Anda di halaman 1dari 7

1.

Kasus penyiraman Novel Baswedan

Penyelesaian sebuah perkara tindak pidana merupakan sebuah prestasi bagi polisi. Namun, tak
semua kasus bisa cepat terungkap. Di Polda Metro Jaya ada beberapa kasus yang menjadi sorotan
publik. Namun, belum ada penyelesaiannya alias mangkrak hingga penghujung tahun 2017. Padahal
publik menanti langkah polisi menyelesaikan kasus-kasus tersebut.Penyidik senior Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diserang orang tidak dikenal seusai menunaikan
shalat subuh berjemaah di masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, 11 April
2017.Wajah Novel disiram air keras hingga kedua bola matanya harus mendapatkan perawatan
intensif di rumah sakit di Singapura.Kasus itu sudah bergulir selama delapan bulan, tetapi hingga kini
polisi belum juga menangkap pelakunya.Perkembangan terakhir, polisi telah merilis tiga sketsa wajah
orang yang dicurigai sebagai pelaku penyiraman terhadap Novel. Polda Metro Jaya juga membuka
nomor hotline untuk menerima aduan warga, jika mengetahui ciri-ciri orang dalam sketsa tersebut.
Sejak pertama kali dirilis, polisi mengklaim sudah menerima 500 lebih laporan warga. Namun, tak
satu pun informasi signifikan yang diberikan.Menurut polisi, kasus itu sulit terungkap lantaran tidak
ada saksi mata yang melihat langsung wajah penyerang Novel."Kami mencari saksi yang melihat ada
tidak. Sampai sekarang kami belum menemukan. (kamera) CCTV sudah kirim ke Australia, hasilnya
tidak bisa dilihat karena pecah," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono. Untuk
mengungkap kasus ini, polisi sudah memeriksa puluhan saksi. Polisi juga sempat mengamankan lima
orang yang diduga pelaku, tetapi kemudian dibebaskan lagi karena tidak cukup bukti.Selain itu,
penyidik Polda Metro Jaya mengamankan 50 rekaman kamera CCTV dan memeriksa sekitar 100 toko
kimia.

1. What (apa penyebab terjadinya kasus tersebut).

Serangan tersebut diduga lantaran terkait pengungkapan sejumlah kasus korupsi yang sedang
ditanganinya. “Begitu banyak korupsi untuk dilawan,” kata Novel kepada Time, yang dilansir
Kompas.com, pada 15 Juni 2017.

2. Who (Siapa pelaku yang terlibat).

Pelaku penyiraman Novel yang ditangkap merupakan dua orang anggota Polri. Mereka adalah
Rahmat Kadir Mahulette dan Rony Bugis.

3. When (kapan peristiwa itu terjadi).

Novel disiram air keras pada 11 April 2017 lalu setelah menunaikan shalat subuh di Masjid Al Ihsan,
tak jauh dari rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

4. Why (mengapa kasus tersebut terjadi).

Perbuatan itu dilakukan karena terdakwa menganggap Novel telah mengkhianati institusi Polri.

5. Where (Dimana kejadian nya).

Pada subuh 11 April 2017, Novel disiram dengan air keras oleh orang tak dikenal di dekat
kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

6. How (Bagaimana dampak akibat adanya kasus tersebut).

Peristiwa itu mengakibatkan mata kiri Novel tidak berfungsi hingga cacat permanen.
2. Kasus kematian Akseyna
BEM atau Badan Eksekutif Mahasiswa UI pada Jumat (31/3/2023) menggelar aksi simbolik
mengenang delapan tahun kematian Akseyna di Danau Kenanga UI. Mereka berorasi sore
hari di lokasi penemuan jasad Akseyna.Sejumlah mahasiswa mengenakan pakaian berwarna
hitam. Beberapa membawa poster foto Akseyna sebagai simbol uji
mengenang sewindu meninggalnya Akseyna. Spanduk bertulisan 'Sewindu Dibuat Semu #8
Tahun Akseyna'. Orator menyampaikan kekecewaan karena kasus Akseyna, yang ditemukan
tewas tenggelam dengan tas berisi batu di Danau UI, tak kunjung terungkap. Sejumlah
mahasiswa membawa poster foto Akseyna dengan tulisan 'Menolak Lupa 26 Maret 2015
Tuntut Keadilan Untuk Akseyna'. Ketua BEM FIA UI Verrel menilai ada pembiaran terkait
tewasnya Akseyna. "Selama 8 tahun ini di tim keluarga dan mahasiswa tidak berhenti
memperjuangkan keadilan tapi fakta yang di lapangan pihak kepolisian dan UI diam seribu
bahasa seperti ada yang ditutup-tutupi padahal sejak awal sudah jelas ini kasus
pembunuhan," kata Verrel di UI. Verrel mendesak polisi dan UI mengusut tuntas kematian
Akseyna. Dia mengatakan tewasnya Akseyna menjadi duka berkepanjangan."Jadi tuntutan
kami bagaimana polisi dan UI mengusut tuntas siapa pelakunya. Karena ini duka
berkepanjangan," jelasnya. Dirangkum detikcom, Minggu (2/4/2023), peristiwa tewasnya
Akseyna awalnya terungkap pada Kamis, 26 Maret 2015, saat aparat Polsek Beji dan Polresta
Depok mengangkat sesosok mayat pria di danau yang terletak di sisi utara Balairung
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, di tengah guyuran hujan deras. Tak ada identitas di
tubuhnya. Mayat pertama kali ditemukan seorang mahasiswa pada pukul 09.00 WIB. Setelah
dilaporkan, polisi pun mengevakuasinya. Korban mengenakan sepatu kets warna hitam,
celana jeans kelabu, dan kaus putih. Korban diduga sudah beberapa hari tewas. Ada batako
yang terikat di tubuh korban. Kemungkinan besar, ia diduga sengaja ditenggelamkan. Ada
bekas kekerasan benda tumpul di kening korban. Penemuan mayat mengundang perhatian
sivitas akademika UI. Tampak puluhan mahasiswa dan karyawan menyaksikan olah TKP. Teka-
teki mayat pria yang ditemukan mengapung di Danau UI itu pun terungkap. Mayat itu
ternyata seorang mahasiswa UI dari Jurusan Biologi Fakultas MIPA bernama Akseyna.
Keterangan ini dimintai konfirmasi pihak UI. "Almarhum Akseyna Ahad Dori ditemukan wafat
dan jenazahnya mengapung di Danau Kenanga UI pada Kamis (26/3) pukul 09.55 WIB," kata
Kepala Kantor Humas dan KIP UI saat itu, Rifelly Dewi Astuti, dalam keterangannya. Menurut
Rifelly, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kasus tewasnya Akseyna kepada pihak kepolisian.
Termasuk mencari tahu soal dugaan pembunuhan dalam kasus ini.
1. What (apa penyebab terjadinya kasus tersebut).
Menurut Musyafak, Akseyna meninggal karena lemas pada paru-paru lantaran tidak ada
udara dan menghirup air. "Itu penyebab kematiannya, tapi apakah tenggelam sendiri atau
ditenggelamkan, ini yang masih diselidiki dan ranahnya penyidik," ujar Musyafak.
2. Who (Siapa pelaku yang terlibat).
Polisi menangkap empat pelaku yang diduga merampok dan menghabisi nyawa wartawan
ini.Tiga tersangka pembunuh yang telah ditangkap yakni Syarifudin, 20 tahun, Hafif (22), dan
M. Pujono (22). Mereka dibekuk di rumah masing-masing di kawasan Bojonggede, Depok.
Otak pembunuh Nurbaety, yakni Deni, 25, ditangkap di Bandung.
3. When (kapan peristiwa itu terjadi).
Akseyna ditemukan tewas di Danau Kenanga UI, Depok, Jawa Barat 26 Maret 2015
4. Why (mengapa).
Kompolnas Edi Saputra Hasibuan menyebutkan ada dua alasan kenapa kasus tewasnya
Akseyna Ahad Dori (18) sulit terungkap. Yaitu karena minimnya saksi dan minimnya alat
bukti.
5. Where (Dimana kejadian nya).
Akseyna ditemukan tewas di Danau Kenanga UI, Depok, Jawa Barat 26 Maret 2015
6. How (Bagaimana dampak akibat adanya kasus tersebut).
Karena kasus tersebut masih menjadi misteri hingga sekarang, dan polri yang mangkrak
dengan kasus tersebut, polri di nilai buruk.

3. Kasus korupsi LNG Pertamina


Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Karyoto menyatakan pihaknya bakal membongkar
secara utuh kasus tersebut demi memulihkan kerugian negara. Karyoto mengatakan dengan
fokus area di bidang sumber daya alam (SDA) tersebut, diharapkan dapat memulihkan
kerugian negara yang sangat besar akibat tindak pidana korupsi."Yang sudah kita coba untuk
ditangani adalah contoh di LNG ya, ini sementara sedang berproses," ujarnya. Jenderal polisi
bintang dua ini menyatakan KPK akan berupaya untuk menangani kasus korupsi dengan
kerugian keuangan negara atau perekonomian negara yang besar. Termasuk di dalamnya
terkait dengan pertambangan."Pertama ada beberapa yang kaitannya dengan
pertambangan. Ada yang berhasil ada yang kurang berhasil, karena beda persepsi tentang
kerugian keuangan negara dan perekonomian negara," katanya. Dalam penanganan kasus
dugaan korupsi terkait pengadaan LNG di PT Pertamina tahun 2011-2021, KPK telah
mencegah empat orang untuk bepergian ke luar negeri selama enam bulan. Mereka ialah
Karen Agustiawan, eks Direktur Gas dan Energi Baru Terbarukan Pertamina Yenni Andayani,
Eks Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto, dan anak kedua Karen bernama Dimas
Mohamad Aulia.Lembaga antirasuah belum secara resmi mengumumkan nama-nama
tersangka yang terjerat dalam kasus ini. Hal itu sebagaimana kebijakan pimpinan KPK Firli
Bahuri dkk yang akan mengumumkan tersangka bersamaan dengan upaya paksa
penangkapan maupun penahanan.

4.Aliran Uang Korupsi Pengadaan Pesawat Garuda yang Rugikan Negara Rp 9,37 T
"Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi, yaitu
memperkaya diri Terdakwa Emirsyah Satar atau memperkaya orang lain yakni Agus Wahjudo
Hadinoto Soedigno, Soetikno Soedarjo atau memperkaya korporasi yaitu Bombardier, ATR,
EDC/Alberta sas dan Nordic Aviation Capital Pte, Ltd (NAC), yang merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, yaitu merugikan keuangan negara Cq PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk, seluruhnya sebesar USD 609.814.504," kata jaksa saat membacakan dakwaan
di PN Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (18/9/2023). Jaksa
mengatakan perbuatan Emirsyah Satar terkait pengadaan pesawat PT Garuda dilakukan
secara bersama-sama. Di antaranya bersama Setijo Awibowo selaku Vice President Strategic
Management Office PT Garuda Indonesia periode 2011-2012; selaku Anggota Tim Perseroan
dalam pengadaan armada pesawat Sub-100 seater PT Garuda Indonesia tahun 2011 dan
selaku anggota Tim Pengadaan Pesawat Turboprop tahun 2012 pada PT Citilink Indonesia;
bersama Agus Wahjudo selaku Executive Projest Manager Aircraft Delivery PT GA sejak tahun
2009-2014) dan selaku Anggota Tim Perseroan dalam pengadaan armada pesawat sub-1 00
seater pada PT Garuda Indonesia , tahun 2011 serta selaku Anggota Tim Pengadaan Pesawat
Turboprop pada PT. Citilink Indonesia tahun 2012. Kemudian, bersama Albert Burhan selaku
Vice President Treasury Management PT Garuda Indonesia Tahun 2005- Juli 2012, Direktur
Keuangan Citilink Agustus Tahun 2012-Tahun 2015, Direktur Utama Citilink, tahun 2015-
2016, Vice President Coorporate Planning PT GA Tahun 2017-2018; bersama Hadinoto
Soedigno selaku Direktur Teknik & Pengelolaan Armada PT Garuda Indonesia sejak tahun
2007-2012; bersama Soetikno Soedarjo selaku pemilik PT Mugi Rekso Abadi (PT MRA), PT
Ardyaparamita Ayuprakarsa (PT AA) dan Hollingworth Management lnternasional (MRI) dan
ebagai pihak intermediary (commercial advisor) yang mewakili kepentingan Avions de
Transport Regional (ATR) dan Bombardier. "Perbuatan Terdakwa Emirsyah Satar bersama-
sama dengan Setijo Awibowo, Agus Wahjudo, Albert Burhan, Hadinoto Soedigno dan
Soetikno Soedarjo dalam Pengadaan Pesawat CRJ-1 000 dan Pengadaan Pesawat ATR-600
pada PT GA yang dilaksanakan secara melawan hukum, telah memperkaya pihak-pihak,"
ujarnya.
1. What (apa penyebab terjadinya kasus tersebut).
Kejaksaan Agung menyebut skandal korupsi pengadaan pesawat PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk berawal dari bocoran rencana proyek tersebut yang dilakukan mantan Direktur
Utama Emirsyah Satar.
2. Who (Siapa pelaku yang terlibat).
"Terdakwa Albert Burhan, Setijo Awibowo, dan Agus Wahjudo terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama," tulis amar
putusan dalam persidangan yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
3. When (kapan peristiwa itu terjadi).
Kasus tersebut sudah terjadi dari tahun 2011-2021.
4. Why (mengapa kasus tersebut terjadi).
Karena tersangka ingin memperkaya diri nya dan orang lain yang bersangkut paut dengan
kasus tersebut.
5. Where (Dimana kejadian nya).
-
6.How (Bagaimana dampak akibat adanya kasus tersebut).
"Akibat proses pengadaan pesawat CRJ-1000 dan pengambilalihan pesawat ATR72-600 yang
dilakukan tidak sesuai dengan PPA, prinsip-prinsip pengadaan BUMN dan prinsip business
judgment rule, mengakibatkan performance pesawat selalu mengalami kerugian saat
dioperasikan, sehingga menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar USD 609.814.504,00
(enam ratus sembilan juta delapan ratus empat belas ribu lima ratus empat dollar Amerika)
atau nilai ekuivalen Rp. 8.819.747.171.352,00 (delapan triliun delapan ratus sembilan belas
miliar tujuh ratus empat puluh tujuh juta seratus tujuh puluh satu ribu tiga ratus lima puluh
dua rupiah)," ujar Ketut.

4. Kasus Narkoba Teddy Minahasa


Guru Besar Ilmu Hukum Pidana UNAIR, Nur Basuki Minarno menyoroti empat terdakwa yang
ditangani oleh satu pengacara yang sama dalam kasus narkoba Teddy Minahasa. Menurutnya
hal ini janggal dan rawan rekayasa. Sebab itu, majelis hakim harus hati-hati dan lebih cermat.
Seperti diketahui satu-satunya terdakwa dalam kasus peredaran narkoba ini hanya Irjen
Teddy Minahasa yang ditangani oleh tim penasehat hukum yang berbeda, yakni oleh Hotman
Paris Hutapea. Sementara terdakwa lain seperti Linda Pujiastuti alias Anita, AKBP Dody
Prawiranegara, Kompol Kasranto, hingga Syamsul Ma'arif ditangani oleh satu tim pengacara
yang sama, yakni Adriel Viari Purba. Sebelumnya, ada 6 orang terdakwa yang ditangani
Adriel, termasuk Muhamad Nasir alias Daeng dan Ajun Inspektur Polisi Satu Janto Parluhutan
Situmorang. Namun di tengah persidangan keduanya mencabut kuasa hukum Adriel karena
bertentangan dengan hati nurani. "Yang perlu diingat menurut saya, dalam perkara ini ada
tujuh atau enam terdakwa, dimana enam atau tujuh terdakwa ini ditangani oleh satu lawyer.
Pak Teddy Minahasa ini tidak, dia lawyer berbeda," ucap Guru Besar Ilmu Hukum Pidana
UNAIR, Nur Basuki Minarno dalam sebuah podcast Youtube Bravos Radio Indonesia, dikutip
Senin (8/5). Menurut Basuki, kondisi demikian tidak lazim dalam sebuah persidangan,
apalagi yang dibela oleh pengacara yang sama adalah berstatus penjual dan pembeli (sabu).
Lazimnya, kedua pihak ini pasti akan kontras karena melakukan pembelaan untuk
menyelamatkan diri dari jeratan pidana.

5.Kasus suap terhadap sekretaris MA Nurhadi


Rizka juga salah satu penyidik yang menangani kasus mafia hukum di Mahkamah Agung (MA)
yang menjerat Sekretaris MA Nurhadi. Dari awal kasus hingga pengembangannya dan
menyeret nama Nurhadi, Rizka mengaku dia dan tim penyidik lainnya yang mengusut. Dalam
kasus Nurhadi ini, KPK turut menjerat menantu Nurhadi Rezky Herbiono. Nurhadi dan Rezky
menerima suap dari Direktur PT Multicon Indrajaya Terminal Hiendra Soenjoto. Kasus ini
hasil pengembangan operasi tangkap tangan (OTT) pada 20 April 2016 dengan nilai awal Rp
50 juta yang diserahkan oleh pengusaha Doddy Ariyanto Supeno kepada mantan Panitera
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution. Nurhadi dan menantunya, Rezky Harbiono
divonis 6 tahun penjara atas kasus suap dan gratifikasi penanganan perkara di MA.
1. What (apa penyebab terjadinya kasus tersebut).
Jawaban:
Sebab melakukan Suap
2. Who (Siapa pelaku yang terlibat).
Jawaban:
Mantan sekretaris mahkamah agung yaitu MA Nurhadi dan menantunya yaitu Rezky
Herbiono
3. When (kapan peristiwa itu terjadi).
Jawaban:
20 April 2016
4. Why (mengapa kasus tersebut terjadi).
Jawaban:
Karena Nurhadi dan Rezky mau menerima suap dari direktur PT multicon indrajaya
5. Where (Dimana kejadian nya).
Jawaban:
Jakarta Pusat
6. How (Bagaimana dampak akibat adanya kasus tersebut).
Jawaban:
Dapat terkena jerat penjara selama 6 tahun akibat menerima suap

6.Kasus korupsi Asrabi


Sebelumnya, jaksa penuntut umum (JPU) telah melayangkan tuntutan bagi Benny
Tjokrosaputro. Benny Tjokro dituntut hukuman mati oleh jaksa karena merugikan keuangan
negara Rp 22,788 triliun terkait dugaan korupsi pengelolaan dana PT Asabri (Persero).
Selain itu, jaksa menyebut Benny terbukti melakukan korupsi bersama-sama dengan
terdakwa lain dan melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Hal ini sebagaimana dakwaan kesatu primer Pasal 2 Ayat 1 jo Pasal 18 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP. Menurut jaksa, Benny Tjokrosaputro terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana
pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
TPPU.
Dalam kasus ini, Benny Tjokrosaputro diduga melakukan perbuatannya bersama-sama
dengan tujuh terdakwa lain.
Di antaranya, Direktur Utama PT Asabri periode Maret 2016–Juli 2020 Letjen Purn Sonny
Widjaja, Dirut PT Asabri 2012–Maret 2016 Mayjen Purn Adam Rachmat Damiri.
Kepala Divisi Investasi PT Asabri (Persero) periode 1 Juli 2012-29 Desember 2016 Ilham
Wardhana Bilang Siregar. Ilham sudah meninggal dunia pada 31 Juli 2021.
Pembelaan Benny Tjokro
Benny Tjokrosaputro, melalui nota pembelaannya atau pleidoi, mengklaim telah
memberikan keuntungan kepada PT Asabri atas pengelolaan keuangan dan dana investasi
tersebut. Ia balik menuding jaksa tidak mempertimbangkan usaha yang telah dilakukan
untuk memberikan keuntungan terhadap PT Asabri.
"Bagaimana tidak, saya memberikan keuntungan keuntungan nyata kepada PT Asabri berupa
Rp 2.654.427.717.847 maupun Rp 1.295.991.763.000 dan dengan nilai estimasi harga Rp
1.441.223.300.000 sampai dengan Rp 5.516.200.000 yang memiliki nilai ekonomi, justru
dituntut atas dosa-dosa yang dilakukan oleh internal PT Asabri," kata Benny dalam sidang di
Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, pada 16 November 2022.
1. What (apa penyebab terjadinya kasus tersebut).
Jawaban:
Merugikan keuangan negara sejumlah Rp 22.788 triliun terkait dugaan korupsi pengelolaan
dana PT Asabri(Persero.
2. Who (Siapa pelaku yang terlibat).
Jawaban:
Benny Tjokrosaputro
3. When (kapan peristiwa itu terjadi).
Jawaban:
16 November 2022
4. Why (mengapa kasus tersebut terjadi).
Jawaban:
Karena Benny terbukti melakukan korupsi bersama dengan terdakwa lain dan melakukan
tindak pidana pencucian uang.
5. Where (Dimana kejadian nya).
Jawaban:
Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat
6. How (Bagaimana dampak akibat adanya kasus tersebut).
Jawaban:
Dampaknya adalah dpat menyebabkan kerugian besar terhadap negara

7. Kasus Prita Mulyasari


Putusan bebas Mahkamah Agung (MA) terhadap Prita Mulyasari mendapat sambutan positif
dari masyarakat. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul
Sembiring, kasus tersebut mengajak publik untuk belajar berpendapat secara
bertanggungjawab. UU Informasi dan Transaksi Ektronik (UU ITE) sendiri tidak bermasalah.
“Kan bebas berpendapat di internet, asal nggak melanggar hukum,” kata Tifatul kepada
wartawan di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (18/9/2012).
Menurut politikus PKS ini, dia tidak mempermasalahkan keberadaan UU tersebut. Setiap ada
permasalahan dengan kasus tersebut maka UU ITE harus ditegakkan seadil-adilnya di
pengadilan. “Ya kan diproses secara hukum, keputusannya yang memutus kan hakim, salah
nggak salah, bukan saya,” ungkap Tifatul. Sebagai menteri, dia menghormati putusan final
dari lembaga peradilan tertinggi di Indonesia tersebut. “Putusan itu harus dipatuhi. MA
sudah memutuskan,” ungkap Prita. Sebelumnya, kasasi MA mengganjar Prita dengan pidana
6 bulan penjara dengan masa percobaan 1 tahun karena melakukan tindak pidana UU ITE.
Padahal di Pengadilan Negeri Tangerang, dia diputus bebas oleh majelis hakim. Kasasi
tersebut dibuat oleh hakim Agung Zaharuddin Utama, Salman Luthan dan diketuai ketua
majelis hakim agung Imam Harjadi. Putusan kasasi ini dianulir dengan mengabulkan PK.
Majelis hakim agung dengan ketua Djoko Sarwoko, dan anggota Surya Jaya dan Suhadi
memutus bebas Prita. “Permohonan PK Prita Mulyarasi dikabulkan dan membebaskan
terdakwa dari semua dakwaan,” kata Kepala Biro Hukum dan Humas MA, Ridwan Mansyur.

8.Kasus Deni Indrayana


Kejaksaan Agung menyatakan telah menerima Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
(SPDP) di kasus hoaks yang menyeret nama Denny Indrayana. SPDP itu diberikan oleh
Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal Polri pada 10 Juli 2023. “Jaksa Agung
Muda Bidang Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung telah menerima SPDP dari Dittipitsiber
Bareskrim,” kata Kepala Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Ketut Sumedana lewat
keterangan tertulis, Kamis, 13 Juli 2023.
Ketut mengatakan SPDP tersebut terkait dengan peristiwa dugaan tindak pidana dengan
sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individua tau kelompok masyarakat tertentu. Selain itu, Ketut
mengatakan SPDP tersebut juga terkait dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan
bohong. Perbuatan tersebut diatur dalam Pasal 45A ayat (2) jo. Pasal 28 ayat (2) UU Nomor
19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan/atau Pasal 14 ayat (1) dan (2) dan/atau Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun
1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Sebelumnya, Bareskrim Polri juga sudah
membenarkan bahwa pihaknya menaikkan kasus ini ke penyidikan. “Kasus sudah tahap
penyidikan,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal
Ahmad Ramadhan. Ramadhan belum mengungkapkan apakah sudah ada penetapan
tersangka dalam kasus ini. Kasus ini bermula ketika Denny Indrayana membuat unggahan di
media sosialnya. Denny mengatakan mendapatkan informasi bahwa Mahkamah Konstitusi
akan memutuskan mengembalikan sistem pemilu ke proporsional tertutup atau sistem
coblos partai. Dalam unggahannya, Denny menyebut bahwa akan ada 6 hakim yang
mengabulkan gugatan itu dan 3 hakim menyatakan perbedaan pendapat atau dissenting
opinion. Saat itu, MK memang tengah mengadili gugatan terhadap Undang-Undang Pemilu,
khususnya mengenai sistem proporsional tertutup. Belakangan, dalam putusannya MK
menolak gugatan tersebut dan tetap mempertahankan sistem proporsional Pemilu.
Pernyataan dari Denny itu menuai beragam respons. Delapan fraksi di DPR misalnya,
langsung menyatakan menolak apabila MK mengembalikan sistem Pemilu ke jaman Orde
Baru itu. Sementara, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md
menganggap pernyataan Denny merupakan tindakan membocorkan rahasia negara. Dia
meminta polisi mengusut dugaan kebocoran dokumen di kasus ini. Setelah pernyataan itu,
benar saja ada seseorang yang melaporkan Denny ke polisi. Denny Indrayana dalam sejumlah
kesempatan membantah telah membocorkan rahasia negara. Dia mengatakan mendapatkan
informasi itu bukan dari lingkungan MK, baik hakim konstitusi maupun pegawai lainnya di
MK. “Ini perlu saya tegaskan, supaya tidak ada langkah mubazir melakukan pemeriksaan di
lingkungan MK. Padahal informasi yang saya dapat bukan dari pihak-pihak di MK,” kata
Denny Indrayana.

Anda mungkin juga menyukai