Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN,

NIFAS, KB, DAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI


LAVENDER PADA IBU HAMIL TRIMESTER III UNTUK MENGURANGI
KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN
DI UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE

Proposal Laporan Tugas Akhir

Diajukan untuk menyusun laporan tugas akhir

Program Studi DIII Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Bhakti Kencana

Disusun oleh :

Amelia Nurmaulidia

CK118004
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS,

KB, DAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER

PADA IBU HAMIL TRIMESTER III UNTUK MENGURANGI KECEMASAN

MENGHADAPI PERSALINAN DI UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE

TAHUN 2021

PROPOSAL

Telah disetujui oleh Pembimbimbing Untuk Ujian Validasi Proposal

Disusun Oleh :

Amelia Nurmaulidia

CK118004

Pada tanggal :

Pembimbing 1 Pembimbing II

Dewi Nurlaela Sari,M.Keb Antri A,SST.,Mkes

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

berkah, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, karena atas karunia dan kehendak-Nya penulis

dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini tepat pada waktunya.

Proposal Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Terintegrasi Dalam Kehamilan,

Persalinan, Nifas, KB, dan Bayi Baru Lahir Dengan Pemberian Aromaterapi Lavender Pada Ibu

Hamil Trimester III Untuk Mengurangi Kecemasan Menghadapi Persalinan Di UPT Puskesmas

Ibrahim Adjie” yang disusun untuk memperoleh temuan mengenai efektivitas pemberian

aromaterapi lavender dalam mengurangi kecemasan pada ibu hamil trimester III.

Penulis telah berupaya sebaik dan seoptimal mungkin dalam menyelesaikan

Proposal Tugas Akhir ini dengan harapan dapat bermanfaat serta menjadi sumbangan yang

berarti bagi kemajuan dunia pendidikan. Namun apabila masih terdapat kekurangan, dengan

segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

dijadikan masukan dalam perbaikan penyusunan Proposal Tugas Akhir.

Akhirnya penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memenuhi harapan semua

pihak. Terimakasih.

Bandung, Februari 2021

Amelia Nurmaulidia

ii
Daftar isi

Contents
ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, KB, DAN BAYI BARU
LAHIR DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER PADA IBU HAMIL TRIMESTER III UNTUK
MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN......................................................................1
DI UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE......................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, KB, DAN BAYI BARU
LAHIR DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER PADA IBU HAMIL TRIMESTER III UNTUK
MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN DI UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE..........44
Kajdy et al. (2020). Risk factors for anxiety and depression among pregnant women during the
COVID-19 pandemic: A web-based cross-sectional survey. Available From:.....................................53
researchgate.net/publication/343191077_Risk_factors_for_anxiety_and_depression_among_pregnant
_women_during_the_COVID-19_pandemic_A_web-based_cross-sectional_survey..........................53
Karlina, Sisca Dewi; Reksohusodo, Subandi; Widayati, Aris. (2014). Pengaruh Pemberian
Aromaterapi Lavender secara Inhalasi terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan
Fisiologis pada Primipara Inpartu Kala I Fase Aktif di BPM Fetty Fathiyah Kota Mataram,
Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur........................................................................................53
Kartono, K. (2002). Psikologi Wanita: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek, , Jilid 2, Mandar
Maju, Bandung....................................................................................................................................53
Kementerian Kesehatan RI. (2016). INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan............................................................................................53
Kumalasari I. (2015). Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir dan Konsepsi.
Salemba Medika. Jakarta Selatan........................................................................................................53
Lovibond, S.H. & Lovibond, P.F. (1995). Manual for the depression anxiety & stress scales. 2nd
Edition. Sydney: Psychology Foundation............................................................................................54

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa kehamilan bagi wanita merupakan momen yang sangat berharga dan penuh

perjuangan. Fase ini sangat rentan dengan adanya gangguan psikologi pada ibu, baik saat

pandemi maupun tidak. Hal yang paling mungkin terjadi yaitu kecemasan. Kecemasan

merupakan rasa khawatir, gugup, atau gelisah tentang sesuatu dengan hasil yang belum tentu

pasti dan bisa berpengaruh, menyertai, serta menyebabkan depresi (Kajdy et al., 2020).

Sebuah penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa kecemasan

adalah salah satu emosi negatif yang paling umum selama masa kehamilan, terutama

umumnya terjadi pada saat trimester ketiga (Silva et al., 2017). Sebenarnya, kecemasan

merupakan keadaan yang normal terjadi dalam berbagai keadaan, seperti pertumbuhan,

adanya perubahan dan pengalaman baru. (Mandagi, 2013) Kecemasan (anxiety) merupakan

perasaan takut yang tidak jelas penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada

(Usman, 2016). Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan sehari-hari (Saseno,

2013). Kecemasan dapat dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan

mendalam yang menyebabkan masalah psikiatrik dan dapat berkembang dalam jangka waktu

lama (Shodiqoh, 2014).

Gangguan cemas ini bagian dari gangguan psikiatri yang paling sering dijumpai. Menurut

laporan The National Comorbidity Study, satu dari empat orang memenuhi kriteria diagnosis

untuk setidaknya satu gangguan kecemasan. Gejala cemas yang timbul berbeda-beda pada

setiap individu. Gelaja cemas dapat berupa gelisah, pusing, jantung berdebar, gemetaran, dan

lain sebagainya. Cemas dapat menganggu kehidupan sehari-hari. (Mandagi, 2013).

Salah satu sumber stressor kecemasan adalah kehamilan, terutama pada ibu hamil yang

labil jiwanya. (Usman, 2016). Pada umumnya, seorang ibu yang mengalami kehamilan untuk

pertama kalinya akan merasa senang dan semakin penasaran terhadap perubahan diri dan

1
perkembangan janin. Tetapi, di saat yang sama timbul pula rasa cemas dalam diri ibu hamil

(Shodiqoh, 2014).

Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa angka kecemasan pada ibu hamil

dalam menghadapi persalinan masih cukup tinggi. United Nations International Children’s

Emergency Fund (UNICEF) menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal

Peddiatris pada tahun 2006 di dunia terungkap bahwa data ibu yang mengalami masalah

dalam persalinan sekitar 12.230.142 juta jiwa dan 30% diantaranya adalah kecemasan

(Siregar, 2015). Prevalensi tingkat kecemasan wanita hamil trimester III di Portugal 18,2%,

Bangladesh 29%. Sedangkan kejadian kecemasan dan atau depresi di Hongkong 54%, dan

Pakistan sebesar 70%. Di Indonesia terdapat 373.000.000 orang ibu hamil, yang mengalami

kecemasan dalam menghadapi persalinan ada sebanyak 107.000.000 orang (28,7%). Seluruh

populasi di Pulau Jawa terdapat 679.765 ibu hamil yang mengalami kecemasan dalam

menghadapi persalinan 355.873 orang (52,3%) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(Depkes RI), 2012 ).

Kecemasan meningkat menjelang persalinan terutama pada trimester III (Dorsinta & Dwi

2018). Kecemasan yang dialami ibu antara lain kecemasan terhadap persiapan persalinan

karena sudah trimester III sehingga ibu akan terlalu mempersalahkan kesehatan serta cemas

akan kondisi bayi. Munculnya kecemasan apabila bayi yang dilahirkan cacat jasmani

ataurohani, yang disebabkan oleh kesalahan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan di masa

lampau (Kartono, 2002), kecemasan terhadap keguguran sehingga calon ibu akan terlalu

mempersalahkan kesehatan serta cemas akan kondisi bayi. Kecemasan lain akan

dirasakan calon ibu ketika kehamilannya mendekati waktu melahirkan, ini dikarenakan

perasaan tentang kondisi fisik (pinggul) terlalu sempit atau kecil sehingga muncul ketakutan

akan operasi Caesar atau dengan ekstraktor vacuum (Sinaga et. al., 2021).

2
Bagi ibu primigravida (ibu pertama kali hamil) kehamilan merupakan pengalaman

pertama kali dalam periode kehidupannya. Situasi tersebut dapat menyebabkan perubahan

drastis baik pada fisik ibu maupun psikologis (Bethsaida dan Pieter, 2013). Penelitian yang

dilakukan pada ibu primigravida 22,5% mengalami cemas ringan, 30% mengalami cemas

sedang, 27,5% cemas berat, dan 20% mengalami cemas sangat berat (Sarifah, 2016).

Dampak buruk dari kecemasan ibu hamil memicu terjadinya rangsangan kontraksi rahim.

Akibat dari kondisi tersebut dapat meningkatkan tekanan darah sehingga mampu memicu

terjadinya preeklamsi dan keguguran (Maharani, 2008 dalam Novriani, 2017). Kelahiran

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan bayi prematur juga merupakan dampak negatif dari

kecemasan ibu hamil (Spitz, 2013).

Ada banyak faktor- faktor yang dapat menjadi penyebab kecemasan pada ibu hamil.

Dukungan keluarga dan paritas berpengaruh pada tingkat kecemasan ibu hamil

(Susilowati Nunuk; Murti, Bhisma, 2012), komunikasi teraupetik juga berpengaruh terhadap

kecemasan ibu hamil (Novianti et al., 2019). Faktor lainnya yaitu, nyeri persalinan, keadaan

fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, kurangnya pengetahuan tentang proses

persalinan, dukungan dari lingkungan sosial serta latar belakang psikososial lain dari ibu

yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak

diinginkan, dan sosial ekonomi.(Aryasatiani, 2020 ).

Upaya-upaya untuk menurunkan kecemasan ini dapat dilakukan dengan menggunakan

tindakan farmakologi dan non farmakologi. Tindakan farmakologi ini menggunakan obat-

obatan. Benzodiazepine, buspirone, dan antidepresan dapat menjadi terapi farmakologi untuk

menurunkan gangguan kecemasan yang biasanya kronik. Sedangkan terapi non-farmakologi

untuk menurunkan kecemasan yaitu terapi psikologis, psikoterapi, kognitif-perilaku dan

berorientasi insight yang meliputi relaksasi, latihan pernapasan dan distraksi (Husny, 2009;

Asmadi, 2008; Tomb et all, 2003). Sementara tindakan non farmakologi lainnya menurut

3
Sinaga et al., (2021), dapat melalui terapi diantaranya: kelompok suportif, terapi relaksasi,

relaksasi otot progresif, relaksasi GIM (Guided Imagery And Music) dan aromaterapi

lavender. Teknik pernapasan diafragma, terapi musik klasik, senam hamil, terapi

murottal alqur’an, SEFT (spiritual emotional freedom technique) dan terapi benson

(Susilowati et al., 2019).

Suatu penelitian telah membuktikan bahwa aromaterapi terbukti secara efektif

mengurangi stres/ kecemasan. Di negara-negara maju yang masyarakatnya sudah sadar akan

bahaya obat-obatan kimiawi, keinginan untuk kembali ke pengobatan alami telah

meningkatkan peran aromaterapi (Primadiati, 2002). Penelitian lain menyebutkan bahwa

Rasa cemas bisa dipengaruhi oleh arti cemas yang dirasakan seseorang, persepsi cemas, dan

reaksi cemas yang merupakan respon seseorang terhadap cemas seperti ketakutan, gelisah,

menangis dan menjerit dan dapat juga dipengaruhi oleh kondisi sosial dan letak daerah.

Kecemasan ini dapat diatasi dengan menggunakan aromaterapi. Penggunaan aromaterapi

mempunyai efek menenangkan jiwa sehingga dapat mengurangi stress / kecemasan. Lebih

lanjut lagi, terjadi penurunan tingkat kecemasan setelah diberi aromaterapi (Setiati et al.,

2019).

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk

membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan

serta menenangkan jiwa dan raga. Aromaterapi memiliki manfaat yang sangat beragam,

mulai dari pertolongan pertama sampai membangkitkan rasa gembira (Hutasoit, 2002).

Macam-macam aromaterapi diantaranya Peppermint, Lemon (Citrus lemon), Lavender ,

Tea tree, Orange , Lime dan Mawar (Rose centifolia) (Kaina,2006 dalam Riadi,2020).

Sedangkan menurut (Hutasoit, 2002), Jenis aromaterapi yaitu cypress, lavender, basil, neroli,

juniper, ylang-ylang, dan marjoram. Namun, lavender terbukti menjadi salah satu

aromaterapi yang efektif digunakan untuk menurunkan kecemasan. Karena, lavender

4
mempunyai sifat-sifat antikonvulsan, antidepresi, anxiolytic, dan bersifat menenangkan. Saat

ini penanganan yang sering digunakan untuk mengurangi rasa cemas sebagai terapi

komplementer yaitu aromaterapi dengan minyak essensial lavender (Azizah, 2020). Dan pada

sebuah penelitian tahun 2012 menyebutkan bahwa aromaterapi lavender ampuh

menenangkan dan mengurangi rasa cemas dengan memengaruhi sistem limbik atau bagian

otak yang mengendalikan emosi (CNN Indonesia, 2020).

Aromaterapi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan oil

burner atau anglo pemanas, pijat, penghirupan, berendam pengolesan langsung pada tubuh.

Namun banyak yang berpendapat penghirupan menggunakan ultrasonic diffuser adalah yang

terbaik karena menyebarkan minyak atsiri tanpa menggunakan panas. Panas dapat merusak

senyawa kimia dalam minyak atsiri sehingga mengurangi manfaat terapeutiknya. Ultrasonic

diffuser bekerja dengan menggetarkan air sedemikian rupa sehingga menguap ke udara.

Karena sebelum digunakan essential oil harus dicampur dengan air, maka air akan turut

menguap. Ultrasonic diffuser menghasilkan uap tanpa panas, sehingga mampu menjaga

keampuhan minyak atsiri (Atsirich.com,2021). Secara ilmiah, reaksi yang terjadi karena

wewangian tadi mengirimkan sinyal tertentu pada bagian otak yang mengatur emosi kita

(Hutasoit, 2002). Beberapa penelitian laboratorium mengkonfirmasi jika diffuser mengurangi

stres dan membantu menurunkan kecemasan serta meringankan gejala depresi.

(Republika.co.id, 2017). Memberikan aromaterapi kepada ibu hamil dapat dilakukan dengan

cara penggunaan Ultrasonic diffuser. Alat diffuser dikatakan lebih efisien dikarenakan dapat

menyemprotkan semua molekul yang berbeda-beda pada waktu relatif bersamaan. Pemakaian

diffuser tidak akan membakar residu aromaterapi, Sehingga inhalasi menggunakan diffuser

sangat ideal untuk efek relaksasi (Price, 2000). Penggunaan aromaterapi dengan diffuser yaitu

digunakan dalam konsentrasi tertentu. Price merekomendasikan penggunaan aromaterapi 20

tetes dalam 50 mL air dengan konsentrasi 2%. lalu dimasukkan ke dalam diffuser yang akan

5
dinyalakan selama kurang lebih 15 menit. Untuk intervensi yang dilakukan sebanyak 3 kali

dalam seminggu (Price, 2007).

Penelitian yang dilakukan Suprijati pada ibu hamil trimester III menyimpulkan

Aromaterapi terbukti efektif menurunkan kecemasan pada ibu hamil trimester III dalam

menghadapi persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh (Sinaga dkk, 2021). Menyimpulkan

bahwa Aromaterapi lavender dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil

menjelang persalinan pada 60 responden ibu hamil di Bidan Praktik Mandiri YRH Kota

Pematangsiantar. Penelitian Rahayu (2018) menyebutkan bahwa aromaterapi lavender yaitu

memiliki komponen utama berupa linalool dan linalyl asetat yang dapat memberikan efek

nyaman, tenang dan meningkatkan relaksasi. Salah satu aroma untuk aromaterapi yang

paling digemari adalah lavender. Berasal dari bunga levender yang berbentuk kecil dan

berwarna ungu serta memiliki efek memberikan rasa kantuk (sedatif), (Appleton, 2012 dalam

Pande dkk., (2013).

Dengan melihat latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut di

UPT Puskesmas Ibrahim Adjie “Asuhan Kebidanan Terintegrasi Pada Kehamilan, Persalinan, Nifas,

Bayi Baru Lahir dan KB dengan Pemberian Aromaterapi Lavender Pada Ibu Hamil Trimester III

Untuk Mengurangi Kecemasan Di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie’’

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana “ Pengurangan Kecemasan Pada Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan

dengan pemberian Aromaterapi Lavender Di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie”?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

6
Untuk melakukan asuhan pada ibu bersalin dengan penggunaan inovasi aromaterapi

lavender

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada ibu hamil sebelum diberikan

aromaterapi lavender

2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada ibu hamil sesudah diberikan aromaterapi

lavender

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1.4.1 Bagi Peneliti

Penilitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang efektifitas pemberian

aromaterapi lavender untuk menurunkan kecemasan ibu hamil trimester 3 dalam persiapan

menghadapi persalinan.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya memberikan pelayanan kebidanan

pada ibu bersalin dalam menghadapi kecemasan persalinan.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan dan memperkaya ilmu kebidanan khususnya penanganan menurunkan

kecemasan ibu hamil trimester 3 dalam persiapan menghadapi persalinan.

1.4.4 Bagi Peneliti lain

Dapat memberikan informasi dan dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang

berkaitan dengan pemanfaatan aromaterapi lavender.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak
tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013). Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi
Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015: 81). Manuaba,
2012, mengemukakan kehamilan adalah proses mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus,pembentukan placenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai
aterm (Sholic hah, Nanik, 2017: 79-80). Lebih lanjut Manuaba (2010) menambahkan bahwa
lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm (cukup bulan) yaitu sekitar 280 sampai
300 hari (Kumalasari. 2015: 1). Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14
minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester
ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).
Peneliti merangkum dari beberapa pengertian diatas bahwa, kehamilan adalah suatu
proses yang alami bagi wanita, dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan rentang
waktu 280 hari (40 minggu/ 9 bulan 7 hari).
2. Proses Kehamilan
1) Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi

oleh sperma atau terjadi penyatuan ovum dan sperma. Penetrasi zona pelusida

memungkinkan terjadinya kontak antara spermatozoa dan membran oosit. Membran sel

germinal segera berfusi dan sel sperma berhenti bergerak. Tiga peristiwa penting terjadi

dalam oosit akibat peningkatan kadar kalsium intraseluler yang terjadi pada saat terjadi

fusi antara membran sperma dan sel telur. Ketiga peristiwa tersebut adalah blok primer

8
terhadap polispermia, reaksi kortikal dan blok sekunder terhadap polispermia. Setelah

masuk kedalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel telur dan

membran inti (nukleus) sperma pecah. Pronukleus laki-laki dan perempuan terbentuk

(zigot). Sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan pembelahan sel

pertama terjadi (Heffner, 2008).

2) Nidasi

Pada umumnya nidasi terjadi di dinding depat atau belakang uterus, dekat pada fundus

uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan. Bila nidasi telah

terjadi, mulailah terjadi diferensiasi zigot menjadi morula kemudian blastula (Sukarni dan

Wahyu, 2013). Blastula akan membelah menjadi glastula dan akhirnya menjadi embrio

sampai menjadi janin yang sempurna di trimester ketiga (Saiffullah, 2015).

2.1.2 Ketidaknyamanan ibu hamil pada Trimester I , II, dan III


1. Trimester I

Fase awal kehamilan disebut trimester pertama yang dimulai dari konsepsi sampai

minggu ke-12 kehamilan. Pada fase ini, umumnya terjadi pengaruh hormonal dan

perubahan produksi, anatomi, dan fisiologi. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan

tubuh secara aktif melakukan penyesuian yang menimbulkan perubahan fisik maupun

psikologis ibu (Eniyati & Rahayu, 2017). Wanita yang hamil muda akan merasa mual,

muntah, pusing, meriang dan lemas (Azizah, 2015; Irianti et al., 2014; Nurhayati, 2018;

Seda Karacay Yikar & Nazik, 2018).

2. Trimester II

Pada kehamilan Trimester II, ibu hamil sering mengalami ketidaknyamanan, seperti

konstipasi, nyeri ulu hati, kaki bengkak, kram pada kaki, keputihan dan salah satu

ketidaknyamanan yang sering dialami ibu hamil adalah nyeri punggung. Nyeri punggung

bagian bawah sangat sering terjadi dalam kehamilan sehingga digambarkan sebagai

9
salahsatu gangguan/ ketidaknyamanan dalam kehamilan. Ketidaknyamanan yang lain

seperti sulit buang air besar, perut kembung dan heartburn dirasakan seimbang antara ya

dan tidak. (Nitrawati, 2018).

3. Trimester III

Selama proses kehamilan itu berlangsung terjadi perubahan secara fisik yang dapat

menimbulkan ketidaknyamanan terutama trimester III seperti sering buang air kecil, sesak

nafas, nyeri punggung, nyeri ulu hati, konstipasi, insomnia, dispnea, ketidaknyamanan

pada perineum, kram otot betis, varises, edema pergelangan kaki, mudah lelah, kontraksi

Braxton hicks, mood yang tidak menentu, dan peningkatan kecemasan. Peningkatan berat

badan, peningkatan tinggi fundus uteri, dan pembesaran perut. Sehubungan dengan

perubahan perubahan yang terjadi diatas maka rasa stress/ kecemasan juga sering dialami

oleh ibu hamil (Pudji dan Ina, 2018).

2.1.3 Kehamilan trimester III

1. Pengertian Kehamilan trimester III

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil mulai menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk

yang terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan kehadiran seorang bayi. Ibu hamil

kembali merasakan ketidaknyamanan fisik karena merasa canggung, merasa dirinya tidak

menarik lagi. Sehingga dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan. Peningkatan hasrat

seksual yang pada trimester ketiga menjadi menurun karena abdomen yang semakin

membesar menjadi halangan dalam berhubungan (Rustikayanti, 2016: 63). Kehamilan pada

trimester III berlangsung 13 minggu (minggu ke28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2011).

10
1. Adaptasi psikologis kehamilan trimester III

Ibu hamil trimester III akan lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua dan

menantikan kelahiran anaknya. Perhatian ibu hamil akan lebih mengarah pada keselamatan

dirinya dan bayinya. Ibu merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan dialami

pada saat persalinan. Ibu khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu, serta takut

bayinya yang akan dilahirkan tidak normal (Bobak et al., 2005).

2. Adaptasi fisiologi kehamilan trimester III

1) Uterus

Kapasitas uterus pada kehamilan cukup bulan adalah lebih dari 4000 cc,

memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi perkembangan janin. Pada kehamilan

40 minggu, fundus uteri akan turun kembali ke 3 jari bawah procesus xifoideus oleh

kepala janin yang masuk kedalam rongga panggul (Bobak et al., 2005).

2) Serviks, vulva dan vagina

Memasuki trimester III kehamilan, hormon kehamilan mempersiapkan vagina

supaya distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal,

jaringan ikat longgar dan hipertrofi otot polos (Bobak et al., 2005).

3) Payudara

Saat kehamilan kolostrum dapat keluar dari payudara, tetapi belum dapat diproduksi.

Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan akhirnya akan

meningkatkan produksi air susu. (Bobak et al., 2005).

4) Kenaikan berat badan

Trimester III merupakan proses pertumbuhan janin. Rekomendasi penambahan berat

badan selama kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh yaitu IMT < 19,9

peningkatan berat badan yaitu 12,5-18 kg, IMT 19,8-26 peningkatan berat badan

11
yaitu 11,5-16 kg, IMT 26-29 peningkatan berat badan yaitu 7-11,5 kg, dan IMT > 29

rekomendasi peningkatan berat badan yaitu > 7 (Bobak et al., 2005)

5) Sistem pencernaan

Aliran darah ke panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat mengakibatkan

hemoroid pada akhir kehamilan. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan

gejala sering kembung, dan konstipasi (Kemenkes RI, 2016).

6) Sistem perkemihan

Laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69%. Dinding saluran kemih dapat

tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan III. Wanita hamil

trimester I dan III lebih sering BAK (Kemenkes RI, 2016).

7) Sistem muskuloskeletal

Peningkatan distensi abdomen menyebabkan punggung miring ke depan, dan

peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan, membutuhkan penyesuaian

tulang kurvatura spinalis. Pusat gravitasi bergeser ke depan sehingga ibu akan

mengalami sakit pinggang (Bobak et al., 2005).

8) Sistem pernapasan

Wanita hamil sering mengeluh sesak napas, disebabkan uterus semakin membesar

sehingga menekan usus dan mendorong ke atas menyebabkan tinggi diafragma

bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak (Kemenkes RI, 2016).

2.1.4 Kecemasan pada kehamilan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir atau takut yang tidak jelas

sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan merupakan

kekuatan yang besar dalam menggerakan tingkah laku, baik tingkah laku normal

maupun tingkah laku yang menyimpang. Kecemasan yang menyebabkan

12
seseorang putus asa dan tidak berdaya sehingga mempengaruhi seluruh

kepribadiannya adalah kecemasan yang negatif. Rasa takut yang di timbulkan

oleh adanya ancaman, sehingga seseorang akan menghindar diri dan sebagainya

(Gunarsa, 2015). Kecemasan adalah emosi yang tidak meyenangkan, yang

ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang

kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Atkinson, 2015).

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak nyaman,

ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon otonom. Kecemasan

juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan dengan

perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2016). Cemas adalah perasaan

tidak menyenangkan yang disebabkan oleh sumber yang tidak jelas/tidak spesifik

(Tarwoto, 2016).

2. Gambaran Respon Terhadap Kecemasan

Sebelum mengetahui respon terhadap kecemasan akan dijelaskan mengenai

fisiologi kecemasan. Kecemasan adalah reaksi takut dapat terjadi melalui

perangsangan hipotalamus dan nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak,

reaksi takut beserta manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada

keadaan-keadaan normalnya menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut,

terdapat banyak bukti bahwa nuclei amigdaloid bekerja menekan memori-memori

yang memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon

takut terkondisi berjalan langsung dengan peningkatan aliran darah bilateral ke

berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis.

Sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh.

Pada saat pikiran mengalami rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh

bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan napas bergerak

13
meningkat, biji mata membesar, proses pencernaan dan yang berhubungan dengan

usus berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar

adrenal melepas adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh

tubuh sehingga menjadi tegang dan selanjunya mengakibatkan tidak bisa tidur

(Pamungkas, 2016).

Menurut Nursalam (2015) bahwa respon individu terhadap kecemasan

meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif.

a. Respon fisiologis

Respon fisiologis individu terhadap kecemasan, yaitu:

1) Kardiovaskuler: Responnya berupa palpitasi, jantung berdebar, tekanan

darah meningkat atau menurun, rasa mau pingsan, dan denyut nadi

menurun.

2) Pernapasan: Responnya berupa napas cepat dan dangkal, napas pendek,

tekanan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, dan

terengah-engah.

3) Neuromuskuler: Responnya berupa refleks meningkat, reaksi kejutan, mata

berkedip-kedip, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki

goyang, dan gerakan yang janggal.

4) Gastrointestinal: Responnya berupa kehilangan nafsu makan, menolak

makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, dandiare.

5) Traktus urinarius: Responnya berupa sering berkemih, tidak dapat

menahan buang air kecil.

6) Kulit: Responnya berupa wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak

tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, dan

berkeringat seluruh tubuh.

14
b. Respon perilaku

Respon perilaku berupa gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat,

kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik diri dari hubungan

interpersonal, menghalangi, dan menghindar dari masalah.

a. Respon Kognitif

Responnya berupa konsentrasi terganggu dan pelupa, salah dalam memberikan

penilaian, hambatan berfikir, kreatifitas dan produktifitas 10 menurun, bingung,

sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektifitas, takut

kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cidera atau kematian.

b. Afektif

Responnya berupa mudah terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang, ketakutan,

dan gugup.

3. Tingkat Kecemasan

Menurut Nursalam (2015), klasifikasi tingkat kecemasan dibedakan menjadi

empat, yaitu:

a. Tingkat kecemasan ringan, ditandai dengan:

1) Respon fisiologis seperti ketegangan otot ringan.

2) Respon kognitif seperti lapang pandang meluas, memotivasi untuk belajar,

kesadaran yang pasif pada lingkungan.

3) Respon tingkah laku dan emosi seperti suara melemah, otot- otot wajah

relaksasi, mampu melakukan kemampuan/keterampilan permainan secara

otomatis, ada perasaan aman dan nyaman.

b. Tingkat kecemasan sedang, ditandai dengan:

15
1) Respon fisiologis seperti peningkatan ketegangan dalam batas toleransi,

perhatian terfokus pada penglihatan dan pendengaran, kewaspadaan

meningkat.

2) Respon kognitif seperti lapang persepsi menyempit, mampu memecahkan

masalah, fase yang baik untuk belajar, dapat fokus pada hal-hal yang

spesifik.

3) Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan tertantang dan perlu untuk

mengatasi situasi pada dirinya, mampu mempelajari keterampilan baru.

c. Tingkat kecemasan berat, ditandai dengan:

1) Respon fisiologis

Seperti aktivitas sistem saraf simpatik (peningkatan epinefrin, tekanan darah,

pernapasan, nadi, vasokonstriksi, dan peningkatan suhu tubuh), diaphoresis,

mulut kering, ingin buang air kecil, hilang nafsu makan karena penurunan

aliran darah ke saluran pencernaan dan peningkatan produk glukosa oleh

hati, perubahan sensori seperti penurunan kemampuan mendengar, nyeri,

pupil dilatasi, ketegangan otot dan kaku.

2).Respon kognitif

Seperti lapang persepsi sangat menyempit, sulit memecahkan masalah, fokus

pada satu hal

1)Respon tingkah laku dan emosi seperti lapang personal meluas, aktifitas fisik

meningkat dengan penurunan mengontrol, contoh meremas tangan, jalan

bolak-balik. Perasaan mual dan kecemasan mudah meningkat dengan

stimulus baru seperti suara. Bicara cepat atau mengalami blocking,

menyangkal, dan depresi.

d. Tingkat panik, ditandai dengan:

16
1) Respon fisiologis seperti pucat, dapat terjadi hipotensi, berespon terhadap

nyeri, bising dan stimulus eksternal menurun. Koordinasi motorik buruk.

Penurunan aliran darah ke otot skeletal.

2).Respon kognitif seperti tidak terkontrol, gangguan berpikir secara logis, tidak

mampu memecahkan masalah.

3) Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan marah, takut dan segan.

Tingkah laku menjadi tidak biasa seperti menangis dan menggigit. Suara

menjadi lebih tinggi, lebih keras, bicara cepat dan blocking.

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil

Menurut (Trsetiyaningsih dan Jannah, 2016) mengemukakan bahwa terdapat

faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan Ibu dalam menghadapi

persalinan yakni :

a. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung dari mulai saat dilahirkan sampai

saat berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok dalam Azwar (2010),

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kuat seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat,

seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum

cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya. Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat

dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun) atau

35 tahun. Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa risiko

kehamilan dan persalinan baik bagi 13 ibu maupun bagi anak lebih tinggi

pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan

meningkat lagi secara tajam lebih dari 35 tahun (Siswosudarmo, 2016). Umur

17
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

semakin tinggi umur seseorang maka kemampuannya dalam menyerap

sesuatu akan semakin baik dan pengetahuan akan semakin bertambah, dan

sebagian kecil responden yang memiliki pengetahuan kurang karena ibu-ibu

tersebut kuranng informasi dan kurang inat untuk membaca (Rasiatun, 2016).

Semakin bertambah usia sesorang dan semakin matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan pasien yang menderita penyakit kronis,

seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya diri dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Makin tua umur seseorang makin konsentrasi dalam

menggunakan koping dalam masalah yang dihadapi (Lubis, 2015).

Kematangan kepribadian inidividu akan mempengaruhi kecemasan yang

dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih matur maka lebih sukar

mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu mempunyai daya

adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan (Lubis, 2015).

b. Pendidikan

Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan kualitas perawatan bayi

sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang. 14 Penelitian

menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik

pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pendidikan berarti bimbingan yang

diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju arah cita-

cita tertentu (Nursalam, 2015). Tingkat Pendidikan menurut UU SISDIKNAS

No. 20 (2005):

1) Pendidikan Dasar, terdiri dari SD, SMP atau sederajat

2) Pendidikan Menengah, terdiri dari SMA,MA,SMK atau sederajat

3) Pendidikan Tinggi, terdiri dari Diploma, Sarjana atau sederajat

18
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku sheering

akan pola hidup, terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin

mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang akan nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Notoatmodjo, 2016). Sehingga dapat dikatakan pendidikan mempunyai

pengaruh positif terhadap tingkat tindakan ibu ketika mengalami tanda bahaya

kehamilan. Berkaitan dengan informasi yang mereka terima, wanita yang

berpendidikan kecendrungan lebih sadar untuk melakukan pemeriksaan dan

lebih siap siaga bila terjadi hal-hal yang membahayakan kehamilan.

c. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat kesejahteraan

ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ibu

yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada ibu

yang tidak bekerja. Status adalah urutan seseorang dalam kelompok atau

dalam suatu organisasi, status formal seseorang dalam kelompok atau dalam

suatu organisai. Pekerjaan seseorang akan dapat menunjukan tingkat sosial

ekonomi yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam menyerap informasi

(Nursalam, 2015). Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2015),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

19
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu yang bekerja biasanya

memperoleh informasi lebih banyak daripada ibu yang tidak bekerja.

d.Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan atau jumlah anak yang

dimiliki baik dari hasil perkawinan sesudahnya atau sebelumnya

(Prawirohardjo, 2016). Bagi primigravida, kehamilan yang dialaminya

merupakan pengalaman pertama kali, sehingga trimester III dirasakan semakin

mencemaskan karena semakin dekat dengan proses persalinan. Ibu akan

cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, merasa gelisah, dan takut

menghadapi persalinan, mengingat ketidaktahuan menjadi faktor penunjang

terjadinya kecemasan. Sedangkan ibu yang pernah hamil sebelumnya

(multigravida), mungkin kecemasan berhubungan dengan pengalaman masa

lalu yang pernah dialaminya (Kartono, 2016).

c. Status kesehatan

Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan kehamilan ke pelayanan

kesehatan. Tujuannya untuk memantau kemajuan kehamilan, meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu hamil, serta mengenali secara

dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama

kehamilan. Bagi seorang ibu yang mengalami gangguan kesehatan selama

kehamilan tentunya akan mengalami kecemasan. Pada mereka yang memiliki

janin dengan resiko tinggi untuk kelainan bawaan kecemasan makin meningkat,

sedangkan wanita dengan komplikasi kehamilan adalah dua kali cenderung

memiliki ketakutan terhadap kelemahan bayi mereka atau menjadi depresi.

Menurut Mapierre terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan seseorang, beberapa diantaranya yaitu usia, tingkat pendidikan, dan

20
dukungan keluarga termasuk dukungan suami. Ibu hamil dengan usia kurang

dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun merupakan usia hamil resiko tinggi karena

dapat terjadi kelainan atau gangguan pada janin, sehingga dapat menimbulkan

kecemasan pada ibu hamil tersebut (Rahmi, 2016 ).

2.1.5 Pengukuran Kecemasan

Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai

Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995).

Psichometric properties of the Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42)

terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item.

DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status

emosional negatif dari depresi, kecemasan, dan stres. DASS 42 di bentuk tidak

hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi

untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran

yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya

digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik untuk kelompok atau

individu untuk tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995 dalam Nabila, H,

2014) DASS adalah kuesioner- 42 item yang mencakup tiga laporan diri skala

dirancang untuk mengukur keadaan emosional negatif dan depresi, kecemasan

dan stress. Masing-masing tiga skala berisi 14 item, dibagi menjadi sub-skala dari

2-5 item dengan penilaian setara konten. Skala depresi menilai dysphoria, putus

asa, devalusi hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat/keterlibatan,

anhedonia, dan inersia. Skala kecemasan menilai gairah otonom, efek otot rangka,

kecemasan situasional, dan subjektif pengalaman mempengaruhi cemas. Skala

Stress (item) yang sensitif terhadap tingkat kronis non-spesifik gairah. Ini menilai

kesulitan santai, gairah saraf, dan yang mudah marah/gelisah, mudah

21
tersinggung/over-reaktif dan tidak sabar. Responden yang diminta untuk

menggunakan 4 point keparahan/ skala frekuensi untuk menilai sejauh mana

mereka memiliki mengalami setiap negara selama seminggu terakhir (Lovibond

& Lovibond, 1995 dalam Nabila, H, 2014) Menurut (Lovibond & Lovibond, 1995

dalam Widiada, D, 2014) skor untuk masing-masing responden selama masing-

masing sub-skala, kemudian dievaluasi sesuai dengan keparahan-rating indeks di

bawah :

1. Normal : 0-7

2. Kecemasan ringan : 8-9

3. Kecemasan sedang : 10-14

4. Kecemasan berat : 15-19

5. Kecemasan sangat berat : > 20

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0 : tidak ada atau tidak pernah

1 : sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-

kadang

2 : sering

3 : sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

2.1.6 Aromaterapi

1. Definisi Aromaterapi

Aromaterapi merupakan bagian dari sekian banyak metode pengobatan alami yang

telah dipergunakan sejak berabad-abat. Aromaterapi bersal dari kata aroma yang

berarti harum dan wangi, dan terapi yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan

atau penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai satu cara

22
perawatan tubuh dan penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak

esensial. (Jaelani, 2009).

2. Jenis-jenis Aromaterapi

a. Aromaterapi Lavender

Aromaterapi lavender atau avandula angustivolia mempunyai kandungan

kimia ester, dan mempunyai efek menenangkan ketegangan syaraf,

kelelahan, stress, cemas, mual dan muntah, dan memperlancar sirkulasi

darah (Snynder dan Lindquist, 2010 dalam Supatmi & Agustiningsing,

2015). Kelebihan minyak lavender dibandingkan minyak essensial lainnya

adalah kandungan racunnya yang relatif sangat rendah, jarang

menimbulkan alergi (Yunita, 2010 dalam Hafid 2017)

b. Aromaterapi Lemon

Aromaterapi lemon atau citrus limonum dapat membantu kerja sistem

syaraf simpatis dan membantu konsentrasi, mengurangi sakit perut dan

mual muntah. (Snynder dan Lindquist, 2010 dalam Supatmi &

Agustiningsih, 2015). Lemon essential oil mengandung limonene 66-

80% ,geranil asetat, nerol, linalil asetat, β pinene 0,4– 15%, α pinene 1-

4% , terpinene 6-14% dan myrcen (Young, 2011). Senyawa kimia seperti

geranil asetat, nerol, linalil asetat, memiliki efek antidepresi, antiseptik,

antispasmodik, penambah gairah seksual dan obat penenang ringan.

Monoterpen merupakan jenis terpene yang paling sering ditemukan dalam

minyat atsiri tanaman, terpene dalam aromaterapi lemon essential oil 6-

14%. Pada aplikasi medis monoterpen digunakan sebagai sedative Linalil

asetat yang terdapat dalam aromaterapi lemon merupakan senyawa ester

yang terbentuk melalui penggabungan asam organik dan alkohol. Ester

23
sangat berguna untuk menormalkan keadaan emosi serta keadaan tubuh

yang tidak seimbang, dan juga memiliki kasiat sebagai penenang serta

tonikum, khususnya pada sistem syaraf.

c. Aromaterapi Mawar

Aromaterapi bunga mawar memiliki kandungan yang dapat memperkuat

saluran pencernaan, serta dapat membantu 24 membersihkan limbah

beracun yang berada di saluran kemih, dapat mengontrol keseimbangan

produksi hormon, serta memperlancar sirkulasi darah hingga menghambat

resiko penyakit jantung, sakit kepala, dan gangguan tekanan darah (Ridho,

2015 dalam Mariza Ana & Kulsum Annisa Umi, 2017).

d. Aromaterapi Pepermint

Aromaterapi pepermint dapat digunakan untuk melemaskan otot-otot yang

kram, Memperbaiki gangguan ingestion, digestion, menurunkan terjadinya

mual dan muntah serta mengatasi ketidakmampuan flatus (Synder dan

Lindquist, 2010 dalam Amilia 2018).

3. Cara Penggunaan Aromaterapi

a. Penyerapan melalui kulit

Minyak esensial merupakan senyawa yang diapakai dalam banyak

pengobatan penunjang karena kerutannya dalam lipid yang ditemukan di

dalam stratum korneum sehingga minyak essensial dianggap mudah

diserap. Penyerapan senyawa ini terjadi saat senyawa ini melewati lapisan

epidermis kulit dan masuk ke dalam saluran limfe, kelenjar keringat, saraf,

serta masuk ke dalam aliran darah dan menuju ke setiap sel tubuh untuk

bereaksi (Djilani & Dicko, 2012).

b. Melalui inhalasi

24
Proses inhalasi aromaterapi akan menyebabkan molekul-molekul yang ada

pada minyak esensial yang terhirup akan terbawa oleh arus turbulen ke

langit-langit hidung. Pada langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus

yang menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Molekul

minyak yang tertahan pada bulu-bulu ini suatu impuls akan ditransmisikan

lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke dalam sistem limbik.

Proses ini akan memacu memori dan emosional lewat hipotalamus bekerja

sebagai regulator yang menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian otak

dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah sehingga terjadi

pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, sedatif, atau

stimulan menurut keperluan tubuh (Djilani & Dicko, 2012). Terdapat

beberapa cara dalam penggunaan aromaterapi secara inhalasi yaitu dengan

dituangkan ke kertas tissue, pengusapan langsung ditangan, penggunaan

alat penguap/steamer, rendaman, botol penyemprot dan vaporizer/ diffuser

(Siahaan, 2013). Beberapa cara pemberian yang disebutkan diatas,

pemberian aromaterapi secara inhalasi dengan cara Vaporizer atau diffuser

merupakan cara paling disukai. Cara kerja Vaporizer yaitu dengan

membebaskan molekul – molekul pada aromaterapi yang paling ringan

selanjutnya dihirup oleh hidung mesuk ke pusat penciuman (Siahaan,

2013). Terdapat banyak jenis alat vaporizer, akan tetapi jenis vaporizer

elektrik paling aman ditinjau dari sudut pasien. Penggunaan vaporizer yang

terlalu panas dapat menimbulkan bau hangus dan tidak nyaman untuk indra

penciuman. Alat diffuser dikatakan lebih efisien dikarenakan dapat

menyemprotkan semua molekul yang berbeda-beda pada waktu relatif

bersamaan. Pemakaian diffuser tidak akan membakar residu aromaterapi

25
seperti pada vaporizer. Sehingga inhalasi menggunakan diffuser sangat

ideal untuk efek relaksasi. Penggunaan aromaterapi dengan diffuser yaitu

digunakan dalam konsentrasi tertentu. Price merekomendasikan

penggunaan aromaterapi 20 tetes dalam 50 mL air dengan konsentrasi 2%

lalu dimasukkan ke dalam diffuser yang akan dinyalakan selama kurang

lebih 15 menit. Untuk intervensi yang dilakukan sebanyak 3 kali dalam

seminggu. (Price, 2007).

c. Pijat

Aromaterapi apabila digunakan melalui pijat dilakukan dengan langsung

mengoleskan minyak essensial yang telah dipilih di atas kulit. Minyak

esensial baru bisa digunakan setelah dilarutkan dengan minyak dasar seperti

minyak zaitun, minyak kedelai, dan minyak tertentu lainnya (Departemen

Kesehatan, 2007).

2.1.7 Lavender

Bunga lavender memiliki 25-30 spesies, beberapa diantaranya adalah lavandula

angustifiola, lavandula lattifolia, lavandula stoechas (Fam. Lamiaceac). Asal

tumbuhan ini adalah dari wilayah selatan Laut Tengah sampai Afrika tropis dan ke

timur sampai India. Lavender juga menyebar di Kepulauan Kanari, Afrika Utara dan

Timur, Eropa Selatan dan Mediterania, Arabia, dan India (Dewi, 2013). Nama

Lavender berasal dari bahasa Latin “lavera” yang berarti menyegarkan dan orang-

orang Roma telah memakainya sebagai parfum dan minyak mandi sejak zaman

dahulu.

Zat yang Terkandung pada Minyak Lavender Minyak Lavender memiliki banyak

potensi karena terdiri atas beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram

bunga lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti: minyak esensial (1-3%),

26
alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-myrcene (5,33%), pcymene (0,3%),

limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool (26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol

(4,64%), linalyl acetate (26,32%) , geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene

(7,55%). Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari

bunga lavender adalah linalyl asetat dan linalool (C10H18O). (Mclain DE, 2009).

Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk mencari tahu zat mana

yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas/relaksasi) menggunakan Geller

conflict test dan Vogel conflict test. Linalool, yang juga merupakan kandungan

utama lavender, memberikan hasil yang signifikan pada kedua tes. Dapat dikatakan

linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas

(relaksasi) pada lavender. (Mclain DE, 2009)

Kerja Ekstrak Lavender Sebagai Media Relaksasi Indra penciuman memiliki

peran yang sangat penting, dalam sehari kita bisa mencium lebih kurang 23,040 kali.

Bau-bauan dapat memberikan peringatan pada kita akan adanya bahaya dan juga

dapat memberikan efek menenangkan(relaksasi). Tubuh dikatakan dalam keadaan

relaksasi adalah apabila otot-otot ditubuh kita dalam keadaan tidak tegang. (Buckle

J, 2001) Minyak Lavender terdapat kandungan linalil dan linalol yang dihirup masuk

ke hidung ditangkap oleh bulbus olfactory kemudian melalui traktus olfaktorius

yang bercabang menjadi dua, yaitu sisi lateral dan medial. Pada sisi lateral, traktus

ini bersinap pada neuron ketiga di amigdala, girus semilunaris, dan girus ambiens

yang merupakan bagian dari limbik. Jalur sisi medial juga berakhir pada sistem

limbik. Limbik merupakan bagian dari otak yang berbentuk seperti huruf C sebagai

tempat pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada. Bagian dari limbik

yaitu amigdala bertanggung jawab atas respon emosi kita terhadap aroma.

Hipocampus bertanggung jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga

27
tempat bahan kimia pada aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan

memori otak kita terhadap pengenalan bau-bauan. Oleh karena itu, bau yang

menyenangkan akan menciptakan perasaan tenang dan senang sehingga dapat

mengurangi kecemasan. Selain itu, setelah ke limbik aromaterapi menstimulasi

pengeluaran enkefalin atau endorfin pada kelenjar hipothalamus, PAG dan medula

rostral ventromedial. Enkefalin merangsang daerah di otak yang disebut raphe

nucleus untuk mensekresi serotonin sehingga menimbulkan efek rileks, tenang dan

menurunkan kecemasan. Serotonin juga bekerja sebagai neuromodulator untuk

menghambat informasi nosiseptif dalam medula spinalis. Neuromodulator ini

menutup mekanisme pertahanan dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis

sehingga menghambat pelepasan substansi P. Penghambatan substansi P akan

membuat impuls nyeri tidak dapat melalui neuron proyeksi, sehingga tidak dapat

diteruskan pada proses yang lebih tinggi di kortek somatosensoris dan transisional

(Hutasoit dalam Karlina, dkk, 2015). Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi

yang terkenal memiliki efek menenangkan. Penelitian yang dilakukan terhadap

manusia mengenai efek aromaterapi lavender untuk relaksasi, kecemasan, mood,

dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (Electro Enchepalo Gram) menunjukkan

terjadinya penurunan kecemasan, perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan

gelombang alpha dan beta pada EEG yang menunjukkan peningkatan relaksasi.

Didapatkan pula hasil yaitu terjadi peningkatan secara signifikan dari kekuatan

gelombang alpha di daerah frontal, yang menunjukkan terjadinya peningkatan rasa

kantuk. (Yamada, et al, 2005)

2.1. 8 Manfaat Aromaterapi Lavender

28
Manfaat bunga lavender adalah dapat dijadikan minyak esensial yang sering dipakai

sebagai aromaterapi karena dapat memberikan manfaat relaksasi dan memiliki efek sedasi

yang sangat membantu pada orang yang mengalami insomnia (Dewi, 2013).

Lavender secara tradisional diduga memiliki berbagai sifat terapeutik dan kuratif,

mulai dari mengurangi stress. Ada bukti yang berkembang yang menunjukkan bahwa

minyak lavender bisa menjadi obat yang efektif dalam pengobatan beberapa gangguan

neurologis. Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek

sedatif, hypnotic, dan anti-neurodepresive pada manusia. Karena minyak lavender dapat

memberi rasa tenang, sehingga dapat digunakan sebagai manajemen stres. Kandungan

utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang mampu mengendorkan dan

melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang (Yamada, et al,

2005). Selain itu, beberapa tetes minyak lavender dapat membantu menanggulangi

insomnia, memperbaiki mood seseorang, menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan

tingkat kewaspadaan, dan tentunya dapat memberikan efek relaksasi. (Dewi, 2013)

Lavender merupakan salah satu jenis aromaterapi. Aromaterapi lavender menurut

Tarsikah dalam Susilarini (2017) merupakan salah satu minyak esensial analgesik yang

mengandung 8% terpena dan 6% keton. Monoterpena merupakan jenis senyawa terpena

yang paling sering ditemukan dalam minyak atsiri tanaman. Pada aplikasi medis

monoterpena digunakan sebagai sedatif. Minyak lavender juga mengandung 30-50%

linalil asetat. Linalil asetat merupakan senyawa ester yang terbentuk melalui

penggabungan asam organik dan alkohol. Ester sangat berguna untuk menormalkan

keadaan emosi serta keadaan tubuh yang tidak seimbang, dan juga memiliki khasiat

sebagai penenang serta tonikum, khususnya pada sistem saraf. Wangi yang dihasilkan

aromaterapi lavender akan menstimulasi talamus untu mengeluarkan enkefalin, berfungsi

sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin merupakan neuromodulator yang berfungsi

29
untuk menghambat nyeri fisiologi. Penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey J. Gedney,

Psyd., Toni L. Glover, MA., RN., dan Roger B, Fillingim, PhD. dengan judul “Sensory

and Affective Pain Discrimination After Inhalation of Esensial Oils”. Metode penelitian

yang digunakan adalah randomized crossover design dengan melakukan penelitian 26

orang sehat, tidak merokok, dan tidak dalam pengobatan (13 laki-laki dan 13 wanita

belum menopause). Dalam studi ini didemonstrasikan bahwa inhalasi dari minyak

esensial lavender dan rosemary tidak menemukan hasil adanya efek analgesik.

Menurut hasil dari beberapa jurnal penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa

minyak esensial dari bunga lavender dapat memberikan manfaat relaksasi (carminative),

sedatif, mengurangi tingkat kecemasan, dan mampu memperbaiki mood seseorang.

(Dewi, 2013).

30
31
BAB III

METODOLOGIPENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

Deskriptif dengan pendekatan asuhan continuity of care melalui penelaahan kasus (case

study), yaitu dengan cara meneliti suatu permasalahan yang berhubungan dengan kasus

tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi , kejadian-kejadian khusus yang muncul

sehubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan.

Metode deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk membuat gambaran

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan

antarfenomena yang diselidiki. Rancangan penelitian deskriptif digunakan untuk

mengetahui asuhan continuity of care melalui penelaahan kasus (Nazir,2014).

3.2 Tempat dan waktu penelitian

3.2.1 Tempat studi kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie.

3.2.2 Waktu penelitian

Pelaksanaan studi kasus ini pada bulan Januari sampai dengan Maret 2021.

3.3 Subjek penelitian

Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel

dalam sebuah penelitian. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut. Dalam penelitian ini

menggunakan jenis teknik Purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan

menentukan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008).

32
Pada penelitian ini jumlah sampel yang akan diteliti adalah 3 orang ibu hamil di UPT

Puskesmas Ibrahim Adjie yang mempunyai kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Primigravida

2. Sedang hamil trimester III (32 Minggu)

3. Bersedia menjadi responden

3.4 Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data primer

Data primer yaitu data yang berasal dari sumber asli atau pertama melalui

wawancara, pemeriksaan fisik dan hasil observasi langsung. Data ini didapatkan

melalui narasumber atau responden, yaitu orang yang dijadikan objek penelitian

atau orang yang dijadikan sebagai sarana mendapatkan informasi maupun data.

(Tanjung and Devi, 2013).

Data primer pada penelitian ini adalah Ibu Hamil Trimester III yang

mengalami kecemasan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berasal dari dokumen rekam medik klien

di fasilitas pelayanan kesehatan. Data sekunder adalah data yang dikaitkan

dengan sumber dokumen langsung yang menjelaskan tentang suatu informasi.

(Sumantri, 2011).

Data sekunder pada penelitian ini adalah buku KIA.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Teknik Pengumpulan data merupakan cara peneliti mengumpulkan dan mengambil

data dalam penelitian. Adapun teknik pengambilan data dalam penelitian ini yaitu

dengan menggunakan :

33
1. Angket (Kuesioner)

Menurut sugiyono (2013: 199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini angket atau kuesioner

diberikan kepada ibu hamil trimester III untuk mengetahui tingkat kecemasan yang

dialami.

2. Observasi

Observasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengamati objek penelitian. (Tanjung and Devi, 2013).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemantauan pada ibu hamil.

3. Dokumen rekam medik

Merupakan sebuah dokumen atau berkas mengenai identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien.

(Permenkes No.269)

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan persetujuan (informed consent) dari

responden terhadap catatan medis yang berkaitan dengan responden.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti untuk mendukung kegiatan penelitiannya. (Suharsimi, 2016)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Angket (Kuisioner)

34
Instrumen yang digunakan untuk mendukung teknik pengambilan data secara

kuisioner adalah dengan menggunakan lembar kuisioner pengukur tingkat kecemasan/

Depression Anxiety Stress Scale (DASS). (terlampir).

2. Observasi

Untuk mendukung teknik pengumpulan data ini, menggunakan lembar observasi

berupa hasil pemeriksaan :

a. Pada Ibu hamil dengan cara memeriksa tekanan darah, berat badan dan tinggi

badan, lingkar lengan atas, tinggi fundus uteri (TFU), presentasi dan detak jantung

janin.berupa catatan perkembangan pada kartu ibu dan lembar ceklis (terlampir).

3. Dokumentasi rekam medik

Untuk mendukung teknik pengumpulan data ini menggunakan buku KIA (terlampir).

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan prinsip-prinsip manajemen

asuhan kebidanan dengan menggunakan SOP (Terlampir).

3.8 Alat dan bahan penelitian

a. Alat dan bahan yang digunakan dalam wawancara

Format asuhan kebidanan pada Ibu hamil, bersalin, nifas,bayi baru lahir, dan KB.

b. Alat dan bahan yang digunakan dalam observasi

Stetoskop, thermometer, dopler, timbangan berat badan, jam, handscoon, metlin,

ultrasonic difusser, dan essential oil lavender.

c. Alat dan bahan yang digunakan dalam pendokumentasian

Catatan medik atau status pasien dan buku KIA.

3.9 Jadwal Pelaksanaan

3.9.1 Tahapan persiapan penelitian

a. Memilih masalah

35
b. Studi pendahuluan

c. Studi kepustakaan

d. Menyusun usulan penelitian

e. Ujian proposal

3.9.2 Tahapan pelaksanaan penelitian

a. Izin penelitian

b. Penelitian (Pengambilan data rekam medik)

c. Pengelolaan dan Analisis data

d. Pembahasan hasil penelitian

3.9.3 Tahapan Akhir

a. Menarik kesimpulan

b. Menyusun Laporan penelitian

3.10 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari institusi tempat

penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut : Peneliti menjamin hak-hak

responden dengan cara menjamin kerahasiaan, identitas responden, memberikan hak

kepada responden untuk menolak dan memberikan informed consent kepada

responden (Hamid, 2008)

1. Informed Consent (Lembar persetujuan)

Diberikan kepada responden dengan tujuan agar subjek mengetahui

maksud dan tujuan peneliti. Jika subjek tidak bersedia untuk diteliti maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya dengan tidak

memasukkan responden dalam penelitian.

36
Pada penelitian ini responden menandatangani lembar informed

consent sebagai tanda bahwa responden bersedia untuk dijadikan sampel

penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

2. Anonimity (Tanpa nama) dan Confidentiality (Kerahasiaan)

Anonimity dan confidentiality adalah jaminan terjaganya rahasia

responden mengenai identitasnya dengan menggunakan pengkodean

sebagai pengganti identitas responden. Semua bentuk data hanya

digunakan untuk keperluan proses analisis sampai penyusunan laporan

penelitian yang bersifat rahasia dan pibadi.

Pada penelitian ini, untuk menjaga kerahasiaan identitas responden

maka peneliti tidak mencantumkan nama responden tetapi hanya

menggunakan inisial. Dan informasi yang diberikan oleh responden

dijamin oleh peneliti dengan tidak memberikan informasi hasil penelitian

selain untuk keperluan akademik.

3. Privacy and dignity

Privacy and dignity adalah hak responen untuk dihargai tentang apa

yang responden lakukan dan apa yang dilakukan terhadap responden

serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana informasi responden dapat

dibagi dengan orang lain.

Pada penelitian ini peneliti hanya melakukan wawancara dan

observasi pada waktu yang telah disepakati dengan responden.

37
PERMOHONAN RESPONDEN DALAM PENGAMBILAN KASUS

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amelia Nurmaulidia

NIM : CK118004

Asal Institusi : Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana
mengajukan permohonan kepada ibu :

Nama : ....................................................

Umur : ....................................................

Alamat : ....................................................

untuk bersedia menjadi responden (klien) dalam asuhan berkelanjutan untuk Laporan Tugas Akhir
mahasiswa di Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana
dengan rincian :

1. Asuhan kehamilan : Mulai umur kehamilan minimal 32 minggu sebanyak 3 kali

2. Asuhan Persalinan : Sebanyak 1 kali saat proses persalinan

3. Asuhan Nifas : Sebanyak 3 kali, yaitu saat yaitu 6 jam-3 hari, hari ke 4-28 hari setelah melahirkan
dan hari ke 29-42 hari setelah melahirkan

4. Asuhan Neonatus (Bayi Baru Lahir) : Sebanyak 3 kali, yaitu 6-48 jam setelah lahir, hari ke 3-7
setelah lahir, dan hari ke 8-28 setelah lahir

5. Asuhan Keluarga Berencana : Sebanyak 2 kali yaitu saat kunjungan masa nifas

Demikian surat permohonan ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Bandung, November 2020

Tanda tangan

Amelia Nurmaulidi

38
PERSETUJUAN RESPONDEN DALAM PENGAMBILAN KASUS

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ......................................................

Umur : ......................................................

Alamat: ......................................................

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden (klien) dalam asuhan


berkelanjutan untuk Laporan Tugas Akhir mahasiswa di Program Studi DIII Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana dengan rincian :

1. Asuhan kehamilan : Mulai umur kehamilan minimal 32 minggu sebanyak 3 kali

2. Asuhan Persalinan : Sebanyak 1 kali saat proses persalinan

3. Asuhan Nifas : Sebanyak 3 kali, yaitu saat yaitu 6 jam-3 hari, hari ke 4-28 hari setelah
melahirkan dan hari ke 29-42 hari setelah melahirkan

4. Asuhan Neonatus (Bayi Baru Lahir) : Sebanyak 3 kali, yaitu 6-48 jam setelah lahir, hari ke
3-7 setelah lahir, dan hari ke 8-28 setelah lahir

5. Asuhan Keluarga Berencana : Sebanyak 2 kali yaitu saat kunjungan masa nifas

Demikian surat pernyataan ini saya buat secara sukarela, dan tidak ada paksaan dari pihak
manapun.

Bandung, November 2020

Tanda tangan

Nama responden

39
SOP PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER

A. Pengertian : Memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami kecemasan, lalu

membimbing pasien untuk melakukan teknik relaksasi inhalasi.

B. B. Tujuan :

1. Mengurangi tingkat kecemasan

2. Menurunkan ketegangan otot

3. Menimbulkan perasaan aman dan damai

C. Peralatan : Ultrasonic Difusser, Essential Oil Lavender.

D. Prosedur Pelaksanaan :

1. Tahap Pra Interaksi

a. Mengukur tingkat kecemasan dengan mengisi kuisioner yang sudah disiapkan.

b. Melihat Intervensi kebidanan yang telah diberikan oleh bidan

c. Mengkaji Program Terapi yang diberikan oleh dokter

d. Hand hygiene

2. Tahap Orientasi

a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien

b. Menanyakan cara yang bisa digunakan agar rileks dan tempat yang disukai

c. Menjelaskan tujuan dan prosedur

d. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

3. Tahap Kerja

a. Membaca tasmiyah

b. Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien

c. Mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman

d. Meminta pasien untuk memejamkan mata

e. Teteskan 3 tetes Essential Oil Lavender pada Ultrasonic Difusser.

40
f. Menunggu Ultrasonic Difusser bekerja.

g. Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pasien pada kedua kakinya untuk

rileks, kendorkan seluruh otot – otot kakinya perintahkan pasien untuk merasakan

relaksasi kedua kaki pasien dan menghirup aromaterapi lavender

h. Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya pada kedua tangan , kendorkan

otot-otot kedua tangannya, meminta pasien merasakan relaksasi kedua tangan

pasien dan menghirup aromaterapi lavender

i. Memindahkan fokus pikiran pasien pada bagian tubuhnya, memerintahkan pasien

untuk merilekskan otot-otot tubuh pasien mulai dari otot pinggang sampai otot

bahu,

j. Meminta pasien untuk merasakan relaksasi otot-otot tubuh pasien dan menghirup

aromaterapi lavender

k. Meminta pasien untuk memfokuskan pikirannya pada masuknya udara lewat jalan

nafas

l. Bawa pikiran pasien menuju tempat yang menyenangkan

m. Meminta pasien untuk senyum agar otot-otot muka menjadi rileks

4. Tahap Terminasi

a. Memberikan lembar persetujuan kepada pasien untuk bersedia di observasi

b. Memberikan kuisioner kepada pasien terkait perubahan yang dirasakn sebelum dan

sesudah diberikan aromterpi lavender ini.

c. Melakukan evaluasi tindakan

d. Mendokumentasikan kegiatan dengan pasien

e. Membaca tahmid dan berpamitan dengan klien

f. Membereskan alat-alat

g. Hand hygiene

41
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan kebidanan (Jaelani,2009)

42
KUESIONER PENELITIAN

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN,


NIFAS, KB, DAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI
LAVENDER PADA IBU HAMIL TRIMESTER III UNTUK MENGURANGI
KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN DI UPT PUSKESMAS IBRAHIM
ADJIE

A. DATA DEMOGRAFI

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

Usia :

B. TINGKAT STRES

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman

saudara/i dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang

disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau sering.

