Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DEAN RIZKY SAPUTRA

NPM : 197510151

KELAS : KRIMINOLOGI 5 A

DOSEN PENGAMPU : Dr. Kasmanto Rinaldi, SH., M.Si

1. Carilah contoh kasus yang terjadi di masyarakat yang membuat masyarakat


tidak puas dengan keadilan yang ditegakan. Kasus yang diambil harus
bersumber dari media. Jelaskan kasusnya, dan berikan analisis terhadap kasus
tersebut.

Kasus penyiraman air keras kepada Novel Baswedan yaitu seorang penyidik senior di kpk
dilansir dari laman https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/30/14541511/novel-
baswedan-ceritakan-kronologi-penyiraman-air-terhadap-dirinya-di?page=all, Dalam
kesaksiannya, Novel menceritakan kronologi penyiraman air keras yang mengakibatkan
gangguan pengelihatan pada kedua matanya. Novel menyebutkan, peristiwa itu terjadi pada
11 April 2017, sekitar pukul 05.10 WIB di sekitar kediamannya di Jalan Deposito,
Pegangsaan Dua Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kasus itu langsung menjadi headline di
berbagai media massa maupun media online karena penyerangan itu terjadi pada saat Novel
Baswedan sedang menangani kasus besar. Presiden Jokowi pun langsung turun tangan
memerintahkan Kapolri saat itu yaitu Tito Karnavian untuk langsung menangani kasus
tersebut maka di bentuklah tim khusus yang beranggotakan tim polres Jakarta Utara, Polda
Metro Jaya, serta dari Polri.

Empat bulan berselang, yakni pada 24 November 2017, Kapolda Metro Jaya saat itu, Idham
Azis menunjukkan dua sketsa baru wajah terduga pelaku. Sketsa itu didapat dari keterangan
dua orang saksi. Meski dua sketsa wajah terduga pelaku disampaikan di hadapan publik,
namun pengungkapan kasus Novel tak kunjung terang. Polisi mendapat ciri-ciri wajah pelaku
dari kesaksian warga yang melihat. Warga sekitar melihat sosok orang mencurigakan sesaat
sebelum peristiwa terjadi. "Dalam perjalanan penyelidikan ini, lebih kurang 66 saksi
diperiksa, kemudian dari beberapa saksi yang sejak 2-3 bulan ini lalu mengerucut pada dua
orang yang diduga sebagai pelaku penyiraman terhadap korban," kata Kapolda Metro Jaya
saat itu, Irjen Idham Azis, 24 November 2017.

Namun penyelidikan tersebut tidak membuahkan hasil yang signifikan bahkan Novel
Baswedan malah sempat dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh politikus PDIP Dewi tanjung
dengan alasan merekayasa kasus, namun novel bersikap biasa saja dan menyangkan hal
tersebut. Novel juga mengungkapkan bahwa kasus nya ini kemungkinan melibatkan petinggi
Polri bahkan ada yang berpangkat jendral berbintang.

Dua tahun kasus ini tak kunjung terungkap. Akhirnya pada 8 Januari 2019, Tito Karnavian
yang menjabat sebagai Kapolri membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). Tugasnya, menyelidiki
kasus penyiraman air keras hingga mencari siapa pelakunya.

Saat itu, TPF diketuai Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis dan Tito menjadi
penanggung jawabnya. Beberapa anggotanya terdiri dari unsur KPK yaitu Budi Agung
Nugroro, Harun, Novrizal, Herda K, dan Tessa Mahardika. Kemudian dari pegiat HAM dan
mantan wakil pimpinan KPK dan guru besar hukum pidana Universitas Indonesia, Indriyanto
Seno Adji, Peneliti LIPI Hermawan Sulistyo, serta Ketua Ikatan Sarjana Hukum Indonesia
Amzulian Rifai.

Setelah TPF dibentuk, Presiden Jokowi kemudian memberikan tenggat waktu selama 3 bulan
atau sampai Oktober 2019 untuk menyelesaikan kasus ini.

Kemudian Kabareskrim Polri telah menangkap dua pelaku penyerangan menggunakan air
keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Dua pelaku merupakan anggota Polri aktif.
Pelaku tersebut bernama Ronny Bugis (RB) dan Rahmat Kadir Mahulette (RK) masing
masing dijatuhi hukuman 1,5 dan 2 tahun penjara.

Menurut saya di dalam kasus ini banyak sekali terdapat terjadi kejanggalan yang terjadi mulai
dari penyelidikan yang terkesan sangat lambat hingga pelaporan balik yang di alami korban
dan hukuman yang diterima tersangka pun sangat tidak adil karena sang korban menderita
cacat permanen pada kedua bola matanya. Seperti banyak pihak yang terkesan bekerja sama
agar kasus ini tidak terungkap sepenuhnya karena pada saat itu juga Novel Baswedan sedang
menangani sebuah kasus besar yang di duga terkait dengan petinggi petinggi Polri.

Hal ini tentu membuat masyarakat sangat tidak puas dengan hasil persidangan dan juga
menurunkan rasa kepercayaan masyarakat pada institusi penegak hukum tersebut. Kasus
tersebut seharusnya dibuka kembali dan diselidiki ulang oleh pihak yang benar benar
independen dan di berikan wewenang langsung oleh presiden agar baik itu penyelidikan dan
penyidikan dapat berjalan secara maksimal sehingga tidak ada yang di tutupi dan dapat
membongkar semua yang berkaitan dengan kasus ini maupun kasus yang lebih besar. Apabila
hal tersebut dapat dilakukan maka kepercayaan masyarakat kepada Polri maupun pemerintah
dapat membaik, namun presiden pun terkesan apatis terhadap kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai