Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

ANALISIS PENEGAKAN DARI SUPREMASI HUKUM DI INDONESIA


(STUDI KASUS : PEMBUNUHAN AKSEYNA)

“Untuk Memenuhi Tugas PBL”

Program Studi : Sistem Informasi


Jenjang Pendidikan : Sastra 1

Disusun oleh :

1. EFELITO HAYAT MUSFIZA 22101152610091


2. GHALIB DHAIULHAQ 22101152610096
3. RIZKI YOVANTRI 22101152610115
4. RIFKY AFRIMA PUTRA 22101152610463

Dossen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan :

VIVI PUSPITA SARI, S.IP, M.Pd

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembunuhan merupakan salah satu tindak kejahatan yang harus mendapatkan penegakan
hukum, pada tahun 2015 silam, terjadi pembunuhan terhadap salah seorang mahasiswa UI bernama
akseyna, kasus tersebut berakhir dengan penarikan kesimpulan oleh pihak yang berwenang dengan
menyatakan bahwa akseyna melakukan bunuh diri, namun banyak pihak yang tidak menerima
pernyataan ini setelah mengetahui kronologi dan hasil visum dari akseyna.
Pada tahun 2023 ini, kasus akseyna kembali ramai di perbincangkan oleh masyarakat
terutama melalui media sosial tiktok karna kasus tersebut tidak mendapat jawaban yang memuaskan
dari aparat penegak hukum setelah 8 tahun telah berlalu. Orang tua akseyna sampai saat ini masih
menunggu keadilan untuk anak nya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologi kasus akseyna?
2. Bagaimana hasil penegakan hukum terhadap kasus akseyna?
3. Apa kejanggalan yang terdapat dalam kasus akseyna?
4. Bagaimana penegakan dari supremasi hukum pada kasus akseyna?
5. Apa solusi yang dapat dilakukan untuk kasus akseyna?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kronologi kasus akseyna
2. Untuk mengetahui hasil penegakan hukum terhadap kasus akseyna
3. Untuk mendapatkan kejanggalan yang terdapat dalam kasus akseyna
4. Untuk mengetahui bagaimana penegakan dari supremasi hukum pada kasus akseyna
5. Untuk mencari solusi yang dapat dilakukan untuk kasus akseyna

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kronologi kasus akseyna


Akseyna Ahad Dori atau biasa dipanggil Ace merupakan mahasiswa jurusan Biologi
FMIPA UI. Pada usianya yang masih 18 tahun pada tanggal 26 Maret 2015, ia di temukan
meninggal pada Danau Kenanga UI, Kampus UI Depok
Saat ditemukan, jenazah nya mengenakan ransel yang diisi sejumlah batu. Ia pun diduga
ditenggelamkan batu-batu tersebut.
Tak selang beberapa lama di kost an akseyna di temukan secarik keetas dengan tulisan "Will
not return for please don't search for existence, my apologies for everything enternally" yang
menjadi acuan bagi pihak penyelidik jika akseyna bunuh diri, namun banyak pihak tidak percaya
dengan hal tersebut.
Olah tkp yang dilakukan oleh polisi pada kos akseyna dikarenakan kos tersebut sudah dalam
kondisi yang berantakan karena dimasuki oleh teman teman akseyna.

B. Penegakan hukum oleh kepolisian


Satreskrim Polres Kota Depok menyimpulkan Akseyna telah melakukan bunuh diri. Akibat
keputusan yang tergesa itu, garis sterilisasi tempat kejadian perkara (TKP) dibuka dan kasusnya
ditutup.
Namun, Pihak keluarga menemukan sejumlah kejanggalan sehingga kasusnya dibuka
kembali. Akseyna pun dinyatakan tewas karena pembunuhan, namun polisi hingga kini gagal
menemukan konstruksi peristiwa dan pelakunya.
Setelah 8 tahun berlalu, hingga saat ini kasus pembunuhan akseyna tidak kunjung mendapat
jawaban dan penegakan hukum bagi pelakunya yang sampai saat ini tidak di ketahui oleh polisi.

