Untuk mendukung berita tersebut agar semua warga percaya, ia merekayasa cerita bahwa
terjadi penangkapan babi ngepet yang salah satu caranya harus telanjang, lalu ia juga
membuat fakta bohong yang menyatakan bahwa ukuran babi semakin mengecil dengan
sendirinya, sampai membeli babi secara online senilai Rp900.000,00. Semua kebohongan
yang diceritakan AI itu terbongkar dan akhirnya ia terancam dihukum selama 10 tahun.
2. Berita Hoaks Ratna Sarumpaet
Berita hoaks ini pernah viral pada tahun 2018. Berita ini masuk dalam peringkat pertama
yang paling banyak dibicarakan oleh masyarakat. Hoaks yang disampaikan dalam berita
adalah penganiayaan Ratna Sarumpaet. Berita ini menampilkan bukti sebuah foto yang
memperlihatkan wajah Ratna Sarumpaet seperti memar dan bengkak.
Awalnya hoaks ini disebarkan melalui Facebook yang diunggah pada 2 Oktober 2018.
Setelah itu berita juga sempat tersebar dengan cepat di Twitter. Bahkan beberapa tokoh
politik juga menanggapi dan membenarkan adanya penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet
tanpa verifikasi kebenaran kasus tersebut.
3. Berita Hoaks Blue Energy
Hoaks berikutnya adalah kasus hoaks blue energi yang terjadi tahun 2008 pada masa
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kasus ini berupa penemuan bahan
bakar (blue energy) yang ditemukan oleh Djoko Suprapto. Penemuannya itu sempat
mendapat perhatian dari tim Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono.
Setelah diselidiki, ternyata penemuan tersebut hanya memanfaatkan air sebagai penghematan
bahan bakar minyak (BBM) bukan mengubah air menjadi sebuah bahan bakar.
4. Berita Hoaks Pembangkit Listrik Tenaga hampa
(PLTH)
Selain blue energy, ada juga berita hoaks yang tersebar mengenai bahan bakar yaitu
pembangkit listrik tenaga hampa (PLTH) yang terjadi pada tahun 2012. Kali ini penemuan
ditemukan oleh Slamet Haryanto yang biasa dipanggil Mbah Embing. Ia adalah tukang servis
dinamo yang menemukan pembangkit listrik tenaga hampa tersebut. Pada saat itu ia
mengatakan bahwa tidak perlu menggunakan tenaga apa pun untuk menghasilkan listrik.
Berita tersebut tersebar dengan cepat dan mendapat banyak perhatian dari masyarakat serta
membuat penasaran oleh penemuan Mbah Embing itu. Bahkan, Dahlan Iskan yang pada saat
itu menjabat sebagai Menteri BUMN sempat percaya dengan hal tersebut.
1. Awal mula kericuhan Dilansir dari Kompas.com, Minggu (29/1/2023), ratusan peserta aksi
awalnya berjalan dengan membentangkan spanduk bergambar wajah Iwan Budianto hingga
penyalaan flare. Namun saat tiba di titik tujuan, ada peserta yang melakukan pelemparan
barang ke arah kantor Arema FC. Sontak pelemparan itu diikuti oleh beberapa peserta
lainnya. Alhasil berbagai benda, mulai dari cat terbungkus plastik, flare, batu, dan lainnya
berterbangan ke arah kantor Arema FC. Tampak beberapa orang menepi untuk melindungi
diri. Sejumlah peserta kemudian berusaha menenangkan massa yang mulai tak kondusif.
Namun, secara perlahan tetapi pasti, amarah para peserta aksi mulai mereda.
Fakta-fakta Pria Diduga Kader PDI-P Ditemukan Tewas di Selokan
JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa penuntut umum menilai tim penasihat hukum terkesan
menjerumuskan terdakwa Putri Candrawathi dalam memberikan keterangannya. Akibatnya,
keterangan yang disampaikan Putri justru mengaburkan fakta hukum yang ada. Hal ini
dikatakan salah seorang jaksa menanggapi pleidoi atau nota pembelaan Putri melalui
penasihat hukumannya pada halaman 7-18 dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, Jakarta, Senin (30/1/2023). "Tim penasihat hukum terkesan menjerumuskan
terdakwa Putri Candrawathi sehingga tersesat dalam memberikan keterangan karena
bertujuan akan mengaburkan fakta hukum yang sebenarnya," kata jaksa. Baca juga: Soroti
Baju Seksi Putri Candrawathi, Jaksa: Sangat Tak Wajar bagi Istri Jenderal Bintang 2 Dalam
pleidoi pada halaman 7-18, jaksa juga menilai tim penasihat hukum Putri menyampaikan
pembelaan yang keliru dan tidak benar. Menurutnya, tim penasihat hukum benar-benar tidak
proporsional, tidak fokus atau gagal fokus dalam mengikuti persidangan selama ini. "(Tim
penasihat hukum) terkesan tidak mempertahankan hak-hak hukum dari kliennya yakni Putri
Candrawathi yang didampinginya," tegas dia. Baca juga: Jaksa Sebut Putri Candrawathi Tak
Jujur agar Motif Pembunuhan Brigadir J Tidak Terbukti Adapun dalam perkara pembunuhan
berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Putri dituntut hukuman
pidana penjara 8 tahun oleh jaksa penuntut umum. Hukuman tersebut sama besarnya dengan
tuntutan jaksa terhadap terdakwa Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal. Sementara, Ferdy Sambo
dituntut hukuman pidana penjara seumur hidup. Kemudian, Richard Eliezer atau Bharada E
dituntut hukuman pidana penjara 12 tahun. Pada pokoknya, kelima terdakwa dinilai jaksa
terbukti bersalah melakukan tindak pidana melakukan pembunuhan terhadap Yosua yang
direncanakan terlebih dahulu sebagaimana diatur dan diancam dalam dakwaan Pasal 340
KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke 1 KUHP.