Anda di halaman 1dari 6

Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan (2017) Novel Baswedan, Penyidik KPK yang sedang

menangani kasus e-KTP mengalami teror siraman air keras. Novel disiram usai salat subuh di masjid
dekat rumahnya, pada April 2017 lalu. Hingga kini, kasus tersebut masih belum menemui titik terang.
Pembentukan tim gabungan khusus untuk menindaklanjuti pun menuai kritik. Independensi tim
diragukan karena sebagian besar anggotanya berasal dari unsur kepolisian. ICW juga menilai, cara
kepolisian menangani kasus Novel berbeda dengan perkara lain. Pasalnya, meski sudah ada bukti
CCTV, penanganan kasus Novel tetap berjalan lambat. Sementara di kasus lain, kepolisian bisa
mengungkap dalam hitungan hari. Sebagai bagian dari Koalisi Masyarakat Sipil, ICW juga mendesak
Jokowi untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Independen guna mempercepat
penanganan kasus Novel.

Baca selengkapnya di artikel "5 Kasus Kriminal di Indonesia yang Belum Terungkap hingga Saat
Ini", https://tirto.id/dhrM

akarta, CNN Indonesia -- Lebih dari 100 hari kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan
berjalan, namun sampai hari ini kasus tersebut belum mendapatkan perkembangan berarti mengenai
pelakunya alias jalan di tempat.

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu diserang sejumlah orang tak dikenal usai salat
Subuh di Masjid Al Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Selasa (11/4).

Lambatnya perkembangan kasus penyiraman air keras ini sampai di telinga Presiden Joko Widodo
sehingga dia memutuskan untuk mendapat keterangan langsung dari Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

"Saya meminta masukan Kapolri dulu," jawab Jokowi singkat di Cikarang, Jumat (28/7).
Lihat juga:
KPK: Banyak yang Dukung Jika Jokowi Bentuk Tim Kasus Novel
Menurut rencana Jenderal Tito akan menghadap Jokowi di Istana, Senin (31/7).

"Kemarin saya sudah menyampaikan ke Kapolri, besok (hari ini) mau menghadap,” kata Jokowi di Setu
Babakan, Jakarta Selatan saat menghadiri Lebaran Betawi, Minggu (30/7).

Sejumlah lembaga swadaya masyarakat memang mengusulkan mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali
Kota Solo itu turun tangan langsung menyelesaikan permasalahan yang merundung Novel Baswedan.

Desakan itu muncul salah satunya dari Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Komisi Pemberantasan Korupsi
yang mendesak presiden membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) independen untuk
mengungkap kasus ini.

Hingga kini, polisi terus mendalami kasus itu dan sejumlah terduga pelaku sudah pernah diperiksa polisi
tetapi dilepaskan kembali dengan alasan tidak ada bukti kuat.

Polisi sedikitnya sudah memeriksa 56 saksi, namun polisi belum mengetahui ciri-ciri pelaku
penyiraman padahal saksi-saksi itu sudah dikonfrontir satu sama lain.

Perkembangan terakhir, polisi sudah menggambar tiga sketsa wajah orang diduga pelaku penyerangan.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, ada tiga sketsa
wajah berbeda yang dibuat polisi. Sketsa-sketsa wajah tersebut diduga kuat merupakan pelaku teror
terhadap Novel.

Hasil sketsa itu, kata Argo, nantinya akan ditunjukkan kepada para saksi.
Lihat juga:
Jokowi Didesak Turun Tangan Ungkap Kasus Novel Baswedan

"Sudah, sudah disketsa. Nanti kami konfrontasikan dulu sama saksi," kata Argo kepada wartawan, Kamis
(29/6).

Meski demikian, sketsa itu nantinya hanya akan digunakan untuk melengkapi keterangan saksi-saksi guna
mengetahui identitas pelaku.
"Nanti kami lihat dulu itu akurat atau belum. Kalau sudah akurat baru kami cari. Kan ada berbagai proses
maupun cara yang dilakukan penyidik untuk melakukan penelusuran," ujarnya.

Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino


Aksi teatrikal penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.

Polda belum berencana menyebarhasil sketsa wajah tersebut ke publik karena sketsa itu disebut masih
akan dikonfirmasi dengan saksi.

"Kalau memang sudah betul seperti itu, tidak masalah. Tapi kalau nanti kurang ini, kurang itu, kan perlu
perbaikan semua," katanya.

Keterlibatan Aparat?

Tak cuma publik, KPK pun berharap kepolisian dengan cepat mengungkap kasus ini dengan menangkap
pelaku sehingga bisa diketahui motif penyerangan tersebut.

"Sebagaimana yang dijanjikan Tim Kapolda dan Pak Kapolri, kami harap penyerang Novel segera
ditemukan," kata Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarief, Kamis (20/7).

Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto menilai, kerja penyidik Polda Metro Jaya dalam
mengungkap teror ini belum menunjukan perkembangan yang signifikan dan memuaskan karena banyak
pernyataan dari pihak kepolisian yang berjanji segera mengungkap pelaku, namun tak pernah terealisasi
hingga hari ini.

Atas dasar itu, Bambang mengatakan perlu dibentuk tim pencari fakta independen untuk membongkar
kasus yang menimpa Novel. Namun ia mengaku heran dengan sikap pemerintah yang lamban merespons
ide pembentukan tim pencari fakta independen.

"Kenapa pembentukan Tim Pencari Fakta Independen tidak disetujui sebagai alternatif solusi, dan
terkesan malah digembosi," tegasnya.

Peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel terjadi 11 April 2017. Ia disiram air keras oleh orang tak
dikenal usai melaksanakan salat Subuh di masjid dekat rumahnya di Jakarta Utara .

Akibat siraman air keras itu Novel mengalami luka parah pada kedua matanya dan hingga kini dia masih
menjalani perawatan di Singapura.

Meskipun polisi telah memeriksa sejumlah orang yang dicurigai sebagai pelaku teror, belum ada yang
ditetapkan sebagai tersangka.
Lihat juga:
Novel Dilaporkan, KPK Yakin Polri Bijak dan Profesional
Dalam wawancaranya dengan majalah Time, Novel mengatakan, ada keterlibatan petinggi Polri dalam
teror penyiraman keras itu.

Namun, kepolisian menyatakan, belum ada indikasi keterlibatan aparat dalam kasus penyiraman Novel.
"Mudah-mudahan tidak ada, kalau ada kita sidik," ujar Argo.

KOMPAS BRO
KOMPAS.com - Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Novel Baswedan memasuki babak baru. Setelah hampir dua tahun peristiwa itu terjadi, polisi belum
juga mengungkap kasus teror terhadap lembaga anti-rasuah ini. Hingga saat ini polisi belum juga
menetapkan tersangka dalam kasus ini. Hingga pada akhirnya, Polri membentuk tim khusus untuk
menyelesaikan kasus yang dinilai banyak kalangan tak sanggup ditangani lembaga tersebut. Lalu seperti
apa Berikut linimasa peristiwa penyiraman air keras yang menyerang Novel Baswedan. 1. 11 April 2017
Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 pagi. Saat itu, Novel baru
saja menunaikan shalat subuh di Masjid Al Ihsan, dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Novel
langsung dibawa ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sore harinya, Novel
dirujuk ke Jakarta Eye Center (JEC) di Menteng, Jakarta Pusat. Setelah itu, Novel dirujuk ke Singapura
untuk mendapatkan perawatan dengan alat yang lebih mumpuni mulai 12 April 2017. Akibat penyiraman
air keras ini, kedua mata Novel terluka parah. Baca juga: Pegawai KPK Menagih Janji Presiden Jokowi
Terkait Kasus Novel Baswedan 2. 19 Juni 2017 Kapolri mengumumkan telah ditemukan saksi kunci terkait
kasus penyiraman air keras ini. Dikabarkan, saksi kunci tersebut melihat secara langsung saat peristiwa
terjadi. Saksi disebut mengetahui tipologi pelaku, seperti postur tubuh dan ciri fisik lainnya. 3. 17 Agustus
2017 Pada Kamis (17/8/2017), Novel menjalani operasi pertama di Singapura. 4. 24 November 2017 Pada
Jumat (24/11/2017) Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz merilis sketsa dua wajah orang yang diguga
menjadi pelaku penyiraman air keras yang mengakibatkan rusaknya mata Novel Baswaedan. Sketsa
tersebut diklaim merupakan hasil kerja dari tim Australian Federal Police (AFP) dan Pusat Inafis Mabes
Polri. Diklaim, pelaku mempunyai tinggi badan antara 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut keriting,
dan berbadan ramping. Baca juga: Ini Sketsa Dua Wajah yang Diduga Pelaku Penyiraman Novel
Baswedan 5. 22 Februari 2018 Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan
melambaikan tangan saat menghadiri acara penyambutan dirinya kembali aktif bekerja di pelataran
Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/7/2018). Kegiatan itu sekaligus diselenggarakan untuk memperingati 16
bulan kasus penyerangan Novel Baswedan yang belum menunjukkan titik terang.(ANTARA
FOTO/DHEMAS REVIYANTO) Setelah hampir satu tahun menjalani perawatan di Singapura, pada Kamis
(22/2/2018) sore, Novel Baswedan kembali ke rumahnya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Saat itu, Novel terlihat mengenakan jaket hitam dan peci putih. Kedatangannya disambut para tetangga.
Baca juga: Tiba di Rumah, Novel Baswedan Disambut Tetangga dan Iringan Rebana 6. 1 Maret 2018
Pemberitaan pada 1 Maret 2018, di media sosial, salah satunya Twitter, netizen pun turut mendukung
diusut tuntasnya kasus Novel Baswedan. Hal tersebut terlihat dari munculnya tagar #KamiBersamaNovel,
dilengkapi dengan unggahan foto dengan sebelah mata yang ditutupi tangan oleh para netizen. Baca
juga: Aksi Foto Sebelah Mata untuk Novel Baswedan... 7. 23 Maret 2018 Pada 23 Maret 2018, Novel
Baswedan menjalani operasi kedua. Baca juga: Novel Baswedan Kembali Jalani Operasi Kecil untuk Mata
Kirinya 8. 28 Juni 2018 Pada Kamis (28/6/2018), Novel menjalani operasi kecil pada mata kirinya di
Singapura. Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, Novel mengeluhkan pandangan mata kirinya
berkurang. Setelah dilakukan pemeriksaan diketahui penyebabnya adalah karena tumbuhnya selaput
yang sedikit menutupi lensa buatan yang terpasang pada mata kiri Novel. 9. 27 Juli 2018 Novel Baswedan
kembali bekerja di KPK pada 27 Juli 2018. Novel kembali melaksanakan tugasnya di KPK, setelah hampir
16 bulan dari peristiwa penyiraman air keras yang dilakukan dua orang kepadanya. 10. 21 Desember 2018
Pada Jumat (21/12/2018), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membuat laporan hasil
pemantauan terhadap kasus penyiraman air keras Novel Baswedan. Disebutkan, Novel pernah menyebut
adanya keterlibatan seorang jenderal polisi dalam kasus penyerangannya. Baca juga: Novel Baswedan
Ungkap Ada Jenderal Polisi Terlibat Teror Terhadapnya 11. 8 Januari 2019 Pada 8 Januari 2019, surat
tugas untuk membentuk tim khsuus dalam rangka pengusutan kasus Novel Baswedan dikeluarkan oleh
Polri. Surat bernomor Satgas/3/I/HUK.6.6/2019 tersebut ditandatangani oleh Kapolri Jenderal Pol Tito
Karnavian. Disebutkan, tim terdri dari 65 orang dari berbagai unsur di antaranya praktisi yang menjadi tim
pakar, internal KPK dan kepolisian. Tim bertujuan untuk menindaklanjuti rekomendasi tim komnas HAM.
Surat tugas berlaku selama enam bulan, mulai 8 Januari 2019 hingga 7 Juli 2019. Baca juga: Polri Bentuk
Tim Gabungan untuk Kasus Novel Baswedan Sejumlah Kasus yang Ditangani Novel Baswedan
(KOMPAS)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hampir Dua Tahun Kasus Teror ke Novel Baswedan
Tak Tuntas, Ini Lini Masanya", https://nasional.kompas.com/read/2019/01/14/17350561/hampir-dua-tahun-
kasus-teror-ke-novel-baswedan-tak-tuntas-ini-lini-masanya?page=all.
Penulis : Mela Arnani
Editor : Bayu Galih
Novel Baswedan Selalu Diteror

11 Apr 2017 14:03 Nasional

Selepas subuh, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan
disiram air keras oleh dua orang misterius hari Selasa (11/4) pagi.

Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah pada 22 Juni 1977 itu kini tengah menjalani perawatan di
Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading, Jakarta.

Novel Baswedan sendiri adalah Kepala Satuan Tugas yang menangani beberapa perkara besar
kasus korupsi yang sedang ditangani KPK. Salah satunya adalah kasus korupsi proyek e-KTP
yang merugikan negara sebesar Rp 2,3 trilyun dan menyeret sejumlah nama-nama besar
berpengaruh di negeri ini.
Novel Baswedan i mengawali kiprahnya di Kepolisian RI. Ia adalah lulusan Akademi Kepolisian
pada 1998. Setahun kemudian ia ditugaskan ke Bengkulu hingga 2004. Di Bengkulu, kariernya
menanjak hingga menjabat Kasat Reksrim Polres Bengkul dengan pangkat Komisaris.

Karena kegemilangannya, ia ditarik ke Bareskrim Mabes Polri. Kemudian pada Januari 2007,
Novel mulai bertugas di KPK sebagai salah satu penyidik. Karier Novel Baswedan di KPK
terbilang bersinar. Ia tercatat menangani sejumlah kasus korupsi yang menjerat politisi Partai
Demokrat sebagai partai penguasa kala itu, seperti Muhammad Nazaruddin, Anas Urbaningrum,
hingga Angelina Sondakh. (frd)

Wadah Pegawai (WP) KPK pun membeberkan, teror tersebut bukan yang pertama terhadap
Novel Baswedan.

“Peristiwa ini bukanlah peristiwa pertama kali kepada Novel Baswedan, melainkan peristiwa
berulang yg pernah dilakukan terhadap beliau, mulai dari intimidasi, tabrak lari sampai dengan
peristiwa hari ini, penyiraman air keras.

Sebelum kasus teror air keras, ada sejumlah kejadian yang diduga bagian dari upaya mencelakai
terhadap Novel Baswedan;

Cicak Vs Buaya
Salah satu kasus fenomenal yang pernah ditangani Novel Baswedan adalah ketika ia
membongkar korupsi simulator SIM di institusi Polri yang merupakan korps asal Novel Baswedan
sebelum berada di KPK. Dari kejadian tersebut, Kepolisian kemudian menjerat Novel Baswedan
dalam kasus penembakan tersangka pencurian sarang walet kala masih bertugas di Polres
Bengkulu. Mei 2015 lalu. Berbagai kalangan menilai terdapat kejanggalan dalam kasus ini.
Peristiwa itu mulai meretakkan kembali hubungan KPK dan Polri atau yang sering dikenal
dengan istilah cicak vs buaya jilid II.

Mobilnya Terperosok ke Jurang


Saat bertugas ke Nusa Tenggara Barat, Lima petugas KPK termasuk Novel Baswedan
mengalami insiden kecelakaan, tepatnya pada 15 Okotber 2015 lalu. Mobil minibus yang
ditumpanginya terperosok ke dalam jurang di lokasi perbatasan antara Kabupaten Dompu dan
Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Bagian alis kanan Novel mengalami luka parah akibat
kecelakaan itu dan harus dijahit hingga 16 jahitan.

Ancaman Penembakan
Novel Baswedan pun juga pernah diancam akan ditembak. Peristiwa teror itu juga dialaminya
pada 2015 ketika masih menelusuri sejumlah kasus korupsi kelas besar yang banyak merugikan
negara. Salah satunya adalah kelanjutan kasus e-KTP.
Sepupu dari calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu pun enggan mengungkapkan
oknum yang disebutnya pernah mengancam akan menembaknya tersebut.

Tabrak Lari
Pihak WP KPK juga baru-baru ini membeberkan ke publik kasus tabrak lari yang pernah dialami
Novel Baswedan dan juga dicurigai sebagai bagian teror terhadapnya.

SP 2
Tak hanya terror, ia pun pernah menerima peringatan dari ketua KPK karena menolak secara
tegas rencana KPK mengangkat langsung Kepala Satuan Tugas dari anggota Polri yang belum
pernah bertugas di KPK. Karena sikapnya itu, Novel Baswedan mendapat surat peringatan (SP)
2 dari Ketua KPK Agus Rahardjo pada 21 Maret 2017 lalu. Namun akhirnya, SP 2 dicabut oleh
pimpinan KPK.

Anda mungkin juga menyukai