Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. S DENGAN GOUT (ASAM URAT)

DI DESA PLEBEAN KECAMATAN GRINGSING

Disusun Oleh :

KATERINE DESTITADELLA HERIAWAN


2008036

FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK

PROGRAM STUDI PROFESI

SEMARANG

2020
I. Konsep Teori
A. Definisi
Penyakit Asam Urat atau dalam dunia medis disebut penyakit Pirai
/penyakit (ArthritisGout) adalah penyakitsendiyang disebabkan oleh tingginya
asam urat didalam darah. Kadar asam urat yang tinggi didalam darah melebihi
batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ
tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan
meradang. Pada kasus yang parah, penderita penyakit in itidak bisa berjalan,
persendian terasa sangat sakit jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi, dan
cacat (Sutanto,2013).
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurisemi dan serangan sinopitis akut berulang-ulang.Penyakit
ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai lanjut usia dan wani
tapasca Menopause (Nurarif,2015).
Jadi, dari definisidi atas makaGout Arthritis merupakan penyakit inflamasi
sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah,yang ditandai
dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat didalam atau pun disekitar
persendian berupaTofi.
B. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh
faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
peningkatan produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya
pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan
produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi
kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria,
sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout
Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun
(Susanto, 2013).
C. Faktor Risiko
1. Usia
Pada umumnya serangan GoutArthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari
usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout
Arthritis terjadipada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada
saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah
yang dapat membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga
Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab
wanita memiliki hormon ektrogen.
3. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat didalam
darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
4. Konsumsi alkohol
5. Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah
(kurangdari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Anti hipertensi.
D. Gambaran Klinis
1. Gout Arthritis Akut
Gout Arthritis banyak ditemukan pada laki-laki setelah usia 30tahun,
sedangkan pada perempuan terjadi setelah Menopaus. Hal ini disebabkan
kadar Usam Urat laki-laki akan meningkat setelah pubertas, sedangkan pada
perempuan terdapat hormon estrogen yang berkurang setelah Menopaus
(Asikin, 2016).
Gout Arthritis Akut biasanya bersifat Monoartikular dan ditemukan
pada sendi MTP ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan. Nyeri sendi
hebat yang terjadi mendadak merupakan ciri khas yang ditemukan pada Gout
Arthritis Akut. Biasanya, sendi yang terkena tanpa merah,licin,dan bengkak.
Klien juga menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan
Akut dapat diakibatkan oleh tindakan pembedahan, traumalokal, obat, alkohol
dan stres emosional serangan Gout Arthritis Akut biasanya dapat sembuh
sendiri. Sebagian besar gejala serangan Akut akan berulang setelah 10-14
hari walaupun tanpa pengobatan (Asikin,2016).
Perkembangan serangan Gout Arthritis Akut biasanya merupakan
kelanjutan dari suatu rangkaian kejadian. Pertama, biasanya terdapat Super
saturasi Urat dalam plasma dan cairan tubuh. Hal ini diikuti dengan
pengendapan Kristal Asam Urat. Serangan Gout Artritis yang berulang juga
dapat merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptur Tofi (endapan natrium
urat). Kristalisasi dan endapan Asam Urat merangsang serangan Gout
Arthritis. Kristal AsamUrat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit
dan saat leukosit memakan Kristal Urat tersebut, maka respon mekanisme
peradangan lain akan terangsang. Respon peradangan dipengaruhi oleh letak
dan besar endapan Kristal Asam Urat. Reaksi peradangan yang terjadi
merupakan proses yang berkembang dan memperbesar akibat endapan
tambahan Kristal dari serum. Periode tenang antara serangan Gout Arthritis
Akut dikenal dengan nama GoutInterkritikal (Asikin, 2016).
2. GoutArthritisKronis
Serangan Gout Arthritis Akut yang berulang dapat menyebabkan Gout
Arthritis Kronis yang bersifat Poliartikular. Erosisendi akibat Gout Arthitis
Kronis menyebabkan nyeri kronis, kaku dan Deformitas. Akibat adanya
Kristal Urat, maka terjadi peradangan Kronis. Sendi yang membengk akakibat
Gout Arthritis Kronis sering kali membesar dan membentuk Nodular.
Serangan Gout Arthritis Akut dapat terjadi secara simultan disertai dengan
gejala Gout Arthritis Kronis. Pada Gout Arthritis Kronis sering kali ditemukan
Tofi.Tofi merupakan kumpulan Kristal Urat pada jaringan lunak. Tofi dapat
ditemukan dibursa olecranon, tendon achilles, permukaan ekstensor dari
lengan bawah,bursa infrapatella danhelix telinga (Asikin, 2016).
E. Patofisiologi
Kelainan pada sendi metatarsofangeal terjadi akibat ditemukan penimbunan
Kristal pada membran esinovia dan tulang rawan artikular. Pada fase
lanjutakan terjadi erosi tulang rawan, proliverasisinovia dan pembentukan
panus, erosikistik tulang serta perubahan gout sekunder. Selanjutnya, terjadi
tofus dan fibrosis serta ankilosis pada tulang kaki.
Adanya gout pada sendi kaki menimbulkan respon lokal, sistemik dan
psikologis. Respon inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf sehingga
menimbulkan respon nyeri. Degenerasi kartilago sendi dan respon nyeri
menyebabkan gangguan mobilitas fisik. Peningkatan metabolis mmenyebabkan
pemakaian energy berlebih sehingga klien cenderung mengalami malaise,
anoreksia dan status nutrisi klien tidak seimbang. Pembentukan panus pada
pergelangan kaki menyebabkan masalah citra tubuh dan prognosis penyakit
menimbulkan respon sansietas (Muttaqim,2012:396).
F. Pathway

Multifaktor yang menyebabkan


terjadinya penimbunan kristal
urat
Respon sistemik
Respon psikologis
Atritis gaut pada kaki

Peningkatan
Ansietas Respon lokal metabolisme umum

Penimbunan kristal Malaise, mual,


pada sinovia dan tulang anoreksia

Erosi tulang rawan, roliferasi Defisit nutrisi


Respon inflamasi lokal
sinova, pembentukan panus

Pembentukan
Kompresi saraf Degenerasi kartilago
tofus pada kaki

Gangguan mobilitas fisik


Nyeri Perubahan
bentuk kaki
Gangguan konsep diri, citra
diri
Sumber : mutaqim, 2012

G. ManifestasiKlinis
Penyakit iniumumnya ditandai dengan rasa nyeri hebat yang tiba-tiba
menyerang sebuah sendi pada saat tengah malam, biasanya pada ibu jari kaki
(sendi) metatarsofalangeal pertama atau jari kaki (sendi tarsal). Jumlah sendi yang
meradang kurang dari empat (oligoartritis), dan serangannya disatu sisi
(unilateral). Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri.
Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris (satu sisi tubuh).
Berikut beberapa tanda dan gejala asam urat:
1. Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan, bahkan membengkak berwarna
kemerahan (meradang).
2. Biasanya, persendian terasa nyeri saat pagi hari (baru bangun tidur) atau
malam hari.
3. Rasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang.
4. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, lutut, tumit, pergelangan
tangan, dan siku.
5. Pada kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat bergerak, bahkan
penderita sampai tidak bisa jalan. Tulang di sekitar sendi juga bisa kropos
atau mengalami pengapuran tulang.
H. Komplikasi
Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari arthritis gout meliputi severe
degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin,
kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga
berperan dalam proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis,
dekstruksi kartilago, danerosi tulang. Kristal mono sodium urat dapat
mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan IL-1, merangsang sintesis nitricoxide
dan matriks metallo proteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago,
kristal monosodiumurat mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin
dan menurunkan fungsi anabolic yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan
juxta artikular tulang.
Gout Arthritis telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya
batuginjal. Penderita dengan gout arthritis membentuk batu ginjal karena urin
memiliki pH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut.
Terdapat tiga hal yang signifikan kelainan pada urin yang digambarkan pada
penderita dengan uric acid nepbrolitbiasis yaitu hiperurikosuria (disebabkan
karena peningkatan kandungan asam urat dalam urin), rendahnya pH
(yang mana menurunkan kelarutan asam urat), dan rendahnya volume urin
(menyebabkan peningkatan konsentrasi asam urat pada urin).
I. Penatalaksanaan
Menurut Helmi (2013:301-302), sasaran terapi gout arthritis yaitu
mempertahankan kadar asam urat dalam serum dibawah 6 mg/dl dan nyeri yang
diakibatkan oleh penumpukan asam urat. Tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu
mengurangi peradangan dan nyeri sendi yang dtimbulkan oleh penumpukan kristal
mono sodium urat mono hidrat. Kristal tersebut ditemukan pada jaringan kartilago,
subkutan dan jaringan particular, tendon, tulang, ginjal serta beberapa tempat
lainnya. Selain itu terapi gout juga bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan
penyakit lebih lanjut karena penumpukan kristal dalam medulla ginjal akan
menyebabkan Chronic Urate Nephropathy serta meningkatkanresiko terjadinya
gagal ginjal. Terapi obat dilakukan dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan dan penurunan kadar asam
uratdalam serumdarah.
1. Terapi Farmakologis
Pengobatan arthritis gout dilakukan antara lain:
a) Nonsteroid Anti-inflammatory Drugs (NSAID). Terdapat beberapa
NSAID, namun tidak semua memiliki infektifitas dan keamanan yang
baik untuk terapi gout akut.
b) Colchicine. Colchicine tidak direkomendasikan untuk terapi jangka
panjang gout akut. Colchicine hanya digunakan selama saat kritis untuk
mencegah serangan gout.
c) Corticosteroid. Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan
gejala gout akut dan akan mengontrol serangan.
d) Probenecid. Digunakan terutama pada kondisi insufisiensi ginjal GFR <50
ml/min.
e) AllopurinoL. Sebagai penghambat xantin oksidase, allopurinol segera
menurunkan plasma urat dan konsentrasi asam urat disaluran urin, serta
mamfasilitasi mobilisasi benjolan.
f) Uricosuric. Obat ini memblokre absorbsi tubular dimana urat disaring
sehingga mengurangi jumlah urat metabolic, mencegah pembentukan
benjolan baru dan memperkecil ukuran benjolan yang telah ada.

Apabila intervensi dan diagnosis gout arthritis dilakukan pada fase awal,
intervensi ortopedi jarang dilakukan. Pembedahan dengan bedah dilakukan
pada kondisi gout arthritis kronis.

2. Terapi Non-Farmakologis
1) Diet dibagi para penderita gangguan asam urat mempunyai syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Pembatasan urin. Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka
penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin.
b. Kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan
berat badan.
c. Tinggi karbohidrat. Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,
roti, dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita asam urat karena
akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah protein. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi misalnya
daging kambing,ayam,ikan,hati, keju,udang,telur.
e. Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui
urine. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan
mentega sebaiknya dihindari.
f. Tinggi Cairan. Konsumsi cairan yang yang banyak dapat membantu
membuang asam urat melalui urin. Oleh karena itu, disarankan untuk
menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas satu
hari.
g. Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam
urat mereka yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi, dibandingkan
mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini dikarenakan
alkohol akan meningkatkan asam laktat. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
2) Menurut teori Andarmoyo (2013) manajemen non farmakologi gout
arthritis yaitu diantaranya dengan mengajarkan teknik distraksi,
relaksasi,bimbingan antisipasi, dan terapi kompres hangat. Kompres
hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres
hangat yang digunakan untuk memenuhi rasa nyaman dan mengurangi
rasa nyeri tindakan ini digunakan untuk klien yang mengalami nyeri
(Hidayat,2012).
II. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:
a. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan
terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkanadanya keluhannyeriyangterjadidiototsendi. Sifatdarinyerinya
umumnya seperti pegal /di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang
dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi,
keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan
pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau
jaringan sekitar.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit
Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan
sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
f. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien
dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan
individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat
respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan
penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan
mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diriya maladaptif.

g. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (headtotoe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati
daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat
bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah
terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi
dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa
gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut
aktif, pasif atau abnormal.
i. Pemeriksaan Diagnosis
(1) Asam Urat meningkat dalam darah danurin.
(2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama faseakut).
(3) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan kritalurat.
(4) PemeriksaanRadiologi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis yang telah disesuaikan
dengan SDKI (2017) adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.
e. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut berhubungan 1.Pain level Pain Management
dengan agen cedera 2.Pain control 1.1 Mengkaji skala
biologis (D.0077). 3.Comfort level nyeri
Kriteria hasil: 1.2 Berikan posisi
nyaman,
1.Melaporkanbahwa relaksasi nafas
nyeri berkurang dalam jika
dengan menggunakan terasa nyeri
manajemennyeri
1.3 Berikan kompres
2.Mampu mengenali nyeri air hangat untuk
(skala, mengurangi
intensitas,frekuensi. intensitas nyeri
Dan tanda nyeri) 1.4 Pantau kadar asam
3.Menyatakan rasa urat
nyaman setelah nyeri
berkurang 1.5 Berikan obat asam
urat
2 Gangguan mobilitas fisik 1. Joint Movement: Active Exercise therapy:
berhubungan dengan nyeri 2. Mobility Level Ambulation
sendi (D.0054) 3. Self Care: ADLs 2.1 kaji kemampuan
4. Transfer klien dalam
Performance mobilisasi
dengan kriteria hasil: 2.2 Latih klien dalam
1. Klien meningkat pemenuhan ADLs
dalam aktivitas fisik secara mandiri
2.Mengerti tujuan dari sesuai
peningkatan kemampuan
moblitas 2.3 Bantu klien untuk
3.Memverbalisasikan menggunakan
perasaan dalam tongkat saat
meningkatkan kekuatan berjalan dan cegah
dan kemampuan berpindah terhadap cedera
2.4 Dampingi dan
bantu klien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan ADLs
klien.
2.5Ajarkan klien
merubah posisi dan
berikan bantuan
3 Ansietas berhubungan 1.Anxiety Self-control AnxietyReduction
dengan ancaman terhadap 2. Anxiety Level 3.1 Identifikasi tingkat
status kesehatan (D.0080) 3. Coping kecemasan
Dengan kriteria hasil: 3.2 Gunakan
1. Klien mampu pendekatan yang
mengidentifikasi menenangkan
dan mengungkapkan 3.3 Temani klien
gejala cemas untuk
2. Mengidentifikasi, memberikan
mengungkapkan dan keamanandan
menunjukkan teknik untuk mengurangitakut
mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas 3.4 Dorong klien
normal untuk
4. Postur tubuh, ekspresi mengungkapkan
wajah, bahasa tubuh dan perasaan,
tingkat aktivitas ketakutan,
menunjukkan persepsi
berkurangnya kecemasan 3.5 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
3.6 Instruksikan
klien
menggunakan
teknik relaksasi
4 Gangguan citra tubuh 1.Body image Body Image
berhubungan dengan 2. Self esteem Enhancement
perubahan fungsi tubuh Kriteria hasil: 4.1 Kaji secara
(D.0083) verbal dan non
1.Body image positif verbal respon
klien terhadap
2.Mampu
tubuhnya
mengidentifikasi
4.2 Monitor
Kekuatan personal
frekuensi
3.Mendiskripsikan
mengkritik
secara faktual
dirinya
perubahan fungsi
tubuh 4.3 Jelaskan tentang
4.Mempertahankan pengobatan,
interaksi sosial perawatan,
kemajuandan
prognosis
penyakit
4.4 Dorong klien
mengungkapkan
perasaanny bantu
4.6 Fasilitasi kontak
dengan individu
lain dalam
kelompok kecil
5 Defisit Nutrisi berhubungan 1. Nutritional Status: Nutrition Management
dengan ketidakmampuan Food and fluid 5.1 Kaji adaya
mengabsorbsi nutrien. 2. Intake alergi
makanan
(0019) 3. Nutritional status:
Nutrien Intake 5.2 Kaji kemampuan
klien untuk
4. Weight Control mendapatkan
kriteria hasil: nutrisi yang
dibutuhkan
1. Adanya penigkatan
berat badan sesuai 5.3 Anjurkan klien
dengan tujuan untuk
meningkatkan
2. Berat badan ideal
karbohidrat
sesuai dengan tinggi
5.4 Berikan
badan
informasi
3. Mampu
tentang
mengidentifikasi
kebutuhan
kebutuhan nutrisi
nutrisi
4. tidak ada tanda-
Nutrition Monitoring
tanda mal nutrisi
5. Menunjukkan 5.5 Monitor adanya
peningkatan fungsi Penurunan
pengecapan dari berat badan
menelan 5.6 Monitor turgor kulit
6. Tidakterjadi
penurunan berat 5.7 Monitor mual
badan yang muntah
berarti
5.8 Monitor pucat,
kemerahan,dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-
RuzMedia.

Hadibroto,dkk. 2009.Asam Urat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, R. 2012. Gout Dan Hiperurisemia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta :


Graha Imu.

Iqbal, Wahit Mubarak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqim, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien DenganGangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Nuratif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan


KeperawatanBerdasarkan Diagnosis Medis & NANDA. Yogyakarta: Medication.

Susanto, Teguh. 2013. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan Yogyakarta: Buku
Pintar.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi1
cetakan ke-3 (revisi). Jakarta: Dewan Perwakilan Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai