Laporan Akhir Pasir Cetak - Yusuf Bayu Aji - 17
Laporan Akhir Pasir Cetak - Yusuf Bayu Aji - 17
DEPOK
MARET 2021
A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan praktikum pasir cetak ini, mahasiswa diharapkan dapa memahami
sifat-sifat pasir cetak dan hubungan antara sifat-sifat pasir cetak yang meliputi:
1. Distribusi besar pasir
2. Hubungan antara kadar air dan aditif dalam pasir cetak terhadap permeabilitas,
kekuatan geser, dan kekuatan tekanan
3. Mampu bentuk (flowability) dari pasir cetak
4. Perbedaan karakteristik antara pasir basah (green sand), pasir kering (dry sand), dan
pasir kering tanpa pemanasan (holding sand).
B. Data Percobaan
HASIL UJI KEKUATAN TEKAN (MPA) HASIL UJI KEKUATAN GESER (MPA)
GREEN HOLD DRY GREEN HOLD DRY
2.6 4.5 25 0.6 0.2 7.6
C. Grafik Percobaan
Grafik Distribusi Pasir
Wn (gram)
400 338
200
132 300
100 200
36 33 100 36
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
16 20 30 40 80 140 180 Pan 16 20 30 40 80 140 180 Pan
No. Sieve No. Sieve
5
4
3
2.3
2
1 0.8
0.6 0.4
0.2
0 0.2 0.05 0.14
0.1
4 5 5 6
Kadar Air
8 7.6 7.5
Kekuatan geser
6.25
6
2
0.4 0.6 0.6
0.2 0.05 0.2 0.05
0
4 0.12
4 5 6
KadaR BENTONIT
10
9.8
KEKUATAN GESER
8
7.6
6
4.75
4
2 2.3
0.6 0.4
0.08
0.6 0.1
0 0.2 0.18 0.1
4 5 5 6
KADAR ADITIF
20
17.1
15
10
5
4.5 4.9 4.8
2.6 2 2.9
1.7
0.89
0
4 5 5 6
KADAR AIR
25 25 25 25
Kekuatan TEKAN
20
15
10
20
18 17.1
15
10
5 4.9 4.5
3.6 2.6 2.79 2.5
1.3 1.7
0
4 5 5 6
KADAR ADITIF
Molases Jagung
20
Kekuatan Tekan
15
10
4.7 4.5
5 2.6 2.8
0
Green Hold Dry
Molases Jagung
D. Analisis
1. Analisis Distribusi Pasir
Pada praktikum ini dilakukan pengujian pasir cetak untuk mengetahui distribusi besar
ukuran butir pasir cetak. Pengujian dilakukan dengan menyusun ayakan dengan nomor
mesh terkecil pada bagian atas hingga terbesar pada bagian paling bawah. Urutan
mesh ayakan yang digunakan dari bagian atas hingga paling bawah yaitu #16, #20
#30, #40, #80, #140, dan #180. Pada bagian paling bawah diletakkan sebuah alas yang
berguna untuk menyimpan pasir dengan ukuran terkecil. Semakin besar nomor ayakan
maka semakin kecil ukuran pasir yang tertahan. Dalam pengujian didapatkan data
seperti tabel di bawah.
MASSA AYAKAN
NO SIEVE Wn Sn Wn x Sn
SEBELUM SESUDAH
16 197 197 0 16
20 249 249 0 20
30 207 207 0 30
40 247 247 0 40
80 193 229 36 80 2880
140 249 551 302 140 42280
180 177 309 132 180 23760
Dasar 480 513 33
Σ Wn 503 Σ Wn x Sn 68920
Dari data tabel di atas, dihitung Nilai Grain Fitness Number (GFN), diperoleh
menggunakan rumus:
Σ(Wn x Sn)
GFN =
Σ Wn
68920
GFN = =137,017
503
Pada pengujian ini diperoleh GFN sebesar 137,017. Berdasarkan literatur, nilai
GFN yang optimum digunakan untuk pengecoran aluminium adalah sekitar 130-140.
Dalam praktikum kali ini ukuran butir dan distribusi pasir dapat dikatakan optimum
untuk aluminium karena nilai GFN di antara 130-140. Semakin tinggi nilai GFN maka
semakin halus butir pasir. Nilai GFN yang umum adalah berkisar antara 30 – 175
tergantung jenis logam yang digunakan. Berdasarkan nilai GFN yang diperoleh pada
praktikum kali ini, dapat dikatakan bahwa butir pasir yang digunakan cukup halus.
Distribusi pasir dikatakan ideal apabila sekitar 2/3 total jumlah pasir berada pada 3 nomor
sieve yang berurutan. Butir pasir dominan berhenti pada 3 ayakan terakhir dengan ukuran
mesh (80, 140, dan 180) dan cenderung memiliki tekstur halus karena mayoritas atau
sebagian besar pasir tertahan pada 3 ayakan terakhir.
E. Kesimpulan
1. Pasir cetak yang diuji cocok digunakan untuk pengecoran Aluminium karena butir
pasir memiliki nilai GFN sebesar 137,017 dan menunjukkan bahwa pasir memiliki
butir yang halus.
2. Secara umum, sifat mekanis (kekuatan geser dan kekuatan tekan) pada dry sand jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan green sand dan holding sand.
3. Kadar air, bentonite, dan aditif yang optimum dapat meningkatkan sifat mekanis dari
pasir cetak.
4. Jenis aditif berbeda memiliki fungsi dan pengaruh yang berbeda pula terhadap sifat
mekanis pasir cetak. Jenis aditif berupa tepung jagung memiliki efek lebih baik
terhadap kekuatan geser dan kekuatan tekan pasir cetak dibandingkan molases.
F. Daftar Pustaka
[1] Andoko, Riana N., and Alfian M.M. 2017. The Strength of Moulding Sand
Consisting of a Mixture of Bentonite, Tapioca Flour, and Sago Flour as a New
Binder Formula to Improve the Quality of Al-Si Cast Alloy. Mechanical Engineering
Science and Technology. 1 (1) : 32-37
[2] ASM International. 2008. ASM Handbook Vol. 15.
[3] Campbell, J. S. 1981. Principles of Manufacturing Materials and Processes. New
Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Co. Ltd.
[4] Modul Praktikum Metalurgi Proses. 2021. Departemen Teknik Metalurgi dan
Material Universitas Indonesia. Depok
[5] Ratnawulan, R., Fauzi, A., & Hayati, A. E. S. (2018, April). Characterization of
silica sand due to the influence of calcination temperature. In IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering (Vol. 335, No. 1, p. 012008). IOP Publishing.
G. Tugas Tambahan
1. Jelaskan apa yang dimaksud sampel basah, sampel kering, dan sampel holding serta
cara pembuatannya!
Jawab:
Sampel basah merupakan sampel pasir yang memiliki kelembaban yang
tinggi akibat penambahan kadar air yang merata.
Sampel holding merupakan sampel pasir yang didapatkan dengan
mendiamkan sampel basah selama 24 jam sehingga memiliki kadar
kelembaban yang minim.
Sampel kering merupakan sampel basah dengan penambahan bahan pengikat
organik yang dibakar dalam oven dengan temperature 200-300oC
Beberapa perbedaan dari sampel basah, sampel holding, dan sampel kering dapat
dilihat pada tabel berikut