Anda di halaman 1dari 3

Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ada 2 Lelaki Mata Elang

TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian telah menginterogasi dua orang terduga penguntit Novel
Baswedan yang terekam oleh kamera warga di sekitar rumah Novel di Kelapa Gading, Jakarta
Utara.

Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan kedua orang tersebut ternyata
informan Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk pengusutan kasus pencurian kendaraan bermotor.
“Sudah dicek alibinya, dan saat kejadian mereka ada di luar Jakarta,” kata Tito kepada Tempo.
Sebelumnya, kepolisian memperoleh foto bergambar dua orang tak dikenal yang kerap
berada di dekat rumah Novel sebelum teror siraman air keras menimpa penyidik Komisi
Pemberantasan Korupsi tersebut pada Selasa dua pekan lalu. Foto tersebut diperoleh dari
tetangga Novel yang memotret keberadaan beberapa orang mencurigakan beberapa saat sebelum
kejadian.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Rikwanto mengatakan dua
orang mendatangi Polda Metro Jaya untuk mengklarifikasi bahwa mereka bukan penyerang
Novel. Informasi tersebut dibenarkan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya
Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono.
Argo mengatakan dua orang yang sempat dicurigai tersebut adalah Mukhlis dan Hasan. Tetangga
Novel memotret kedua pria berusia 28 tahun tersebut, masing-masing pada 28 Februari dan 14
Maret lalu. “Fotonya diserahkan ke kami setelah kejadian penyiraman kepada korban,” kata
Argo.
Mukhlis dan Hasan, kata Agro, berprofesi sebagai penagih cicilan kredit kendaraan
bermotor sehingga kerap berkeliaran di suatu area. Profesi tersebut biasa dijuluki mata elang,
yang biasa dibayar oleh perusahaan pembiayaan leasing untuk mencari keberadaan para
penunggak cicilan sepeda motor. “Selain sebagai mata elang, kami menggunakan mereka
sebagai informan tentang pencurian kendaraan bermotor,” kata Argo.
Menurut Agro, ketika dua orang tak dikenal menyiram wajah Novel dengan air keras pada Selasa
subuh, 11 April lalu, Mukhlis sedang berada di Tambun, Bekasi. Sedangkan Hasan berada di
Malang, Jawa Timur, yang dibuktikan dengan tiket perjalanan kereta.

Dengan begitu, hingga 13 hari selepas teror terhadap Novel terjadi, polisi belum berhasil
menemukan pelaku. Polisi juga tak mendapati sidik jari di alat bukti berupa cangkir penampung
air keras yang dibuang pelaku di lokasi kejadian. Meski demikian, Argo memastikan tim khusus
yang terdiri atas 30 polisi untuk pengusutan kasus ini tetap bekerja mengandalkan keterangan
saksi dan olah tempat kejadian. “Kami terus menangani penyerangan ini,” katanya.
Kelompok masyarakat sipil mempertanyakan tak adanya kemajuan dalam pengusutan
kasus ini. Para pegiat antikorupsi yang tergabung dalam Perempuan Antikorupsi bahkan
meragukan kasus ini selesai di tangan kepolisian. Karena itu, mereka mendesak agar pemerintah
membentuk tim pencari fakta untuk menuntaskan pengusutan teror Novel secara independen.
Tak hanya mencari pelaku, tapi juga dalang penyerangan. Mereka menilai serangan terhadap
penyidik KPK tersebut bukan kriminal biasa. “Kasus Novel akan menjadi preseden apabila
pemerintah tidak serius mengusutnya,” kata Betti Alisjahbana, yang juga mantan panitia seleksi
pimpinan KPK.
Juru bicara kepresidenan, Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan hingga kini belum ada
perintah Jokowi untuk membentuk tim pencari fakta teror Novel. “Presiden sudah mengatakan
agar serahkan ke Kapolri,” kata Johan.

Sumber : https://www.tempo.co/read/fokus/2017/04/25/3484/novel-baswedan-disiram-air-keras-
ada-2-lelaki-mata-elang
Lembar kerja siswa

Nama kelompok :

1.

2.

3.

4.

5.

Pokok berita tentang kasus pelanggaran ham :

Upaya mengatasi kasus pelanggaran ham dalam berita tersebut :

1.

2.

3.

4.

5.

Peran peserta didik dalam upaya mendukung penegakkan ham di Indonesia

1.

2.

3.

4.

5.

Anda mungkin juga menyukai