Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala
atau menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian obat didapati ada berbagi
macam cara, diantaranya secara oral, parenteral, dermal, bucal, sublingual dan
sebagainya. Yang akan dibahas lebih lengkap dalam makalah kali ini adalah
pemberian obat atau sediaan parenteral (Perry Potter, 2006).
Sediaan parenteral merupakan sediaan seteril yang biasa diberikan
dengan berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara
bentuk obat yang terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau
membrane mukosa kebagian dalam tubuh. Jenis pemberian parenteral yang
paling umum adalah intra vena, intra muscular, subkutan, intrakutan dan intra
spinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan
kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat bila penderita tidak
dapat diajak bekerjasama, tidak sadar atau bila obat tersebut tidak efektif
dengan cara pemberian yang lain (Perry Potter, 2006).
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat
yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk
mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan
efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam
banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan (Perry
Potter, 2006).
Seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat
dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar
dan berdasarkan pengetahuan (Perry Potter, 2006).

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan injeksi intramuskular?
2. Apa tujuan pemberian injeksi intramuskular?
3. Dimana lokasi dilakukannya injeksi intramuskular?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi injeksi intramuskular?
5. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan injeksi
intramuskular?
6. Bagaimana cara pemberian obat melalui injeksi intramuskular?
7. Apa saja golongan obat yang termasuk dalam injeksi intamuskular?
8. Apa keuntungan dan kerugian injeksi intramuskular?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian injeksi intramuskular
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian injeksi intramuskular
3. Untuk mengetahui lokasi injeksi intramuskular
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi injeksi intramuskular
5. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan injeksi
intramuskular
6. Untuk mengetahui cara pemberian obat melalui injeksi intramuskular
7. Untuk mengetahui golongan obat yang termasuk dalam injeksi
intamuskular
8. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian injeksi intramuskular

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Injeksi Intramuskular


Injeksi intramuskuler ( IM ) adalah pemberian obat / cairan dengan cara
dimasukkan  langsung ke dalam otot (muskulus). Lokasi penyuntikan dapat
dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal
(posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).

2.2 Tujuan Pemberian Injeksi Intramuskular


1) Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih
cepat disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih
banyaknya suplai darah di otot tubuh .
2) Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat yang
diberikan melalui subcutan.
3) Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi
obat. Namun perawat harus nerhati-hati dalam melakukan injeksi secara
intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa
nyeri dan rasa takut pad pasien.

2.3 Lokasi Injeksi Intramuskular


1) Paha (vastus lateralis)
Posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini terletak antar sisi
median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya
tebal dan tumbuh secara baik pada orang deawasa dan anak-anak. Bila
melakukan injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena
pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area
injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan
dengan cara membagi area antara trokanter mayor sampai dengan kondila
femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi.
Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau duduk.

3
2) Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau
panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut
area von hoehstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular
karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area
ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.
3) Lengan atas (deltoid)
Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah fleksi tetapi
rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada
lengan atas bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi
intramuscular karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya
tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara
sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adlah meletakkan dua jari
secara vertical dib awah akromion dengan jari yang atas diatas akromion.
Lokasi injeksi adalah 3 jari dibawah akromion.
4) Dorsogluteal
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati- hati
sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi
ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun,
lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak dibawah 3 tahun karena
kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara
menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi
kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja
tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran
area luar atas.
5) Rectus femoris
Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga tengah paha
bagian depan. Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai
kedalaman yang tepat. Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi
antara 1-3 ml). Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat
penting untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat

4
alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid
injeksi yang mereka bawa kemana-mana.

2.4 Indikasi Dan Kontraindikasi Injeksi Intramuskular


1. Indikasi
Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama   karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral,
bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau
saras besar di bawahnya.
2. Kontraindikasi
Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf
besar di bawahnya.

2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Injeksi


Intramuskular
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1.      Tempat injeksi.
2.      Jenis spuit dan jarum yang digunak
3.      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4.      Kondisi atau penyakit klien.
5.      Obat yang tepat dan benar.
6.      Dosis yang diberikan harus tepat.
7.      Pasien yang tepat.
8.      Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.

2.6 Cara Pemberian Obat Melalui Injeksi Intramuskular


1. Alat dan bahan
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Semprit dan Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5  inci untuk
dewasa; 25- 27 G dan panjang 1 inci untuk anak-anak)

5
4.      Bak spuit 1
5.      Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6.      Perlak dan pengalas
7.      Obat sesuai program terapi
8.      Bengkok 1
9.      Buku injeksi/daftar obat

2. Cara Kerja
1.      Siapkan peralatan ke dekat pasien
2.      Pasang sketsel atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
3.      Cuci tangan
4.      Gunakan sarung tangan
5.      Kaji adanya alergi
6.      Mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B (Benar obat,
dosis,pasien, cara pemberian dan waktu)
7.      Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
8.      Letakkan perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan di
injeksi
9.      Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian pasien
10.  Mematahkan ampula dengan kikir
11.  Memakai handscoon dengan baik
12.  Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter
dengan teknik septic dan aseptic
13.  Menentukan daerah yang akan disuntik
a) Pada Daerah Lengan Atas (Deltoid)
b) Pada Daerah Dorsogluteal (Gluteus Maximus)
c) Pada Daerah Paha Bagian Luar (Vastus Lateralis)
d) Pada Daerah Paha Bagian Depan (Rectus Femoris)
14.  Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
15.  Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
injeksi.

6
16.  Mengangkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan
kiri (tangan yang tidak dominant)
17.  Tusukkan jarum ke dalam otot dengan jarum dan kulit membentuk
sudut 90o
18.  Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa
apakah jarum sudah masuk kedalam pembuluh darah yang ditandai
dengan darah masuk ke dalam tabung spuit (saat aspirasi jika ada
darah berarti jarum mengenai pembuluh darah, maka cabut segera
spuit dan ganti dengan spuit dan obat yang baru). Jika tidak keluar
darah maka masukkan obat secara perlahan-lahan
19.  Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum
keluar tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol agar darah tidak
keluar)
20.  Lakukan masase pada tempat bekas suntikan (pada injeksi suntikan
KB maka daerah bekas injeksi tidak boleh dilakukan masase,
karena akan mempercepat reaksi obat, sehingga menurunkan
efektifitas obat.
21.  Rapikan pasien dan bereskan alat (spuit diisi dengan larutan
chlorine 0,5% sebelum dibuang)
22.  Lepaskan sarung tangan rendam dalam larutan chlorine
23.  Cuci tangan

2.7 Golongan Obat Yang Termasuk Dalam Injeksi Intamuskular


Obat yang sering diinjeksikan dengan cara intramuskular adalah:

1. Metoclopramide
2. Codein
3. Suntikan KB
4. Vaksin
5. Suspensi Penisilin
6. Hormone Kelamin

7
2.8 Keuntungan Dan Kerugian Injeksi Intramuskular

A. Keuntungan
1. Tidak diperlukan keahlian khusus
2. Dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak
3. Absorbsi cepat obat larut dalam air
B. Kerugian
1. Rasa sakit
2. Tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah
3. Bioavibilitas berfariasi.
4. Obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat ke jaringan otot dengan menggunakan spuit. Injeksi intramuskuler
digunakan untuk pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan
dengan subcutan. Dan tempat yang bisa dilakukan untuk injeksi intramuskuler
adalah Deltoid/lengan atas,Dorso gluteal/otot panggul,Vastus lateralis,Rektus
femoralis. Alat-alat yang digunakan dalam melakukan tindakan injeksi
intramuskuler adalah Handscoon 1 pasang, Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau
spuit  imunisasi,Bak instrument,Kom berisi kapas alcohol,Perlak dan
pengalas,Bengkok,Obat injeksi dalam vial atau ampul,Daftar pemberian
obat,Kikir ampul bila diperlukan,Waskom larutan klorin 0,5 %,Tempat cuci
tangan,Handuk/lap tangan,Kapas alkohol.

3.2 Saran
Setiap tindakan medis harus dilakukan secara benar. Benar pasien,benar
obat,dan benar cara.

Anda mungkin juga menyukai