Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dicky ramadhan

Kelas : 2A
Nim : 2108180046
Mata kuliah : Menulis editorial dan opini
Dosen : Taufik Hidayat,M.pd.
Opini
Tumpulnya hukum di indonesia, polisi makan polisi
74 tahun negara indonesia merdeka, itu pun hasil pertaruhan ratusan juta rakyat indonesia
untuk memenangkan kedaulatan bangsa ini, sudah 3 generasi kepemimpinan silih berganti
dengan salah satunya dibayar dengan pertumpahan darah. Ir.soekarno dengan orde lama nya
di ganti dengan soeharto dengan orde baru nya, dengan dalih keamanan negara. Sebelumnya
tidak ada dicerita bangsa manapun peralihan kekuasaan memakan banyak korban, ini hanya
terjadi di negara indonesia, enam jenderal satu perwira tewas dimakan hausnya kekuasaan,
terjadi dini hari pada tanggal 04 oktober tahun 1965.
Sejak zaman dulu kasus hukum di indonesia banyak yang molor dan tidak tuntas, atau bahkan
putusan yang masih keliru.
Salah satunya kasus penyidik senior KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) novel baswedan,
kasusnya molor hingga kurang lebih Tiga Tahun Enam Bulan, berakhir dengan menuai
kritikan, putusan hakim dan dakwaan JPU  (Jaksa Penuntut Umum) dianggap memihak
kepada terdakwa.
Saat proses sidang, kedua tersangka menyampaikan bahwa alasan mereka melakukan
kejahatan tersebuat karena tidak suka dengan Novel Baswedan, dalam pandangan mereka
Novel Baswedan adalah penghianat. Jika dihubungkan novel baswedan sebagai anggota polri
ia berkhianat kepada polri. Mungkin keterlibatan novel baswedan dalam penyelidikan dugaan
kasus korupsi yang menjerat Djoko Susilo, dan juga Budi Gunawan, yang keduanya
merupakan elite Polri.
Manipulasi yang dilakukan pada kasus novel baswedan dilakukan dengan sangat cantik
dengan tidak diusut tuntas, sepertinya jika kasus ini dikupas dengan benar akan ada pihak
yang salah merasa dirugikan, akibat jabatan yang pelaku sebenarnya miliki dan menyeret
lembaga pemerintah terkait, aneh rasanya aparat polisi sulit sekali menguak kasus yang
biasanya sangat mudah di bongkar oleh aparat, namun kasus ini sangat sulit diungkap bahkan
presiden langsung turun tangan memerintahkan kepada kapolri agar kasus ini cepat selesai,
hingga peralihan kekuasaan kapolri kasus ini baru bisa terbongkar dengan dalih tersangka
mendapat hukuman yang setimpal. tapi kenyataannya hukum masih tetap tumpul pada kaum
elite seperti novel baswedan yang sudah sangat berjasa terhadap bangsa ini, tugas yang di
lakukan novel baswedan sangat mulia memberantas keserakahan pemimpin di negara ini.
Ini menimbulkan banyak pertanyaan, ada yang janggal dengan penegakan kasus hukum di
negara ini, hukum ini menumbalkan wibawanya demi kepentingan elite politik, sangat miris
di negara kita ini hukum bisa di perjual belikan dengan murah, menurut saya tersangka yang
tertangkap saat ini bukan pelaku sebenarnya, melainkan masih ada dalang di belakangnya
hanya saja karena pelaku asli merupakan elite politik jadi seperti dilindungi oleh hukum di
negara kita. Dengan demikian nama baik lembaga polri terselamatkan.
Sebenarnya dalang dibalik hukum yang sewenang–wenang mengendalikan hukum dari balik
layar adalah:
Pertama, politisi, pejabat pemerintahan, atau pengusaha yang memiliki pengaruh atau
kekuasaan politik dalam menentukan nasib seseorang atau sekelompok orang yang
memainkan peran sebagai pimpinan atau anggota lembaga penegak hukum yang ada di
Indonesia.
Kedua, politisi, pejabat pemerintahan, atau pengusahan yang mampu berikan uang dengan
jumlah uang yang banyak, untuk mempengaruhi dakwaan Jaksa dan putusan hukum Hakim
yang menangani kasus yang dimaksud.
Begitu juga dengan Novel Baswedan sudah memiliki alibi, Ia menilai banyak kejanggalan
dalam persidangan kasus penyiraman air keras terhadap dirinya itu.
Menurut Novel, salah satu kejanggalan yang terlihat yakni adanya upaya penggiringan opini
bahwa air yang digunakan pelaku untuk menyiram bukan air keras.
Demikian yang dikatakan Novel dalam diskusi online bertajuk "Menakar Tuntutan Jaksa
dalam Kasus Novel Baswedan" Senin (15/6/2020).
"Menurut saya kejanggalan yang paling nyata adalah ketika di persidangan jaksa dan hakim
atau sebagian hakim setidak-tidaknya,
sudah punya pandangan bahwa seolah-olah digiring opini air itu adalah air aki, bukan air
keras," kata Novel.
Ia mengatakan, upaya penggiringan opini itu juga terlihat dari adanya klaim bahwa tidak ada
bekas noda air keras pada baju yang Novel gunakan saat penyiraman itu. 
Padahal, noda air keras pada baju yang digunakan tersebut sudah tergunting dan bekas
guntingannya tidak bisa ditemukan.
"Ditambah lagi dengan fakta yang menunjukkan beton yang kena air keras itu ada bekas
warna atau melepuh itu di dokumentasi dari tim dari laboratorium forensik yang melakukan
olah TKP,
tapi itu tidak digunakan sebagai alat bukti," ujar dia.
Novel Baswedan mengaku sudah memberikan berbagai bukti pada hakim terkait dugaan
penyiaraman menggunakan air keras.
"Fakta-fakta yang kami sampaikan, bukti-bukti yang kami sampaikan seolah-olah tidak
dianggap, tidak dipertimbangkan," ucap dia.
Novel Baswedan.
Kejanggalan lainnya, menurut Novel, yakni tidak diperiksannya saksi kunci pada kasus
penyiraman air keras terhadap dirinya oleh aparat penegak hukum.
Menurut Novel, hanya sebagian saksi saat kejadian dan setelah kejadian yang diperiksa.
"Saksi-saksi kunci yang mengetahui peristiwa dan sebelum kejadian tidak diperiksa.
Hanya sebagian saja saksi saat kejadian dan setelah kejadian yang diperiksa," kata dia.
Novel menuturkan, sebelum kejadian, ia sudah diamati oleh pihak tak dikenal atau oknum.
Sebelum kejadian, ada saksi yang melihat pelaku di lokasi penyiraman.
Oleh karena itu, ia menilai pemeriksaan saksi kunci sebelum peristiwa dan saat penyiraman
air keras terjadi penting dilakukan agar fakta mengenai pelaku yang sebenarnya dan motif
penyerangan bisa terungkap.
"Hal ini akan terkonfirmasi ketika saksi-saksi yang mengetahui melihat dengan jelas," ujar
dia. 
Novel pun merasa heran mengapa penyidik tidak memeriksa saksi-saksi kunci tersebut.
Padahal, ia mengaku sudah mengingatkan penyidik bahwa ada saksi-saksi yang belum
diperiksa.
"Bahkan beberapa saksi ada yang memotret pelakunya.
Ketika ini diabaikan, ini sesuatu hal yang sangat vulgar dan saya kira itu konyol sekali,
keterlaluan sekali," ucap Novel.
Ia juga menilai, ada tindak manipulasi manipulasi dalam proses penanganan kasus
penyiraman air keras pada dirinya.
Selain upaya penggiringan opini bahwa air yang digunakan untuk menyiram Novel adalah air
aki, tetapi lanjut Novel, ada juga upaya penggiringan opini yang menunjukkan pelaku
penyiraman hanya dua orang dengan motif pribadi.
Novel menilai, upaya manipulatif ini sangat berbahaya bagi masa depan hukum di Indonesia.
Kejadian manipulatif tersebut menjadi bukti wajah hukum buruk.
"Apabila saya sebagai seorang aparat penegak hukum saja, sebagai hal yang kasusnya sudah
terpublikasi dengan masif berani diperlakukan dengan cara-cara begitu,
atas lain kepada masyarakat umum, masyarakat awam lainnya dan ini tentu bukan dalam
rangka mengecilkan tapi ini bentuk kekhawatiran yang serius," ujar Novel.
"Maka saya katakan, bahwa ini bentuk carut marut dan wajah hukum yang luar biasa buruk
sekali," kata dia.
Dari dulu sebenarnya tidak ada solusi yang jitu mengenai tumpulnya hukum di negara kita
ini, tapi setidaknya dengan menggiring opini bahwa ada kejanggalan pada kasus ini membuat
pemerintah sadar, juaga harapan masyarakat mengenai hukum di indonesia diharapkan
menjadi adil dan beradab, sesuai dengan UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai