Penyelesaian sebuah perkara tindak pidana merupakan sebuah prestasi bagi polisi. Namun, tak
semua kasus bisa cepat terungkap. Di Polda Metro Jaya ada beberapa kasus yang menjadi sorotan
publik. Namun, belum ada penyelesaiannya alias mangkrak hingga penghujung tahun 2017. Padahal
publik menanti langkah polisi menyelesaikan kasus-kasus tersebut.Penyidik senior Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diserang orang tidak dikenal seusai menunaikan
shalat subuh berjemaah di masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, 11 April
2017.Wajah Novel disiram air keras hingga kedua bola matanya harus mendapatkan perawatan
intensif di rumah sakit di Singapura.Kasus itu sudah bergulir selama delapan bulan, tetapi hingga kini
polisi belum juga menangkap pelakunya.Perkembangan terakhir, polisi telah merilis tiga sketsa wajah
orang yang dicurigai sebagai pelaku penyiraman terhadap Novel. Polda Metro Jaya juga membuka
nomor hotline untuk menerima aduan warga, jika mengetahui ciri-ciri orang dalam sketsa tersebut.
Sejak pertama kali dirilis, polisi mengklaim sudah menerima 500 lebih laporan warga. Namun, tak
satu pun informasi signifikan yang diberikan.Menurut polisi, kasus itu sulit terungkap lantaran tidak
ada saksi mata yang melihat langsung wajah penyerang Novel."Kami mencari saksi yang melihat ada
tidak. Sampai sekarang kami belum menemukan. (kamera) CCTV sudah kirim ke Australia, hasilnya
tidak bisa dilihat karena pecah," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono. Untuk
mengungkap kasus ini, polisi sudah memeriksa puluhan saksi. Polisi juga sempat mengamankan lima
orang yang diduga pelaku, tetapi kemudian dibebaskan lagi karena tidak cukup bukti.Selain itu,
penyidik Polda Metro Jaya mengamankan 50 rekaman kamera CCTV dan memeriksa sekitar 100 toko
kimia.
Serangan tersebut diduga lantaran terkait pengungkapan sejumlah kasus korupsi yang sedang
ditanganinya. “Begitu banyak korupsi untuk dilawan,” kata Novel kepada Time, yang dilansir
Kompas.com, pada 15 Juni 2017.
Pelaku penyiraman Novel yang ditangkap merupakan dua orang anggota Polri. Mereka adalah
Rahmat Kadir Mahulette dan Rony Bugis.
Novel disiram air keras pada 11 April 2017 lalu setelah menunaikan shalat subuh di Masjid Al Ihsan,
tak jauh dari rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Perbuatan itu dilakukan karena terdakwa menganggap Novel telah mengkhianati institusi Polri.
Pada subuh 11 April 2017, Novel disiram dengan air keras oleh orang tak dikenal di dekat
kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Peristiwa itu mengakibatkan mata kiri Novel tidak berfungsi hingga cacat permanen.
2. Kasus kematian Akseyna
BEM atau Badan Eksekutif Mahasiswa UI pada Jumat (31/3/2023) menggelar aksi simbolik
mengenang delapan tahun kematian Akseyna di Danau Kenanga UI. Mereka berorasi sore
hari di lokasi penemuan jasad Akseyna.Sejumlah mahasiswa mengenakan pakaian berwarna
hitam. Beberapa membawa poster foto Akseyna sebagai simbol uji
mengenang sewindu meninggalnya Akseyna. Spanduk bertulisan 'Sewindu Dibuat Semu #8
Tahun Akseyna'. Orator menyampaikan kekecewaan karena kasus Akseyna, yang ditemukan
tewas tenggelam dengan tas berisi batu di Danau UI, tak kunjung terungkap. Sejumlah
mahasiswa membawa poster foto Akseyna dengan tulisan 'Menolak Lupa 26 Maret 2015
Tuntut Keadilan Untuk Akseyna'. Ketua BEM FIA UI Verrel menilai ada pembiaran terkait
tewasnya Akseyna. "Selama 8 tahun ini di tim keluarga dan mahasiswa tidak berhenti
memperjuangkan keadilan tapi fakta yang di lapangan pihak kepolisian dan UI diam seribu
bahasa seperti ada yang ditutup-tutupi padahal sejak awal sudah jelas ini kasus
pembunuhan," kata Verrel di UI. Verrel mendesak polisi dan UI mengusut tuntas kematian
Akseyna. Dia mengatakan tewasnya Akseyna menjadi duka berkepanjangan."Jadi tuntutan
kami bagaimana polisi dan UI mengusut tuntas siapa pelakunya. Karena ini duka
berkepanjangan," jelasnya. Dirangkum detikcom, Minggu (2/4/2023), peristiwa tewasnya
Akseyna awalnya terungkap pada Kamis, 26 Maret 2015, saat aparat Polsek Beji dan Polresta
Depok mengangkat sesosok mayat pria di danau yang terletak di sisi utara Balairung
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, di tengah guyuran hujan deras. Tak ada identitas di
tubuhnya. Mayat pertama kali ditemukan seorang mahasiswa pada pukul 09.00 WIB. Setelah
dilaporkan, polisi pun mengevakuasinya. Korban mengenakan sepatu kets warna hitam,
celana jeans kelabu, dan kaus putih. Korban diduga sudah beberapa hari tewas. Ada batako
yang terikat di tubuh korban. Kemungkinan besar, ia diduga sengaja ditenggelamkan. Ada
bekas kekerasan benda tumpul di kening korban. Penemuan mayat mengundang perhatian
sivitas akademika UI. Tampak puluhan mahasiswa dan karyawan menyaksikan olah TKP. Teka-
teki mayat pria yang ditemukan mengapung di Danau UI itu pun terungkap. Mayat itu
ternyata seorang mahasiswa UI dari Jurusan Biologi Fakultas MIPA bernama Akseyna.
Keterangan ini dimintai konfirmasi pihak UI. "Almarhum Akseyna Ahad Dori ditemukan wafat
dan jenazahnya mengapung di Danau Kenanga UI pada Kamis (26/3) pukul 09.55 WIB," kata
Kepala Kantor Humas dan KIP UI saat itu, Rifelly Dewi Astuti, dalam keterangannya. Menurut
Rifelly, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kasus tewasnya Akseyna kepada pihak kepolisian.
Termasuk mencari tahu soal dugaan pembunuhan dalam kasus ini.
1. What (apa penyebab terjadinya kasus tersebut).
Menurut Musyafak, Akseyna meninggal karena lemas pada paru-paru lantaran tidak ada
udara dan menghirup air. "Itu penyebab kematiannya, tapi apakah tenggelam sendiri atau
ditenggelamkan, ini yang masih diselidiki dan ranahnya penyidik," ujar Musyafak.
2. Who (Siapa pelaku yang terlibat).
Polisi menangkap empat pelaku yang diduga merampok dan menghabisi nyawa wartawan
ini.Tiga tersangka pembunuh yang telah ditangkap yakni Syarifudin, 20 tahun, Hafif (22), dan
M. Pujono (22). Mereka dibekuk di rumah masing-masing di kawasan Bojonggede, Depok.
Otak pembunuh Nurbaety, yakni Deni, 25, ditangkap di Bandung.
3. When (kapan peristiwa itu terjadi).
Akseyna ditemukan tewas di Danau Kenanga UI, Depok, Jawa Barat 26 Maret 2015
4. Why (mengapa).
Kompolnas Edi Saputra Hasibuan menyebutkan ada dua alasan kenapa kasus tewasnya
Akseyna Ahad Dori (18) sulit terungkap. Yaitu karena minimnya saksi dan minimnya alat
bukti.
5. Where (Dimana kejadian nya).
Akseyna ditemukan tewas di Danau Kenanga UI, Depok, Jawa Barat 26 Maret 2015
6. How (Bagaimana dampak akibat adanya kasus tersebut).
Karena kasus tersebut masih menjadi misteri hingga sekarang, dan polri yang mangkrak
dengan kasus tersebut, polri di nilai buruk.
4.Aliran Uang Korupsi Pengadaan Pesawat Garuda yang Rugikan Negara Rp 9,37 T
"Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi, yaitu
memperkaya diri Terdakwa Emirsyah Satar atau memperkaya orang lain yakni Agus Wahjudo
Hadinoto Soedigno, Soetikno Soedarjo atau memperkaya korporasi yaitu Bombardier, ATR,
EDC/Alberta sas dan Nordic Aviation Capital Pte, Ltd (NAC), yang merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, yaitu merugikan keuangan negara Cq PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk, seluruhnya sebesar USD 609.814.504," kata jaksa saat membacakan dakwaan
di PN Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (18/9/2023). Jaksa
mengatakan perbuatan Emirsyah Satar terkait pengadaan pesawat PT Garuda dilakukan
secara bersama-sama. Di antaranya bersama Setijo Awibowo selaku Vice President Strategic
Management Office PT Garuda Indonesia periode 2011-2012; selaku Anggota Tim Perseroan
dalam pengadaan armada pesawat Sub-100 seater PT Garuda Indonesia tahun 2011 dan
selaku anggota Tim Pengadaan Pesawat Turboprop tahun 2012 pada PT Citilink Indonesia;
bersama Agus Wahjudo selaku Executive Projest Manager Aircraft Delivery PT GA sejak tahun
2009-2014) dan selaku Anggota Tim Perseroan dalam pengadaan armada pesawat sub-1 00
seater pada PT Garuda Indonesia , tahun 2011 serta selaku Anggota Tim Pengadaan Pesawat
Turboprop pada PT. Citilink Indonesia tahun 2012. Kemudian, bersama Albert Burhan selaku
Vice President Treasury Management PT Garuda Indonesia Tahun 2005- Juli 2012, Direktur
Keuangan Citilink Agustus Tahun 2012-Tahun 2015, Direktur Utama Citilink, tahun 2015-
2016, Vice President Coorporate Planning PT GA Tahun 2017-2018; bersama Hadinoto
Soedigno selaku Direktur Teknik & Pengelolaan Armada PT Garuda Indonesia sejak tahun
2007-2012; bersama Soetikno Soedarjo selaku pemilik PT Mugi Rekso Abadi (PT MRA), PT
Ardyaparamita Ayuprakarsa (PT AA) dan Hollingworth Management lnternasional (MRI) dan
ebagai pihak intermediary (commercial advisor) yang mewakili kepentingan Avions de
Transport Regional (ATR) dan Bombardier. "Perbuatan Terdakwa Emirsyah Satar bersama-
sama dengan Setijo Awibowo, Agus Wahjudo, Albert Burhan, Hadinoto Soedigno dan
Soetikno Soedarjo dalam Pengadaan Pesawat CRJ-1 000 dan Pengadaan Pesawat ATR-600
pada PT GA yang dilaksanakan secara melawan hukum, telah memperkaya pihak-pihak,"
ujarnya.
1. What (apa penyebab terjadinya kasus tersebut).
Kejaksaan Agung menyebut skandal korupsi pengadaan pesawat PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk berawal dari bocoran rencana proyek tersebut yang dilakukan mantan Direktur
Utama Emirsyah Satar.
2. Who (Siapa pelaku yang terlibat).
"Terdakwa Albert Burhan, Setijo Awibowo, dan Agus Wahjudo terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama," tulis amar
putusan dalam persidangan yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
3. When (kapan peristiwa itu terjadi).
Kasus tersebut sudah terjadi dari tahun 2011-2021.
4. Why (mengapa kasus tersebut terjadi).
Karena tersangka ingin memperkaya diri nya dan orang lain yang bersangkut paut dengan
kasus tersebut.
5. Where (Dimana kejadian nya).
-
6.How (Bagaimana dampak akibat adanya kasus tersebut).
"Akibat proses pengadaan pesawat CRJ-1000 dan pengambilalihan pesawat ATR72-600 yang
dilakukan tidak sesuai dengan PPA, prinsip-prinsip pengadaan BUMN dan prinsip business
judgment rule, mengakibatkan performance pesawat selalu mengalami kerugian saat
dioperasikan, sehingga menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar USD 609.814.504,00
(enam ratus sembilan juta delapan ratus empat belas ribu lima ratus empat dollar Amerika)
atau nilai ekuivalen Rp. 8.819.747.171.352,00 (delapan triliun delapan ratus sembilan belas
miliar tujuh ratus empat puluh tujuh juta seratus tujuh puluh satu ribu tiga ratus lima puluh
dua rupiah)," ujar Ketut.