Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. T DENGAN DIABETES MELITUS

DI DUKUH PLEBEAN DEKECAMATAN GRINGSING

Disusun Oleh :

KATERINE DESTITADELLA HERIAWAN


2008036

FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK

PROGRAM STUDI PROFESI

SEMARANG

2020
I. KOSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulangangguan metabolikyang ditandai
dengan peningkatan kadarglukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakanpada
sekresi insulin,kerja insulin atau keduanya (smelzeldan Bare,2015). Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan
karakteristik hipeglikemia yang terjadi karenakelainan sekresi urin, kerjainsulin,
atau kedua –duanya (ADA,2017).
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar
gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang
tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan
yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah
jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat
terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011).

B. Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2
kategori klinisyaitu:
1. Diabetes Melitus tergantunginsulin (DM TIPE 1)
a. Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetic
kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan
pada individu yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas anti gentranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015dan
bare,2015)
b. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini
adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015 dan bare 2015)
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dangan gguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Patofisiologi

Menurut Smeltzer, Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat


ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Jika kosentrasi glukosa daram
darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glikosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine, ekresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresi sostomik, sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dal berkemih (poliurea), dan rasa haus
(polidipsi) (Smeltzer 2015 dan Bare 2015). Difisiensi insulin juga akan
menganggu metabilisme protein dalam lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia),
akibat menurunan simpanan kalori. Gejala lainya kelelahan dan kelemahan dalam
keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glikosa yang
tersimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam asam
amino dan subtansi lain).Namun pada penderita difisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tampa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia.
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik
utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya
belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting
dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor
faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendah aktivitas fisik,diet,dan
tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltze 2015 dan Bare 2015). Mekanisme
terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan
sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resisten siinsulin
DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. (Smeltzer
2015dan Bare,2015). Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.Namun
demikian, jika sel sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
insulin,maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang tidak
terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom Hiperglikemik
Hiporosmolar Non-Ketotik (HHNK). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015) Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun tahun ) dan
progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti : kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina
atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). (Smeltzer 2015
dan Bare,2015).
D. Pathway

Reaksi Autoimun obesitas,usia,genetik

DM tipeI DMtipeII

Sel BetaPrancreasHancur Sel BetaPrancreasRusak

DefisiensiInsulin

AnabolismeProses LiposisMeningkat

penurunanpemakaian kerusakan padaantibodi Gliserol asamlemakbebas

Glukosa kekebalantubuh aterosklerosis katogenesis

Hiperglikemia

neoropati sensori perifer ketonuria Poliphagi viskolita

klienmerasasakitpada luka ketoasidosis Polidipsi


darah

-nyeri abdomen Poliurea aliran

- mual,muntah Darahmelambat
- coma

makroveskuler mikrovaskuler Ischemic

Jaringan

Jantungselebral retina ginjal Ketidakefektifan

Miocardinfark penyumbatanretina neoropati Gula darah

Nyeri Akut
Ketidak
efektifan
Nerkrosis luka

Perfusi ganggren

jaringan

aktivitasterganggu

perifer
intolenransi aktivitas kerusakan integritas

kulit

(Smeltzel dan Bare,2015).


