Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS BERITA

Ledakan bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar Kota Bandung

Ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mandiri

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu : Fatimah Az Zahro, S. Pd.I, M.Pd.

Oleh:
Ulfi Rohmatin

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-BAHJAH CIREBON
2022
Analisis Berita

Temuan awal

Sebelumnya, Kepolisian Daerah Jawa Barat memastikan ledakan di Kantor Polsek


Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (07/12), sekitar pukul 08.20 WIB, adalah bom
bunuh diri. Kapolrestabes Bandung, Aswin Sipayung, mengatakan kejadian berlangsung
ketika para anggota Polsek Astanaanyar sedang melaksanakan apel pagi. Tiba-tiba ada
seorang laki-laki masuk ke Mapolsek mengacungkan senjata tajam dan menerobos barisan
apel pagi. "Lalu ada ledakan. Sekarang pelaku meninggal dunia di lobi," ujar Aswin
sebagaimana dikutip Kompas.com. Menurut Aswin, pelaku membawa bom. "Ledakan terjadi
di bagian dalam, depan pintu masuk Polsek," ucap Aswin yang dikutip kantor berita Antara.
Lina, warga Astanaanyar, mengaku mendengar suara ledakan bom. Rumah Lina berjarak
sekitar 100 meter dari Mapolsek Astanaanyar. "Kejadian sekitar pukul 08.00 WIB, kencang
banget. Padahal, rumah saya di belakang. Saya kira ada gas meledak," ujar Lina di lokasi
kejadian kepada Kompas.com. Ia kemudian bergegas keluar rumah untuk melihat situasi. Di
halaman Mapolsek dia menyaksikan pecahan kaca yang berserakan. Lina juga sempat
memperlihatkan foto-foto sesaat setelah kejadian. Saat ini polisi masih melakukan olah
tempat kejadian perkara (TKP) di Polsek Astanaanyar. Ruas Jalan Astanaanyar di sekitar
TKP pun ditutup sementara dan dijaga oleh polisi bersenjata.

Siapakah pelaku bom bunuh diri?


Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memastikan pelaku bom bunuh diri di
Mapolsek Astanaanyar Kota Bandung adalah mantan narapidana terorisme bernama Agus
Sujatno alias Agus Muslim. Hal itu didasarkan hasil pemeriksaan sidik jari dan face
recognition atas jenazah terduga pelaku. Agus pernah ditangkap terkait kasus terorisme 'bom
panci' di Cicendo pada 2017. Dia kemudian diadili dan dijatuhi hukuman penjara empat tahun
di LP Nusa Kambangan. "Dan baru bebas pada September 2021 lalu," papar Listyo Menurut
polisi, Agus terafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung atau Jawa
Barat. Kapolda Jawa Barat, IrjenPol Suntana, membenarkan sepeda motor yang dikendarai
terduga pelaku berasal dari Sukoharjo, di dekat Kota Solo, Jateng. "Sedang kita identifikasi.
Plat nomornya AG, plat nomor AG itu [dari] Surakarta," katanya, seperti dilaporkan
wartawan di Bandung, Yuli Saputra, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Membawa dua bahan peledak


Suntana membenarkan terduga pelaku membawa dua bahan peledak. "Ada satu yang
diledakkan oleh pelaku," ungkapnya. "Satu lagi belum sempat diledakan". Bahan ledakan
kedua yang ditemukan di sekitar Polsek kemudian diledakkan oleh tim penjinak bom.
Apakah dua bom itu rakitan? Tanya wartawan. "Saya belum bisa menjawab itu," katanya
Hanya saja, Kapolda tidak memungkiri di lokasi kejadian ditemukan "serpihan berupa paku
payung".

Korban
Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Suntana, memastikan ledakan bom bunuh diri di kantor
Polsek Astanaanyar, Bandung, mengakibatkan dua orang meninggal dunia. Selain terduga
pelaku bom bunuh diri yang tewas, satu orang lainnya yang meninggal adalah anggota polisi.
"Satu orang anggota kami meninggal atas nama Aiptu Sofyan," kata Suntana kepada
wartawan di lokasi kejadian, Rabu (07/12) siang. Adapun anggota polisi yang terluka akibat
ledakan itu berjumlah delapan orang, dan satu orang lainnya adalah warga sipil. "Satu warga
atas nama
Nurhasanah mengalami luka ringan," ungkap Kapolda Jabar. Dia sedang berjalan di depan
Polsek Astanaanyar saat ledakan.

Tulisan 'KUHP
hukum kafir Kapolda membenarkan ada "tulisan" yang ditempel terduga pelaku di
motor miliknya. "Ada tulisan [yang ditempel di sepeda motor] yang menyampaikan bahwa
produk KUHP [Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang baru disahkan DPR] itu adalah
'produk kafir' serta tulisan 'perangi penegak hukum'," papar Suntana. "Tulisannya seperti itu
untuk bahan penyelidikan lebih lanjut," tambahnya.
Hasil Analisis
Maka hasil dari analisis Berita ini adalah Salah-satu faktor penyebabnya, pemerintah
dianggap tidak memiliki mekanisme untuk memaksa napi terorisme mengikuti program
deradikalisasi selama di penjara atau setelah bebas. Demikian temuan sebuah lembaga
independen yang terlibat penanganan masalah terorisme. Keterbatasan sumber daya juga
dianggap menjadi kendala besar untuk mengawasi secara saksama mantan terorisme yang
sudah kembali ke masyarakat.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut tantangan terbesar yang
mereka hadapi dalam menjalankan program deradikalisasi adalah koordinasi dan kolaborasi
berbagai pihak terkait. Upaya pelibatan masyarakat dan keluarga, dan tidak melulu
mengandalkan BNPT dan kepolisian, diperlukan untuk membuat program deradikalisasi
berhasil.

Program deradikalisasi bukan 'program wajib'


Di Kota Bandung, saat mengunjungi lokasi kejadian, Kapolri Jenderal Listyo Sigit
memaparkan bahwa Agus menolak mengikuti program deradikalisasi selama di penjara.
Ditanya wartawan, apakah Agus saat dipenjara dan sesudah dibebaskan, mengikuti program
deradikalisasi, Kapolri menyatakan Agus masuk dalam "kelompok yang masih merah".
"Sehingga proses deradikalisasinya membutuhkan teknik dan taktik yang berbeda, karena
memang yang bersangkutan masih susah untuk diajak bicara, masih cenderung menghindar,"
kata Listyo sebagaimana dikutip wartawan di Bandung, Yuli Saputra, yang melaporkan untuk
BBC News Indonesia, Rabu (07/12).

Apa reaksi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)?


Anggota Komisi III DPR, Santoso, mengatakan BNPT "kecolongan" dengan kasus
bom bunuh diri oleh mantan napi teroris di Bandung. "Peristiwa bom bunuh diri, BNPT
kecolongan," kata Santoso dalam keterangannya seperti dikutip dari Antara, Rabu
(7/12/2022). Adapun Kepala BNPT, Boy Rafli Amar, kepada media menolak pihaknya
dinilai kecolongan. Dia mengatakan "tidak mudah membaca pemikiran para pelaku
terorisme".
Berkenaan dengan
1. Ketahanan nasional dan bela negara pada asas kesejahteraan dan keamanan.
Penyelenggaraan ketahanan nasional menggunakan asas kesejahteraan dan keamanan
yang senantiasa terdapat setiap saat dalam kehidupan nasional. Tergantung kondisi
nasional dan internasional serta situasi yang dihadapi, maka pada suatu saat dapat
diletakkan titik berat pendekatan keamanan dan pada saat lain dapat di titik beratkan
pada pendekatan kesejahteraan. Kesejahteraan dan keamanan merupakan suatu
kesatuan yang tidak dipisahkan.

2. Kewajiban warga negara yang dicantumkan dalam pasal 27 ayat 1 segala warga
negara dan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu tidak dengan terkecualinya.
3. Menghormati hak-hak dan kewajiban yang di miliki masing-masing orang sehingga
tidak terjadi pelanggaran, mengembangkan sifat peduli dan tolonh menolong terhadap
setiap orang

Anda mungkin juga menyukai