Anda di halaman 1dari 15

PRODI D4 AKUNTANSI KEUANGAN POLTEKPOS

MATERI PERPAJAKAN VIA DARING


DOSEN : RIMA SUNDARI
SUB MATERI : PPH Pasal 22,23,24 dan 25

PPH PASAL 22
Pajak Penghasilan pasal 22 adalah Pajak Penghasilan yang dibayarkan di muka atas
penggunaan uang APBN, import, dan barang-barang tertentu sehingga pada pasal 22 terdiri atas
tiga kelompok, yaitu :
 PPh pasal 22 Bendaharawan. (Tarif = 1,5%)
 PPh pasal 22 Impor. (Tarif = 2,5% memiliki API, Tarif = 7,5% tidak memiliki API)
 PPh pasal 22 Untuk barang-barang tertentu. (tarif terlampir)

TARIF PUNGUTAN DAN SIFAT PEMUNGUTAN


(Pasal 22 ayat (2) UU PPh jo Kep.Men.Keu No.: 254/KMK.03/2001) jo Nomor: 392/KMK.03/2001
jo Nomor: 236/KMK.03/2003 jo PMK Nomor 154/PMK.03/2007 Jo Nomor 08/PMK.03/2008)
1. Atas impor yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), sebesar 2,5% dari Nilai
Impor (NI); yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% dari Nilai Impor (NI); yang tidak
dikuasai, sebesar 7,5% dari Harga Jual Lelang (HJL).
2. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 2, 3, dan 4 tersebut
sebesar 1,5% dari harga pembelian dan tidak bersifat final.
3. Atas Impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API sebesar
0,5% dari nilai impor.
4. Atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 7 tersebut di atas,
besarnya pungutan PPh Pasal 22 adalah sebesar 0,25% dari harga pembelian dan tidak
bersifat final.
Perdirjen No. PER 23/PJ/2009 :
 Tentang Tarif dan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, serta Pelaporan PPh Pasal 22
Oleh Industri dan Eksportir yang Bergerak Dalam Sektor Perhutanan, Perkebunan,
Pertanian, dan Perikanan atas Pembelian Bahan-bahan untuk Keperluan Industri atau
Ekspor mereka dari Pedagang Pengumpul.

1
 Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut atas pembelian bahan-bahan
oleh pemungut adalah sebesar 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari harga
pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai. (Mulai berlaku 12 Maret 2009)

Ket : Angka Pengenal Importir (API) merupakan tanda pengenal yang harus dimiliki oleh
setiap importir atau perusahaan yang melakukan perdagangan impor. .

Nilai Import : nilai berupa uang yg mjd dasar perhitungan BM, yaitu CIF ditambah BM dan
pungutan lainnya sesuai UU Kepabeanan di bidang import.

5. Atas penjualan hasil produksi atau pembelian bahan-bahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 butir 5, 6 dan 7 berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan
Dirjen Pajak:
a. Atas penjualan hasil produksi industri otomotif di dalam negeri, besarnya pungutan PPh
Pasal 22 adalah 0,45% dari DPP PPN dan tidak bersifat final
b. Atas penjualan hasil produksi industri kertas di dalam negeri, besarnya pungutan PPh Pasal
22 adalah 0,1% dari DPP PPN dan tidak bersifat final.
c. Atas penjualan hasil produksi industri semen di dalam negeri, besarnya pungutan PPh
Pasal 22 adalah 0,25% dari DPP PPN dan tidak bersifat final.
d. Atas penjualan hasil produksi industri baja di dalam negeri, besarnya pungutan PPh Pasal
22 adalah 0,3% dari DPP PPN dan tidak bersifat final.

e. Atas penjualan bahan bakar oleh Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang
bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix dari hasil produksinya, besarnya
pungutan PPh Pasal 22:
• Premium:
– SPBU Swastanisasi 0,3% dari penjualan atau Rp. 2.100,00/KL
– SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan atau Rp. 1.750,00/KL
• Solar:
– SPBU Swastanisasi 0,3% dari penjualan atau Rp. 1.140,00/KL
– SPBU Pertamina 0,25% dari penjualan atau Rp. 950,00/KL
• Premix:
– SPBU Swastanisasi .........0,3% dari penjualan
– SPBU Pertamina .............0,25% dari penjualan
• Minyak tanah 0,3% dari penjualan atau Rp. 912,00/KL
• Gas LPG 0,3% dari penjualan atau Rp. 2.250,00/KL
• Pelumas 0,3% dari penjualan

2
Sifat pemungutan bersifat final apabila dijual kepada penyalur atau agennya.

f. Tepung Terigu dan Gula Pasir


• Tepung terigu
– Penyerahan kepada penyalur Rp.53,00/zak
– Penyerahan kepada grosir Rp.38,00/zak
– Penyerahan kepada pembeli lainnya Rp.91,00/zak
• Gula Pasir
– Penyerahan kepada penyalur Rp.380,00/zak
– Penyerahan kepada grosir Rp.270,00/zak
– Penyerahan kepada pembeli lainnya Rp.650,00/zak

DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPH PASAL 22


a. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang undangan tidak terutang Pajak Penghasilan
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak Pertambahan
Nilai :
1. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan atas timbal balik;
2. barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah
Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor
Indonesia;
3. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;
4. barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum;
5. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

6. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
7. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8. barang pindahan;
9. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang
kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Pabean;
10. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum;

3
11. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukan bagi keperluan pertahanan dan ketahanan negara;
12. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara;
13. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
14. buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;
15. kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan
suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan
penangkapan ikan nasional;
16. pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;
17. kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliaharaan serta
prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;
18. peralatan yang digunakan untuk Penyediaan data batas dan photo udara wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia;
c. Dalam hal impor sementara jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk
diekspor kembali;
d. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
e. pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM dan
benda-benda pos;
f. emas batangan yang diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk
tujuan ekspor;
g. pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor
Pembendaharaan dan Kas Negara;
h. impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

4
CONTOH SOAL :

1. CV. MAKMUR menandatangani kontrak dengan Pemerintah Kota Pasuruan untuk melakukan
penyediaan ATK senilai Rp 110.000.000,00.
Berapakah besar beban PPh 22?
Jika kontrak tersebut meliputi pula penyediaan 10.000 lembar materai nominal Rp 6.000,00 at
cost, berapakah besar beban PPh 22?
Jawaban :
Beban PPh 22 = 1,5% x 110.000.000
= 1,5% x 110.000.000
= Rp 1.650.000,00
Beban PPh 22 = 1,5% x (110.000.000 – 60.000.000) materai bkn objek pph 22
= 1,5% x 50.000.000
= Rp 750.000,00
2. CV. MAKMUR memiliki nomor API dan melakukan impor komputer dari USA dengan perincian
sbb :

Harga Komputer (Cost) US$ 20,000

Asuransi (Insurance) US$ 1,000

Biaya Angkut (Freight) US$ 4,000

Harga Pabean US$ 25,000

Pungutan :
 Bea Masuk US$ 5,000
 Bea Masuk Tambahan 10% US$ 2,500

NILAI IMPOR US$ 32,500

Apabila pada tanggal Impor / sesuai dokumen Impor (Pemberitahuan Impor Brg/PIB) nilai kurs
US $ 1.00 = Rp. 10,000, maka berapakah pph pasal 22 yang terutang ?

Jawab :

DPP PPh Pasal 22 : US$ 32,500 X Rp. 10.000,- = Rp. 325.000.000,-

PPH Pasal 22 yang terutang atau harus dipungut = Rp. 325.000.000,- X 2,5% = Rp.
8.125.000,-

5
3. Andaikan PKP fiskal PT.X adalah Rp38.175.892. Kemudian PT. X membeli mesin baru
sebanyak 5 buah dengan harga @ $46,000 (kurs Rp8.600) diasuransikan 10% dari harga,
atas impor dikenakan bea masuk 5% dan PPN 10%. PT.X mempunyai API.
Ditanya : Hitung PPh 22 Impor dan buatkan jurnalnya ! serta hitung PPh yang masih harus
dibayar PT.X!
Jawab:
Perhitungan nilai impor :
5 mesin @ 46,000 $230.000
Asuransi 10% 23.000
$253.000
Bea masuk 5% 12.650
Nilai Impor $265.650
Nilai impor = $265.650 x Rp8.600 = Rp2.284.590.000
PPh Pasal 22 = 2,5% x 2.284.590.000 =57.114,750
Perusahaan menjurnal:
a. Untuk membayar mesin
Mesin Rp2.284.590.000
Kas Rp2.284.590.000
b. Untuk memhayar PPh pasal 22
PPh pasal 22 Rp57.114.750
Kas Rp57.114.750
Perhitungan PPh PT.X sbb :
Pajak terurang 10% x Rp38.175.000 = Rp 3.817.500
Kredit pajak:
PPh pasal 22 impor 2,5% x Rp2.284.590.000 = Rp57.114.750
Pajak lebih (kurang) bayar Rp53.297.250
4. PT.C menjual barang senilai Rp 100,000,000. Barang tersebut berupa semen.
Ditanya: Buatkan jurnalnya!
Jurnalnya adalah sebagai berikut :
a. Saat memungut PPh pasal 22
Kas Rp 100.250.000
Utang PPh pasal 22 Rp 250.000
Penjualan Rp 100.000.000
b. Saat menyetorkan PPh pasal 22

6
Utang PPh pasal 22 Rp 250.000
Kas Rp 250.000

PPH PASAL 23
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak atas penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21.

TARIF
1. 15% dari jumlah bruto atas:
a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final
b. Bunga, termasuk premium,diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
c. Royalti dan
d. Hadiah, bonus, dan penghargaan dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh
pasal 21.
2. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
3. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa
konsultan.
4. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, yaitu:
a. Jasa penilai;
b. Jasa Aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d. Jasa perancang;
e. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan oleh BUT;
f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i. Jasa penebangan hutan
j. Jasa pengolahan limbah
k. Jasa penyedia tenaga kerja
l. Jasa perantara dan/atau keagenan;

7
m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan KSEI
dan KPEI;
n. Jasa kustodian/penyimpanan-/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
p. Jasa mixing film;
q. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan
dan perbaikan;
r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya
di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi
s. Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi
t. Jasa maklon
u. Jasa penyelidikan dan keamanan;
v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
w. Jasa pengepakan;
x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang
atau media lain untuk penyampaian informasi;
y. Jasa pembasmian hama;
z. Jasa kebersihan atau cleaning service;
Z1. Jasa katering atau tata boga.

Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.

CONTOH SOAL 1 :

CV. MAKMUR menandatangani sebuah kontrak untuk melaksanakan pengolahan limbah dengan
teknik sanitary landfill di 10 lokasi dengan imbalan jasa sebesar Rp 35.000.000,00. Berapakah
besarnya PPh 23 yang dipotong oleh klien terhadap CV. MAKMUR ?

Jawaban :

Beban PPh 23 = 2% x 35.000.000

= Rp 700.000,00

8
CONTOH SOAL 2 :

CV. SULIT meminjam uang pada 1 Juli 2012 senilai Rp 1.000.000,00 kepada PT. KAYA MODAL
dengan bunga 8% per tahun. Kesepakatan mensyaratkan CV. SULIT membayarkan bunga pada
31 Juni 2012 dan 2013, serta mengembalikan seluruh pokok pinjaman pada saat pembayaran
bunga kedua. Berapakah besar beban PPh 23 masing – masing di tahun 2012 ?

Jawaban :

Beban PPh 23 2012 = Beban PPh 23 2013

= 15% x 8% x 1.000.000

= 15% x 80.000

= Rp 12.000,00

CONTOH SOAL 3 :
Pada tanggal 31 Januari 2007, PT JEC melakukan pembagian dividen kepada pemegang saham
sehesar Rp 45.000.000.
PPh pasal 23 = 15% x p 45.000.000 = Rp 6.750.000
Jurnal:
Laba ditahan Rp 45.000.000
Utang PPh pasal 23 Rp 6.750.000
Kas Rp 38.250.000

PPH PASAL 24
Adalah pajak penghasilan yang terutang atau dibayarkan di luar negeri atas penghasilan yang
diterima atau yang diperoleh dari luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan
yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.
Untuk menghindari pengenaan pajak ganda maka atas pajak yang dikenakan dari penghasilan
luar negeri tersebut dapat dikreditkan oleh perusahaan dengan cara:
1. Menghitung Batas Maksimum Kredit Pajak Luar Negeri.
2. Pajak Penghasilan yang dikreditkan dalam tahun pajak yang sama.

TARIF DAN CARA MENGHITUNG


1. Hitung Pajak yang dibayarkan di luar negeri

9
2. Hitung pajak yang terutang dari total penghasilan (DN + LN) menggunakan tarif progresif
PPh Pasal 17 (untuk badan dan orang pribadi)
Catatan: untuk orang pribadi total penghasilan harus dikurangi PTKP
3. Hitung limitation:
Penghasilan dari LN x Total pajak terutang(no.2)
Total penghasilan (DN+LN)
4. Bandingkan jumlah dari no 1 dan no 3, ambil nilai yang terkecil

Catatan :
 Kerugian dari DN diperhitungkan dalam menetapkan Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
 Kerugian dari LN tidak diperhitungkan dalam menetapkan DPP.
 Penghasilan yang dikenakan PPh Final harus dikeluarkan dari perhitungan DPP.
 Jika terdapat penghasilan luar negeri dari beberapa negara, perhitungan PPh Ps. 24–nya
dihitung per negara (per country limitation)
 Batas Maksimum Kredit Pajak yang diambil adalah nilai yang terendah dari unsur 3
perhitungan berikut :
1. Jumlah pajak yang terhutang/dibayar diluar negeri
2. Jumlah pajak yang terhutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal
PKP lebih kecil dari PH luar negri)
3. (Penghasilan luar negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) X PPh terhutang atas
seluruh penghasilan (tarif pasal 17 UU PPh)

CONTOH SOAL :
1. PT.Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut :
 Penghasilan luar negeri Rp.500.000.000 dengan tarif pajak 40%
 Penghasilan usaha di Indonesia Rp.750.000.000,-
 Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah Rp.1.250.000.000,--
Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 )
1. PPh dibayar diluar negeri :
40% X Rp.500.000.000 = Rp.200.000.000,-
2. PPh terhutang sesuai tarif psl 17 :
28% X Rp.1.250.000.000 = Rp.350.000.000,-
3. PPh berdasarkan perbandingan :
500.000.000 : 1.250.000.000 X Rp.350.000.000,- = Rp.140.000.000

10
Besarnya kredit pajak (psl 24) adalah Rp.140.000.000,--
2. PT.Dianawati memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :
 Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan tarif pajak 20%.
 Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan tarif pajak 15%
 Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,--
Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :
Penghasilan kena pajakRp.1.250.000.000,--
PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.250.000.000 Rp.350.000.000,--
Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :
- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.400.000.000 = Rp. 80.000.000,-
- (400.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.112.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.80.000.000,-- (a)
- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,-
- (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.140.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,-- (b)
Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.155.000.000,- (a+b)
Atau jumlah kredit pajak luar negri yang diperkenankan adalah Rp. 155.000.000,-

PPH PASAL 25
Pasal ini mengatur tentang pembayaran angsuran pajak oleh wajib pajak sendiri dalam tahun
berjalan, baik untuk wajib pajak perseorangan maupun wajib pajak badan.

ANGSURAN INI DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI KREDIT PAJAK (PENGURANG) TERHADAP


PAJAK TERUTANG ATAS SELURUH PENGHASILAN WP PADA AKHIR TAHUN YANG
DILAPORKAN DALAM SPT TAHUNAN PPh.

Kewajiban Wajib Pajak yaitu :


MENGHITUNG SELURUH PENGHASILAN :
1) DARI DALAM NEGERI

11
 TEMPAT BEKERJA
 DARI SUMBER LAIN

2) DARI LUAR NEGERI

 MENGHITUNG PAJAK TERUTANG TOTAL


 MENGHITUNG KURANG / LEBIH BAYAR PAJAK (PENGKREDITAN
PAJAK-PAJAK YANG SUDAH DIBAYAR

CARA PERHITUNGAN

ANGSURAN = PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN DIKURANGI PPh YANG TELAH
DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN (PPh PASAL 21, PASAL 22, PASAL 23) DAN PPh PASAL 24
YANG TERUTANG DI LN YANG BOLEH DIKREDITKAN

ANGSURAN = PPh TERUTANG – (PPh PASAL 21+ PPh PASAL 22 + PPh PASAL 23 + PPh
PASAL 24 YANG BOLEH DIKREDITKAN

CONTOH SOAL :
1) PPh TERUTANG BERDASAR SPT : Rp 100.000.000
DIKURANGI :
PPh PASAL 21 Rp 14.000.000
PPh PASAL 22 Rp 10.500.000
PPh PASAL 23 Rp 7.500.000
PPh PASAL 24 Rp 10.000.000
TOTAL Rp 42.000.000
SELISIH Rp. 58.000.000

BESARNYA ANGSURAN PAJAK = Rp 58.000.000 / 12


= Rp 4.833.333
≈ Rp 4.833.000
Jadi besarnya angsuran PPH Pasal 25 setiap bulan adalah sebesar Rp. 4.833.000,-
2) Jumlah PPh terutang Tuan Danu sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2009
= Rp.30.000.000,00
Pada tahun 2009, PPh yang telah dibayar dan dipotong/dipungut:
- PPh Pasal 21 Rp. 5.000.000,00

12
- PPh Pasal 22 Rp. 3.000.000,00
- PPh Pasal 23 Rp. 2.000.000,00
- PPh Pasal 24 Rp. 2.000.000,00
- PPh Pasal 25 Rp.12.000.000,00
Jumlah Rp.24.000.000,00
PPh Kurang Bayar (Pasal 29) tahun 2009 = Rp. 6.000.000,00
Jawab :
Besarnya angsuran PPh pasal 25 tahun 2010 adalah:
PPh yang terutang tahun 2009 Rp.30.000.000,00
Pengurangan:
1. PPh Pasal 21 Rp.5.000.000,00
2. PPh pasal 22 Rp.3.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp.2.000.000,00
4. PPh Pasal 24 Rp.2.000.000,00
Jumlah Rp.12.000.000,00
Dasar perhitungan PPh Pasal 25 Tahun 2010 Rp.18.000.000,00
Besarnya PPh Pasal 25 per bulan:
= Rp.18.000.000,00 : 12 = Rp. 1.500.000,00
Jadi, Tuan Danu harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun
2010 mulai masa Maret-Desember masing-masing sebesar Rp.1.500.000,00.

PPH PASAL 4 AYAT 2 (BERSIFAT FINAL/TIDAK BISA


KREDIT PAJAK)

Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah pajak atas penghasilan tertentu di mana mekanisme
pemajakannya telah dianggap selesai pada saat dilakukan pemotongan, pemungutan atau
penyetoran sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.

Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikannya perlakuan khusus ini adalah demi


kesederhanaan dalam pemungutan pajak, keadilan, serta pemerataan dalam pengenaan
pajaknya agar tidak menambah beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat
Jenderal Pajak, serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter.
Terdapat 23 jenis penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
13
sebagaimana yang diatur dalam pasal 4 ayat (2), pasal 15, pasal 17 ayat (2d), pasal 19, pasal 21
dan pasal 22 Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Penghasilan
tersebut diantaranya adalah: Penghasilan dari Hadiah Undian, Bunga Deposito dan Tabungan,
Penghasilan Hak atas Tanah dan Bangunan, Penjualan Saham di Bursa Efek, Diskonto Surat
Perbendaharaan Negara, Usaha Jasa Konstruksi, Uang Pesangon yang dibayarkan sekaligus,
Selisih Lebih dari Revaluasi Aktiva Tetap, serta jenis-jenis penghasilan lainnya.

Objek PPh Final

 Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank
Indonesia termasuk bungayang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang
ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

Definisi

1. Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito
berjangka, sertifikat deposito dan "deposit on call" baik dalam mata uang rupiah maupun
dalam mata uang asing (valuta asing) yang ditempatkan pada atau diterbitkan oleh bank.
2. Tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk giro, yang
penarikannya dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-
masing bank.

Pemotong

1. Bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia


2. cabang bank luar negeri di Indonesia
3. Bank Indonesia

Tarif

1. Untuk WPDN dan BUT : 20% dari jumlah bruto,


2. Untuk WPLN : 20% dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan P3B yang berlaku

CONTOH SOAL :

14
1. PT X menyewa sebuah gudang dari PT B sebesar Rp 3.000.000 selama 3 bulan. Buat jurnal
dan bagaimana pencatatannya pada akhir periode akuntansi untuk laporan keuangan
Desember 2013 !
Jurnal:
 Jurnal Untuk PT X (selaku Penyewa) :
Biaya sewa Rp 3.000.000
Utang PPh Final (10%xRp 3.000.000) Rp 300.000
Kas Rp 2.700.000

 Saat Pembayaraan PPh Final ke Kas Negara :

Utang PPh Final Rp 300.000


Kas Rp 300.000
 Jurnal Untuk PT B :
Kas Rp 2.700.000
Pendapatan Sewa Rp 2.700.000

2. Tuan Budi menyimpan uang di Bank A berbentuk deposito sebesar 100.000.000 dengan
tingkat suku bunga 12 % per tahun sehingga menerima bunga setiap bulan
sebesar 1.000.000. Atas bunga sebesar 1.000.000 dipotong PPh Pasal 4 (2) sebesar :
1.000.000 x 20 % = 200.000. Uang yang diterima tuan budi dari bunga deposito per bulan
sebesar : 1.000.000-200.000 = 800.000.

15

Anda mungkin juga menyukai