Anda di halaman 1dari 11

Analisis kasus kematian akseyna mahasiswa univrsitas Indonesia

A. kronologi
Penyebab kematian Akseyna Ahad Dori (18), mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA
UI yang ditemukan tewas mengambang di Danau Balairung UI masih misteri. Namun, dari hasil
visum

terdapat

jejak

luka

lebam

akibat

pukulan

di

tubuh

Akseyna.

Ada luka lebam akibat benturan bisa akibat pukulan stik atau tangan, ujar Kabid Dokkes Polda
Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak saat dihubungi wartawan, Selasa (14/4/2015).
Meski demikian, Musyafak belum bisa menyimpulkan jika Akseyna tewas dibunuh. Sebab, kata
dia,

luka

lebam

itu

bisa

disebabkan

karena

benturan

lainnya.

Tapi berdasarkan hasil forensik yang memang ada itu (ada jejak pukulan)," imbuhnya.
Sementara itu, Musyafak juga mengutarakan jika Akseyna masuk ke dalam air dalam kondisi
masih hidup. Dari hasil autopsi diketahui terdapat pasir dan air di dalam paru-paru jasad
Akseyna.
Artinya

dia

masih

bernafas

saat

masuk

ke

dalam

air,

ucap

Musyafak.

Ia menambahkan hasil autopsi tidak bisa mengetahui apakah Aksyena masuk ke air dalam
kondisi pingsan atau sadar. Sebab orang pingsan dan sadar sama-sama bernafas.
Dari kasus ini dapat ditemukan beberapa petunjuk yang terkait dengan kasus ini diantaranya :
1. TKP Tak Utuh
Salah satu kendala kepolisian dalam mengungkap tuntas kasus Akseyna adalah rusaknya
Tempat Kejadian Perkara. Baik di Danau Kenanga, maupun kamar kos milik Akseyna. Sejak
ditemukan mayat mengambang, tak terhitung ratusan orang memadati lokasi temuan mayat.
Sementara kamar kos Akseyna diketahui telah dimasuki oleh kawan-kawan Akseyna.

Hal itu diakui oleh Edi Sukardi. Menurutnya, rekan Akseyna yang ia kenali sebagai Jibril datang
ke kamar kos pada Jumat 27 Maret 2015 sekitar pukul 09.00 WIB, sehari usai temuan mayat
mengambang di Danau Kenanga, UI (saat itu belum diidentifikasi sebagai jasad Akseyna).
Saat itu, Jibril mengaku tengah mencari Akseyna, mengetuk pintu berkali-kali namun tak ada
jawaban dari si empunya kamar. Saat itu, Mariamah menghampiri Jibril dengan alasan takut
Akseyna ketiduran. Namun, begitu pintu kamar dibuka dengan menggunakan kunci serep milik
Mariamah, kamar Akseyna dalam keadaan kosong.
Melihat kamar tak berpenghuni, Jibril pun undur diri dan kemudian pergi meninggalkan gedung
kos. Diketahui alasan kedatangan Jibril pada hari itu karena ia dan Akseyna ada janji dengan
dosen pembimbing akademik mereka. Alhasil, Akseyna gagal bertemu dengan dosen PA-nya hari
itu, hal itu diketahui dari cuitan akun twitter @aa_nanang milik ayah Jibril, Nanang Djamaludin.
Sore harinya, tante Akseyna, adik dari Ibu Akseyna, mendatangi tempat kos Akseyna untuk
mengecek keberadaan keponakannya. Namun setelah ditunggu-tunggu, Akseyna tak jua kembali
ke kos, ponsel diketahui mati. Maka, kepada penjaga kos Edi, tante Akseyna menitip pesan agar
Akseyna segera meneleponnya begitu sampai di kos.
Tanggal 29 Maret, Jibril kembali mendatangi kamar kos Akseyna, Mariamah yang saat itu tengah
menyetrika baju di kamarnya yang bersebelahan dengan kamar kos Akseyna memberikan kunci
serep kepada Jibril untuk membuka kamar Akseyna.
Kurang lebih lima menit kemudian, Mariamah menyusul Jibril ke kamar Akseyna. Saat itulah
Jibril mengaku menemukan surat wasiat yang akhirnya menjadi perdebatan. Jibril melaporkan
temuan

surat wasiat itu kepada dosen pembimbing akademiknya, tidak ke polisi, atau ke keluarga
Akseyna. Hal itulah kemudian yang membuat Ayah Akseyna, Mardoto, merasa janggal.
Pasalnya, saat tanggal itu pula, telepon genggam Akseyna aktif, hal itu diketahui atas pesan
singkat dari ibunda Akseyna yang semula berstatus pending berubah status menjadi delivered.
Pada minggu malam, Jibril memang menginap di kamar kos Akseyna dengan alasan diminta oleh
penjaga kos Edi untuk sekalian merapikan kamar Akseyna yang berantakan.
Pada tanggal 29 Maret malam, mengetahui ponsel Akseyna diketahui dalam keadaan aktif,
Ibunda Akseyna menghubungi ponsel anaknya namun suara di seberang sana bukanlah suara
Akseyna. Saat itu seseorang yang mengaku teman Akseyna yang mengangkat, ujar ayah
Akseyna, Mardoto, ketika bercerita kepada Kriminalitas.com.
Tanggal 30 Maret pagi, berdasarkan keterangan penjaga kos Edi, Jibril pergi dari tempat kos. Di
tempat lain, Mardoto berangkat dari Yogyakarta menuju Jakarta setelah mendapat kabar dari adik
iparnya tentang penemuan mayat di Danau UI.
Mardoto mengecek ke RS Sukanto Kramatjati tempat mayat Akseyna berada. Di sana Mardoto
melihat keadaan jasad Akseyna yang nyaris tak dapat dikenali karena sudah penuh lebam, dan
raut wajah yang sama sekali tak mirip Akseyna.
Merasa tak yakin, Mardoto menyambangi Polsek Beji, namun ia mendapat penolakan, lantaran
foto Akseyna yang ia bawa dinyatakan tidak mirip dengan temuan mayat di Danau Kenanga.
Mardoto tak patah arang, sorenya sekitar pukul 16.00 WIB, Mardoto menyambangi gedung
jurusan Biologi F-MIPA UI untuk mencari informasi mengenai anaknya. Ia dipertemukan oleh
dua pengajar jurusan Biologi.

Tak disangka, selain dua staf pengajar, di ruang pertemuan itu juga ada dua mahasiswa yang
mengenalkan diri sebagai teman Akseyna. Di situlah Mardoto menerima surat wasiat dari salah
seorang teman Akseyna. Teman Ace (Akseyna) itu menyebutkan bahwa ia mendapatkan surat
itu dari kamar Ace ketika ia masuk dan menginap di kamar Ace pada malam sebelumnya, yakni
Minggu (29/3) malam, terang Mardoto.
Berbekal surat itu, Mardoto kembali ke Polsek Beji. Kali ini tak ada lagi penolakan dari anggota
polisi, bahkan di Mapolsek sudah ada Kapolsek Beji Kompol Ni Gusti Ayu Supati. Oleh
Kapolsek, Mardoto diperlihatkan barang-barang seperti Batu, Jaket, sapu tangan, dan payung.
Mardoto mengenali dua barang, yakni sapu tangan dan payung.
Sapu tangan itu merupakan miliknya, yang sering tertukar dengan milik Akseyna, dan payung
yang ada di Mapolsek kala itu ialah payung pemberian dari ibunda tercinta. Setelah itu, polisi
langsung melakukan penyelidikan.
Tubuhnya pertama kali ditemukan oleh seorang mahasiswa, Rony pada 26 Maret 2015. Rony
yang tengah berjalan di tepi danau curiga dengan adanya sesuatu yang mengambang di danau.
Setelah didekati, ternyata sosok yang dilihatnya benar jasad seorang pria yang separuh badan
mengambang

telentang.

Butuh waktu sebelum sosok yang dilihat Rony akhirnya teridentifikasi sebagai Akseyna. Dan
hingga kini penyebab kematiannya belum diketahui.
Banyak pihak menduga, Akseyna dibunuh dengan cara ditenggelamkan ke danau UI. Tapi tak
sedikit juga yang berasumsi, kematian Akseyna bukan karena dibunuh.
Namun begitu, satu per satu fakta mengenai Akseyna mulai terungkap.

2. BATU
Jasad Akseyna dievakuasi dari danau UI pada 26 Maret 2015 sekitar pukul 11.25 WIB. Setelah
diangkat, sesuatu yang aneh ditemukan pada jenazahnya.
Kepolisian menemukan tas yang masih melekat pada tubuh Akseyna. Setelah dibuka, tas
tersebut ternyata berisi batu. Seperti diungkapkan Kapolsek Beji, Depok, Jawa Barat Kompol I
Gusti Ayu.
Belum dipastikan korban pembunuhan, tapi dalam tas ditemukan batu konblok sebanyak 5
buah,tutur Gusti pada 26 Maret 2015 lalu.

3. Secarik Kertas
Kamar nomor 208 di kos-kosan yang berada di kawasan Kukusan, RT 04/05, Beji,
Depok, Jabar kini sepi. Senin 30 Maret 2015 malam, sejumlah anggota kepolisian Polresta
Depok berpakaian preman sempat mendatangi kamar tersebut.
Di sanalah polisi dan ayah korban menemukan secarik kertas bertuliskan pesan terakhir Akseyna.
Seperti diungkapkan penjaga kos bernama Edi.
Saya juga terkejut setelah polisi dan ayah korban menemukan sepucuk surat dalam kamar yang
ditempel korban,
Dia mengungkapkan, surat yang tertempel di dinding kamar korban berbunyi, 'Jangan cari saya,
saya pergi tidak akan kembali'.

4. 4 Hari Tak Pulang


Sebelum ditemukan pada 26 Maret 2015 lalu, Akseyna ternyata sudah 4 hari tak pulang ke
kosannya di wilayah Kukusan, Beji, Depok, Jabar.
Hal ini diungkapkan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul.
Adik orangtua korban mendapatkan informasi dari Bapak pemilik kos bahwa korban tidak
pulang selama 4 hari.
5. Pendiam
Warga di sekitar kos-kosan korban bernama Jikon mengatakan, Akseyna sudah lama
tinggal di sana dan menempati kamar seorang diri. Sehari-harinya, Jikon mengenal Akseyna
sebagai pemuda yang pendiam..
Jikon juga mengungkapkan, sejumlah barang dari kamar korban dan beberapa mahasiswa teman
mendiang Akseyna sempat dibawa anggota kepolisian yang tengah memeriksa kosan tersebut.
Sementara penjaga kos bernama Edi mengatakan, sering melihat almarhum. Biasanya, lanjut Edi,
korban menyapa saat hendak berangkat ke kampus.
Begitu juga sepulang dari kampus, korban biasanya duduk untuk berbincang dan makan bersama
mahasiswa lainnya.
6. Koran
Identitas Akseyna akhirnya terungkap berkat pencarian ayah-ibu Akseyna yang mengaku
kehilangan anak. 4 Hari setelah penemuan jenazah Akseyna di danau UI,mereka pada 30
Maret 2015 mendatangi Rumah Sakit Polri Kramat Jati.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, usai mendapat
kabar di media, sepasang suami-istri itu langsung menelepon anaknya yang sedang menempuh
pendidikan Strata I Biologi di UI. Namun putranya tak kunjung menjawab.
Korban berhasil diidentifikasi, setalah orangtuanya membaca koran harian mengenai penemuan
mayat," ungkap Martinus.
Untuk memastikan, keluarga Akseyna mendatangi Mapolres Depok untuk meminta berkasberkas dan identitas mayat yang ditemukan. Namun kecurigaan belum terjawab. Polisi lalu
membawa mereka ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, untuk memastikan identitas jenazah
putranya.
"Dan setelah dilihat, ada kemiripan di bagian hidung dan bentuk wajah," tutur Martinus.
Dipastikan korban adalah anaknya, setelah diyakinkan dengan barang yang dipakai korban
seperti jaket, celana, kaos, payung, dan saputangan..
7. Juara Olimpiade
Sebelum meninggal dunia, alumnus SMAN 8 Yogyakarta itu sempat menumpahkan rasa
kecewa kepada ibunya pada akhir Januari 2015 lalu. Saat itu perjuangannya meraih juara
Olimpiade Biologi tingkat nasional kandas di tengah jalan.
Korban merasa kecewa karena sudah menjadi juara regional Olimpiade Biologi, namun tidak
diikutkan ke tingkat nasional ucap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus
Sitompul.

Akseyna memang pintar di bidang Biologi. Saat duduk di bangku SMA, dia menyabet trofi
kemenangan dalam Olimpiade Sains Kabupaten Tingkat II Yogyakarta. Mendiang juga mewakili
Yogyakarta dalam Olimpiade Sains Nasional di Manado, Sulawesi Utara pada 2011.
Prestasinya itu bahkan dimuat dalam situs resmi SMK Negeri 1 Kemusu Boyolali.
Tak ada yang menyangka, mahasiswa FMIPA jurusan biologi angkatan 2013 itu ditemukan tewas
mengapung di Danau Kenanga UI pada Kamis 26 Maret lalu pukul 9.55 WIB.

HASIL OTOPSI
Hasil otopsi dari tubuh Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Program Studi Biologi Fakultas MIPA
Universitas Indonesia (UI) yang ditemukan tewas di Danau Kenanga UI menunjukkan :
1. Adanya luka-luka lebam di tubuh. Luka itu diduga berasal dari pukulan benda tumpul.
Bisa dari benda seperti stik atau tangan, yang jelas ada jejak lebam di beberapa bagian
tubuh
Hasil otopsi tersebut, juga dapat mengungkap motif tewasnya Akseyna yang sebenarnya.
Hal itu juga menentukan dugaan apakah Akseyna dibunuh atau bunuh diri.

2. Saat masuk ke dalam air, pemuda asal Yogyakarta itu diduga masih bernapas.
Di paru-paru Akseyna terdapat air dalam jumlah cukup banyak dan pasir. Oleh karena itu,
Akseyna diduga masih pingsan atau belum meninggal ketika masuk ke danau.
jika Akseyna sudah meninggal saat masuk ke dalam air, maka tidak akan ada banyak air di
paru-parunya. Sebab, sudah tidak ada perbedaan tekanan antara dalam tubuhnya dan air.

Locus delicti
Berdasarkan kronologi kasus di atas tempat ditemukannya mayat akseyna adalah di danau
kenanga universitas Indonesia. yang berlokasi di daerah Depok Jawa Barat Indonesia.
Yang harus dibedakan yaitu locusdelicti kejadian ditemukan dan temapat korban meninggal.

Korban meninggal didalam danau,yang kebetulan sama dengan tempat di temukannya, itu
dibuktikan bahwa korban meninggal di tempat yang sama dengan tempat di temukannya korban,
yaitu di danau.

Tempus Delicti
Korban akseyna terkhir kali bertemu denga pemilik rumah kos adalah pada tanggal 24 maret
2015, namun mayat akseyna ditemukan pada tanggal 26 maret 2015 sekitar pukul 11:25 WIB.
Feit
Tindakan yang dilakukan dalam kasus ini masih simpang siur,hal ini terbukti dengan masih
sulutnya penyidik menyelidiki kasus ini.dimulai TKP sudah tidak utuh.
Tetapi jika dilihat dari hasil visum korban,tidakan yang dilakukan dalam kasus ini yaitu tindak
pidana pembunuhan.hasil visum korban menunjukan bahwa korban dianiaya hingga pingsan
kemudian ditenggelamkan didanau.korban meninggal tenggelam hal tersebut terlihat dengan
adanya air di paru paru korban.
Apabila dalam kasus ini penyidik dapat membuktikan bahwa korban merupakan korban tindak
pidan pembunuhan di sertai penganiayaan maka,tersangaka dapat dikenakan pasal 339 KUHP.:
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan
dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,
ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua
puluh tahun.

Atau dapat pula dikenakan pasal 340 KUHP


"Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama 20 tahun."

Anda mungkin juga menyukai