lambang
negara, Garuda Pancasila. Seperti diamanatkan konstitusi, hal itu perlu untuk
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan menunjukkan kedaulatan negara.
Namun sayangnya, kasus-kasus pelecehan lambang negara seperti Burung Garuda,
masih kerap terjadi. 

Beberapa hari lalu misalnya, sebuah video viral di media sosial TikTok
mempertontonkan gerombolan wanita yang tertangkap kamera menduduki kain merah
putih. Hal itu menuai hujatan warganet karena dianggap melecehkan salah satu simbol
negara yakni Bendera Negara Indonesia.

Awalnya, seperti diwartakan TribunPekanbaru, mereka membentangkan sebuah kain


berwarna merah dan putih di bawah sebuah pohon. Lalu seorang wanita tampak
berada di atas atap untuk mengarahkan posisi kain. 

Setelah itu, delapan wanita berfoto dengan duduk di atas kain yang dibentangkan
sebelumnya. Mereka pun berpose beberapa kali dan mengunggahnya di TikTok. 

Banyak netizen yang menganggap kain itu sebagai representasi Bendera Indonesia
Sang Merah Putih. Sehingga banyak warganet yang menghujat aksi mereka.

Setelah video itu viral dan mendapat hujatan, mereka kemudian menghapusnya dari
TikTok. Kemudian para gadis tersebut membuat video klarifikasi dan meminta agar
warganet tidak salah paham atas video yang mereka unggah.

Bukan barang baru


Kasus pelecehan lambang negara tersebut bukan yang pertama kali terjadi. Pasca
reformasi, kasus seperti itu yang pertama kali mencuat, dilakukan artis Zaskia Gotik
pada Maret 2016. 

Dalam sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta pemilik goyang itik itu
menyampaikan, jika lambang sila kelima adalah bebek nungging. Padahal lambang sila
kelima merupakan padi dan kapas.

Akibatnya, sejumlah netizen mencibir Zaskia telah melakukan penghinaan terhadap


lambang negara Indonesia. Pada saat menggelar patroli cyber, Subdit Cyber Crime
Ditreskrimsus Polda Metro Jaya melihat dan membaca keluhan serta keresahan
masyarakat itu dan meresponnya dengan membuat laporan polisi tipe A.

Menurut CNNIndonesia Zaskia diduga melanggar Undang-Undang Nomor 24 tahun


2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan. Selain itu, ia
akan dikaitkan ke Pasal 158 KUHP.

Beruntungnya, Zaskia tidak dijebloskan ke dalam penjara. Ia malah digandeng DPR


sebagai Duta Pancasila. 
Tak berselang lama, pada Oktober 2016, kasus serupa terjadi lagi. Kali ini menimpa
Ketua Fornt Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. Putri Presiden Pertama RI Sukarno,
Sukmawati Soekarnoputri melaporkan Rizieq ke Bareskrim Polri atas dugaan
melecehkan dasar negara, Pancasila. 

Menurut pemberitaan Detikcom, Sukmawati mempermasalahkan pernyataan Rizieq


yang menyebut "Pancasila Sukarno Ketuhanan ada di Pantat sedangkan Pancasila
Piagam Jakarta Ketuhanan ada di Kepala" yang terekam dalam video YouTube. Selain
menghina Pancasila, Sukmawati juga menganggap Rizieq menghina kehormatan dan
martabat proklamator, Sukarno.

Karena kasus itu, Penyidik Polda Jabar sempat menetapkan stastus tersangka ke
Rizieq terkait dugaan penodaan Pancasila. Lalu setelah lebih dari setahun kasus
bergulir, Polda Jabar mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan. Polisi
beralasan tidak cukup bukti. 

"Iya (dihentikan) tidak cukup bukti," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar
Kombes Umar Surya Fana kepada detikcom.

Selain Zaskia dan Rizieq Shihab, pria asal Toba Samosir, Sahat Safiih Gurning juga
pernah tersandung kasus yang sama. Namun bedanya, ia mendapat konsekuensi
hukum atas apa yang ia perbuat.

Sahat meringkuk di penjara selama lima tahun sejak 2016. Ia diadili karena mengubah
Pancasila menjadi Pancagila dalam akun Facebook-nya.

Mengutip Detik, Sahat kedapatan memasang foto dirinya menendang Burung Garuda


Pancasila dengan kaki kanan di akun Facebook miliknya. Tidak hanya itu, Sahat dalam
akun Facebook itu juga menuliskan 'Pancasila itu hanya lambang negara mimpi, yang
benar adalah Pancagila'. Sahat mendefinisikan Pancagila yaitu:

1. Keuangan Yang Maha Kuasa.

2. Korupsi Yang Adil dan Merata.

3. Persatuan Mafia Hukum Indonesia.

4. Kekuasaan Yang Dipimpin oleh Nafsu Kebejatan Dalam Persengkongkolan dan


Kepurak-purakan.

5. Kenyamanan Sosial Bagi Seluruh Keluarga Pejabat dan Wakil Rakyat.

Atas perbuatannya, Sahat diadili di PN Balige. Ia didakwa melakukan Pasal 68 UU No


24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta lagu Kebangsaan
jo Pasal 154 huruf a KUHP. Pasal 68 UU No 24/2009.
Dalam pasal itu tertulis: Setiap orang yang mencoret, menulisi, menggambari, atau
membuat rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau
merendahkan kehormatan Lambang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak
Rp 500 juta.

Harus ada niat jahat


Konsekuensi hukum menyangkut kasus ini memang menuntut kehati-hatian. Pasalnya
hal ini juga bersinggungan dengan hak setiap orang untuk berpendapat. 

Oleh karena itu, menurut Pakar Hukum Pidana Universitas Indonesia, Gandjar
Laksmana dikutip Hukum Online berpendapat, yang terpenting dalam penanganan
kasus penghinaan terhadap lambang negara mesti membuktikan (niat jahat) dari si
pelaku. Niat jahat ini diwujudkan dengan maksud atau kesengajaan dari pelaku saat
melakukan tindakan yang diduga menghina lambang negara.

“Penyidik harus mampu membuktikan adanya kehendak jahat. Kehendak jahat ini
ditunjukan saat seseorang melakukan tindakan penghinaan terhadap lambang negara,”
kata Ganjar.

Dia mengingatkan penyidik Polisi dalam menangani perkara dugaan penghinaan


terhadap lambang negara perlu mengedepankan prinsip utama hukum pidana ini yakni
unsur niat jahat. Sebab, meski suatu perbuatan memenuhi unsur pidana, tetapi belum
tentu perbuatan tersebut layak untuk dipidanakan.

“Dalam hukum pidana tidak semua perbuatan yang memenuhi unsur pidana harus
diberikan sanksi. Pertimbangan utamanya, apakah perbuatan dilakukan dengan
melawan hukum dan apakah orangnya dapat dipersalahkan?” kata dia. 

Seperti diketahui, Simbol negara diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan. Dalam beleid yang disahkan pada 9 Juli 2009 ini juga disebutkan simbol-
simbol negara sesuai yang telah diatur dalam UUD 1945 meliputi: 

 Pasal 1 ayat 1 Bendera Negara NKRI adalah Sang Merah Putih. 


 Pasal 1 ayat 2 Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di
seluruh wilayah NKRI. 
 Pasal 1 ayat 3 Lambang Negara NKRI adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika. 
 Pasal 1 ayat 4 Lagu Kebangsaan NKRI adalah Indonesia Raya.

Anda mungkin juga menyukai