E. Menifestasi Klinis
Menurut PERKENI (2015), penyakit diabetes melitus ini pada awalnya
sering kali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat
diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160-180mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung
atau dikerubuti semut. Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat
digolongkan menjadi 2yaitu :
1. Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap,bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala
yangditunjukan meliputi:
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes, karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel
sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itu
nsebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar
sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan
b. Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga
orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis akan
sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
c. Jumlah urinyangdikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal, maka gula darah akan keluar
bersama urin, untuk menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung
gula, tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke
dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing pun
sering. Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing,nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun
dengan cepat (turun5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan
bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015).
2. Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015)
adalah :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum c) Rasa tebal dikulit
c. Kram
d. Mudah mengantuk
e. Mata kabur
f. Biasanya sering ganti kacamata
g. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
h. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
i. Kemampuan seksual menurun
j. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penderita diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan Jangka Pendek : menghilangkan keluhan diabetes mellitus,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi resiko komplikasi akut.
2. Tujuan Jangka Panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikro angiopati dan makro angiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunya morbiditas dan mortalitas diabetes
mellitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profillifid (mengukur kadar
lemak dalam darah), melalui pengelolaan pasien secra komprehensif. Pada
dasarnya, pengelolaan diabetes mellitus dimulai dengan pengaturan makan
disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4
Minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi
kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi
farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oralatau suntikan insulin sesuai
dengan indikasi. Dalam keadaan dekomvensasi metabolic berat, misalya
ketoasidosis, diabetes mellitus dengan stress berat, berat badan yang menurun
dengan cepat, insulin dapat segra diberikan. Pada keadaan tertentu obat-
obatan diabetes juga dapat digunakan sesuai dengan indikasi dan dosis
menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila
dimungkinkan dapat dilakukan sendiri dirumah , setalah mendapat pelatihan
khusus untuk itu (PERKENI.2015). Menurut Smeltzer dan Bare (2015),
tujuan utama penatalaksanaan terapi pada diabetes mellitus adalah
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah. Sedangkan tujuan
jangka panjangnyaa dalah untuk menghindarit erjadinya komplikasi.
Tatalaksana diabetes terangkum kedalam empat pilar pengendalian diabetes.
Empat pilar pengendalian diabetes,yaitu :
a. Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes.
Dengan mengetahui faktor resiko diabetes, proses terjadinya
diabetes,gejala diabetes, komplikasi penyakit diabetes,serta pengobatan
diabetes, penderita diharapkan dapat menyadari pentingnya pengendalian
diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan
diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu
menanggulangi diabetes, dan diabetes bukan lah suatu penyakit diluar
kendalinya. Terdiagnosis sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir
dari segalanya. Edukasi (penyuluhan) secara individu dan pendekatan
berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku
yang berhasil.
b. Pengaturan makan (diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk
mengendalikan gula darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat
badan ideal. Dengan demikian, komplikasi diabetes dapat dihindari,
sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses makan itusendiri. Pada
prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar merata dalam
sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita
diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan
karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah dalam
porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan
untuk aktivitas sehari-hari penderita.
c. Olahraga/ latihan jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga
membutuhkan aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga
memiliki efek sangat baik meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh
penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah dicapai. Porsi
olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga
tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan
umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-
selama 30 menit dalam sehari yang dimulai secara bertahap. Jadi
solahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik seperti berjalan,
berenang, bersepeda, berdansa, berkebun. Penderita juga perlu
meningkatkan aktivitas visik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih
memilih naik tangga ketimbang naik lift. Sebelum olahraga, sebaiknya
penderita diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang
tinggi dapat diatasi sebelum olah raga dimulai.
d. Obat/Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah
tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkangaya
hidup sehat diatas. Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada
keadaan-keadaan tertentu seperti pada komplikasi akut diabetes, atau
pada keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah

No Pemeriksaan Normal

1 Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl

2 Glukosa darah puasa >140 mg/dl

(Menurut WHO (World Health Organization),2015)


b. Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah
dan kebutuhan akan insulin.
c. Urine
Pemeriksaan di dapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna padaurine: hijau (+ ), kuning(++ ), merah (+++ ), dan
merah bata(++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pada kegiatan asuhan keperawatan yang paling penting diperhatikan bagipara
pihak yang terlibat seperti perawat,yakni pengkajian keperawatan. Pengkajian
menurut Gartinah,dkk(2014) adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien. Pengkajian lanjut Gartinah merupakan
langka pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien, Gartinah, dkk (2014).
1) Identitas
a. Nama
Dikaji untuk mengetahui data demografi klien.
b. Umur
Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi atau sudah
menopause.
c. Agama
Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai gangguan reproduksi.
d. Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga
perawat dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya.
Menurut Iyus (2015), semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
mudah menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki
semakin banyak.
e. Suku/Bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari pasien.
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui dan mengukurtingkat sosial ekonominya.
g. Alamat
Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah biladiperlukan.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
kefasilitas kesehatan. Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stimulus
seperti mekanik, termal, kimia, atau elektrik pada ujung- ujung saraf.
Perawat dapat mengetahui adanya nyeri dari keluhan pasien dan tanda
umum atau respon fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri
biasanya pasien akan tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat,
berkeringat, napas lebih cepat, pucat, berteriak, menangis, dantekanan
darah meningkat.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini,apakah ada riwayat
kesehatan sekarang juga yang perlu dikaji untuk mengetahuiadanya
penyakit kronis (DM atau asma) dan adanya keterbatasan fisik
(Wahyuningsih. 2014).
c. Riwayat Kesehatan Yang lalu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubunganya dengan masalah yang
dihadapi oleh klien pada saat ini.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga
seperti asma, diabetes melitus, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit
menular lainya (Jannah. 2011).
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, cukupatau kurang.

2. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan
composmentis, apatis, sampai dengan koma.
3. Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai
satuanya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60-130/90 mmHg
atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan
diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan normal pasien atau
paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-turut pada selisih 1
jam.
4. Suhu
Untuk mengetahui suhubadan klien kemungkinan demam atau febris
merupakan gejala adanya infeksi.
5. Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam satu
menit, denyut nadi normal 60-86 x/menit (Ambarwati dan Wulandari.
2010).
6. Respirasi
Untuk mengetahui prekuensi pernapasan yang dihitung dalam satu
menit, respirasinormal, yaitu 20-30x/menit (Ambrawati dan
Wulandari. 2010).
7. Rambut
Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai
warnanya, kelebatan dan karakteristik rambut.
8. Wajah
Untuk mengetahui apakah oedema atau tidak (Jannah. 2011).
9. Mata
Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah mudah,
warna sklera putih atau kuning.
10. Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung dari kebersihan, alergi debu atau
tidak dan ada polip atau tidak (Sulistyawati. 2013).
11. Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan pendengaran
atau tidak, ada serumen atau tidak (Sulistyawati.2013).
12. Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut apakah karies, bersih atau tidak,
keadaan bibir kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak
(Sulistyawati. 2013).
13. Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar limfe atau
kelenjar tiroid.
14. Payudara
Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simestris
atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada tidaknya benjolan dan
nyeri tekan (Andriyani, A.2013).
15. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
Merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara
sistematik yang dilakukan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran, penciuman sebagai alat untuk
mengumpulkan data (Nursalam. 2014).
2) Palpasi
Merupakan tekhnik pemeriksaan yang menggunakan Indera
peraba. Untuk meraba apakah ada nyeri tekan pada bagian perut
(Nursalam. 2014).
3) Perkusi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk-ngetukan
jari ketubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan
bagian kanan dan kiri yang bertujuan untuk mengidentifikasi
lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan (Jannah. 2011)
4) Auskultasi
Merupakan tehnik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop
untuk membenarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh
(Sulistyawati.2013). pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya bising usus atau tidak.
16. Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varises
atautidak,adanyakelainanatautidak,replekpatella positif atau negatif.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan gula darah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
C. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1 Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin selama 1x24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi :
darah membaik - Identifikasi kemungkinan penyebab
KH: hiperglikemia
1. Kestabilan kadar glukosa darah - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
membaik Terapeutik :
2. Status nutrisi membaik - Berikan asupancairan oral
3. Tingkat pengetahuan meningkat Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan
olah raga
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin 6IuEdukasi
program pengobatan
Observasi :
- Identifikasi pengobatan
yang direkomendasibenar
Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2 NyeriAkutb.dAgencedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1 Manajemen nyeri
fisik x 24 jam diharapkan nyeri menurun Observasi :
KH: - Identifikasi identifikasi lokasi,
1. Tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,frekuensi,
2. Penyembuhan luka membaik kualitas,intensitas nyeri
3. Tingkat cidera menurun - Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasanyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik Edukasi
teknik nafas dalam

Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik
nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam

3 Infeksi b.d peningkatan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan PengcegahanInfeksi


selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi Observasi
Leukosit menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistematik
KH:
1. Tingkat nyeri menurun Terapetik
2. Integritas kulit dan jaringan - Berikan perawatan kulit pada area
membaik edema
3. Kontrol resiko meningkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
Pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran, bau)
- Monitor tanda dan infeksi
Terapeutik :
- Lepaskan balutan dan plester seccara
perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai ke kulit
- Pertahan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala infeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur debridement
4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Terapi aktivitas
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas Observasi :
membaik - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
KH: - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
1. Toleransi aktivitas membaik dalam aktivitas tertentu
2. Tingkat keletihan menurun Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuikan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yangdi pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
- Manajenen program latihan
Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk memulai/
melanjutkan aktivitas fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017

Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics

Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010.


http://biologigonz.blogspost.com

(IDF).(2015).Idfdiabetesaltassixthedition.Diaksespadatanggal 15april2016dari
http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf

PERKERNI.(2015).Konsensuspengelolaandanpencegahan DiabetesMelitusTipe2 di
Indonesia.Jakarta:PERKERNI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan pengembanganKesehatan

PPNIDPPSDKIPokjaTim,2018.StandarDiagnosiaKeperawatanIndonesiaEdisi1: Jakarta: DPP


PPNI

PPNIDPPSIKIPokjaTim,2018.Standar Intervensi KeperawatanIndonesiaEdisi1: Jakarta: DPP


PPNI

PPNIDPPSLKIPokjaTim,2018.StandarLuaranKeperawatanIndonesiaEdisi1: Jakarta: DPP


PPNIShadine,M,2010. Mengenal PenyakitDiabetes Melitus. Jakarta: PenebitKeenbooks

Smeltzer, S.CdanB,GBare.2015.BaruAjarKeperawatanMedikal BedahBrunner &Suddarth.


Jakarta: EGC

Tarwoto,dkk,2012.KeperawatanMedikalBedahGangguanSistemEndokrin.Jakarta: TransInfo
Mediaq

Anda mungkin juga menyukai