C. Kejanggalan dalam kasus akseyna


1. TKP tak utuh
Salah satu kendala kepolisian dalam mengungkap tuntas kasus Akseyna adalah rusaknya
Tempat Kejadian Perkara. Baik di Danau Kenanga, maupun kamar kos milik Akseyna. Sejak
ditemukan mayat mengambang, tak terhitung ratusan orang memadati lokasi temuan mayat.
Sementara kamar kos Akseyna diketahui telah dimasuki ole kawan-kawan Akseyna.

3
2. Batu
Jasad Akseyna dievakuasi dari danau UI pada 26 Maret 2015 sekitar pukul 11.25 WIB.
Setelah diangkat, sesuatu yang aneh ditemukan pada jenazahnya. Kepolisian menemukan tas yang
masih melekat pada tubuh Akseyna. Setelah dibuka, tas tersebut ternyata berisi batu. Seperti
diungkapkan Kapolsek Beji, Depok, Jawa Barat
3. Secarik kertas
Anggota polresta depok mendatangi kos kos an akseyna. Di sanalah polisi dan ayah korban
menemukan secarik kertas bertuliskan pesan terakhir Akseyna dalam kamar yang ditempel korban,
Surat yang tertempel di dining kamar korban berbunyi, 'Jangan cari saya, saya pergi tidak akan
kembali' Namun terungkap fakta bahwa setelah melalui hasil forensik, tulisan tersebut bukan lah
tulisan akseyna.
4. Hasil Otopsi
Hasil otopsi menunjukkan Adanya luka-luka lebam di tubuh. Luka itu diduga berasal dari
pukulan benda tumpul. Bisa dari benda seperti stik atau tangan, yang jelas ada jejak lebam di
beberapa bagian tubuh. Hasil otopsi tersebut, juga dapat mengungkap motif tewasnya Akseyna yang
sebenarnya. Hal itu juga menentukan dugaan apakah Akseyna dibunuh atau bunuh diri.
Saat masuk ke dalam air, akseyna diduga masih bernapas. Di paru-paru Akseyna terdapat air
dalam jumlah cukup banyak dan pasir. Oleh karena itu, Akseyna diduga mash pingsan atau belum
meninggal ketika masuk ke danau. jika Akseyna sudah meninggal saat masuk ke dalam air, maka
tidak akan ada banyak air di paru-parunya. Sebab, sudah tidak ada perbedaan tekanan antara dalam
tubuhnya dan air.

D. Penegakan dari supremasi hukum terhadap kasus akseyna


Setelah 8 tahun berlalu, tidak ada kepastian hukum mengenai kasus akseyna oleh aparat
penegak hukum yang di nilai lalai dalam menangani kasus ini sehingga supremasi hukum tidak
dapat di tegakkan karena keluarga korban belum mendapatkan keadilan hingga saat ini. Namun
pelaku pembunuhan ini masih berkeliaran dengan bebas hingga sekarang. Yang mana seharus nya
menurut undang undang, pelaku pembunuhan harus di jerat dengan hukuman pidana penjara bahkan
hukuman mati.

E. Solusi yang dapat dilakukan


Sebagai masyarakat kita harus menagih kinerja kepolisian dalam mengusut tuntas kasus ini
yang tidak mendapat jawaban setelah 8 tahun berlalu dengan cara menyuarakan secara bersama
sama melalui media sosial. Dengan hal ini diharapkan petinggi pihak kepolisian dapat tergerak
untuk melakukan kembali penyelidikan agar supremasi hukum dapat di tegakkan pada kasus ini.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kasus aksyena merupakan kasus tindak pembunuhan yang sampai sekarang tidak
mendapatkan kepastian hukum sehingga penegakan dari supremasi hukum masih layak untuk di
pertanyakan

B. Saran
Marilah kita sebagai generasi muda memperdalam ilmu pengetahuan dan wawasan
mengenai penegakan dari supremasi hukum agar kita dapat menjadi generasi perubahan nantinya
yang akan memperkuat supremasi hukum diindonesia.

Anda mungkin juga menyukai