3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda ceklist(√)

pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Saudara/i selama menyusun

skripsi. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan

diri Saudara/i yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam

pikiran Saudara/i.

43
Kuesioner Tingkat kecemasan
Depression Anxiety Stress Scale (DASS)

Keterangan :
0 : Tidak ada atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang
2 : Sering
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

44
45
LEMBAR KONSULTASI

Pembimbing : Dewi Nurlaela Sari, M.keb

Nama Mahasiswa : Amelia Nurmaulidia

NIM : CK.1.18.004

Program Studi : D-III Kebidanan

Tanggal Materi Saran Paraf


Konsultasi
Selasa, BAB 1 Konsul Judul Pengajuan BAB
02-02-21 1
Penulisan judul sesuai juknis
Revisian :
 Prolog
 Kenapa kecemasan?
 Pada siapa primi atau multi?
 Faktor yang mempengaruhi
kecemasan?
 Dampak kecemasan
 Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi kecemasan
 Apa intervensi yang dipilih,
jelaskan bagaimana cara
kerjanya
 Studi pendahuluan

Tanggal Materi Saran Paraf


Konsultasi
Selasa Revisi BAB 1  Judul ditulis sesuai juknis
16-02-21  Untuk setiap akhir paragraph
dicantumkan sumbernya

Tanggal Materi Saran Paraf


Konsultasi
Jumat Revisi BAB 1  Disi dengan justifikasi kenapa
20-02-21 & Konsul BAB

46
3 memilih intervensi pada
kehamilan
 Perbaikan BAB 3

Tanggal Materi Saran Paraf


konsultasi
Rabu Cover, Kata  Satukan file
24-02-21 pengantar,  Lengkapi kata pengantar, daftar
Daftar isi, isi, daftar pustaka
Lampiran,  Bab 3: intervensi yang
BAB 1,2,3, dilakukan berapa lama, durasi,
Daftar dsb
Pustaka,
 Tolong lengkapi subjek
penelitian , Teknik pengambilan
sample menggunakan apa ?
 Disetiap item, seperti data
primer, data sekunder
tambahkan dibawahnya data
primer pada penelitian ini
menggunakan apa, dan begitu
juga seterusnya

Tanggal Materi Saran Paraf


konsul

Tanggal Materi Saran Paraf


konsul

LEMBAR BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Amelia Nurmaulidia

NIM : CK118001

47
Paraf
No Hari,Tanggal Kegiatan Dan Saran Pembimbing
Pembimbing 2

1 Selasa, 02-02-21  Penulisan judul sesuai juknis


 Prolog
 Kenapa kecemasan ?
 Pada siapa primi atau multi?
 Faktor yang mempengaruhi
kecemasan ?
 Dampak kecemasan
 Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi kecemasan
 Apa intervensi yang dipilih, jelaskan
bagaimana cara kerjanya
 Studi pendahuluan

2 Senin, 15-02-21

48
6

10

DAFTAR PUSTAKA

49
Amilia Rizkia. (2018). Efektifitas Aromaterapi Pepermint inhalasi terhadap mual dan

muntah. Universitas aisyiyah Yogyakarta, 2018. Diakses tanggal 20 Januari

2021.

Arif Sumantri . (2011). Metode Penelitian Kesehatan. Edisi pertama. Jakarta: Kencana.

Arikunto, Suharsimi. (2016). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Aryasatiani. (2005). Menjaga Wanita Takut Menghadapi Persalinan Normal.

http://www.dinkes.diy.org

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Trans Info

Media

Atkinson. (2015). Acid-Base Titrations I, Portland University Oregon USA. available at

http://web.pdx.edu/atkinsdb/teach/ 321/NaOH diunggah 20 Januari 2021.

Azizah N, Rosyidah R, Machfudloh H. (2020). Efektivitas Inhalasi Aromaterapi Lavender

(Lavendula Augustfolia) dan Neroli (Citrus Aurantium) terhadap Penurunan Nyeri

Proses Persalinan. Midwiferia Jurnal Kebidanan. 6:1.

Azizah, S. (2015). Gambaran Keluhan Subjektif Selama Kehamilan di Jakarta dan Faktor

faktor yang Berhubungan. Universitas Indonesia, Jakarta. Retrieved from

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016- 5/20417245-SP-Siti%20Azizah.pdf.

Bethsaida, Janiwarty., dan Pieter, Herri Zan. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan.

Yogyakarta: Rapha Publishing.

Bobak, M, Irene, et, al. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih bahasa :

Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC.

Buckle, J. (2003). Clinical Aromateraphy: Essential Oils in Practice. (2nd ed., Vol. I).

London: Churcill Livingstone. Chudler, E. H. 2011. Smell—The Nose K.

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan 2007. Departemen Kesehtan RI .

50
Depkes, RI. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Asuhan Essensial Persalinan. Jakarta.

Dewi, A.P dan IGA Prima. (2013). Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi. Jurnal

Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali.

Djilani, A. and Dicko, A. (2012). ‘The Therapeutic Benefits of Essential Oils’, in Bouayed,

J., and Bohn, T., Nutrition, Well-Being and Health, InTech, Croatia, pp. 155-

178.

Dorsinta S, Dwi L. (2018). Tingkat Kecemasan Menghadapi Persalinan Berdasarkan Status

Kesehatan, Graviditas dan Usia di Wilayah Keja Puskesmas Jombang. jurnal

penelitian.

Eniyati, & Rahayu, D. (2017). Sikap Ibu Hamil dalam Menghadapi Ketidaknyamanan

Kehamilan Trimester I di Puskesmas Piyungan Bantul Yogyakarta. Jurnal

Kesehatan

Samodra Ilmu, 8(1).

Gunarsa, Yulia Singgih D. & Singgih D Gunarsa. (2012). Psikologi Untuk Keluarga.

Jakarta ;

Penerbit Libri.

Hafid Fadly. (2017). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Hasil Tes Potensi Akademik

Siswa Kelas XII SMA Negeri 21 Makasar. Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanudin

Makasar,2017. Diakses tanggal 20 Januari 2021

Heffner L.J., Schust D.J. (2008). At a Glance, Sistem Reproduksi. Edisi Kedua, Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hutasoit A. S. (2002). Panduan Praktis Aromatherapy untuk Pemula. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

51
Ika N. Nitrawati. (2018). Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S dengan kehamilan

normal di PMB Siti Rofi’atun SST Sambirejo- Jogoroto Jombang.Skripsi.

Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.

Irianti, B., Halida, E. M., Duhita, F., Prabanda, F., Yulita, N., Hartiningtyaswati, S., &

Anggraini, Y. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto.

Jaelani. (2009). Aroma Terapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Kajdy et al. (2020). Risk factors for anxiety and depression among pregnant women during

the COVID-19 pandemic: A web-based cross-sectional survey. Available From:

researchgate.net/publication/343191077_Risk_factors_for_anxiety_and_depression_among_

pregnant_women_during_the_COVID-19_pandemic_A_web-based_cross-

sectional_survey.

Karlina, Sisca Dewi; Reksohusodo, Subandi; Widayati, Aris. (2014). Pengaruh Pemberian

Aromaterapi Lavender secara Inhalasi terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Persalinan Fisiologis pada Primipara Inpartu Kala I Fase Aktif di BPM Fetty

Fathiyah Kota Mataram, Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur

Kartono, K. (2002). Psikologi Wanita: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek, , Jilid 2,

Mandar Maju, Bandung.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.

Kumalasari I. (2015). Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir dan

Konsepsi. Salemba Medika. Jakarta Selatan.

Lovibond, S.H. & Lovibond, P.F. (1995). Manual for the depression anxiety & stress scales.

2nd Edition. Sydney: Psychology Foundation.

52
Mandagi DVV, Pali C, Sinolungan JSV. (2013). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada

Primigravida dan Multigravida di RSIA Kasih Ibu Manado. Jurnal e-Biomedik

(eBM).

1 (1): 197-201.

Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB

untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Manuaba I. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

Mariza ana, dan Kalsum annisa umi.(2017) “Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar

TerhadapPenurunan Tekanan Darah Pada Wanita Lanjut Usia Di Uptd Panti

Sosial|

Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.” Universitas Malahayati

VIII,

no. Nomer 1 (April 2017): halaman 30-35. Diakses tanggal 20 Januari 2021

McLain DE. (2009). Chronic Health Effects Assessment of Spike Lavender Oil. Walker

Doney and Associates.

Menkes RI. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008

tentang Rekam Medis.

Nabila, Mayli F. (2014). Perbedaan kejadian hipertensi pada masyarakat ruralurban di

Kabupaten Bogor tahun 2014. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat

FKIK

UIN Syarif Hidayatulah.

Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nur Sholichah, Nanik Puji Lestari. (2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. Y

(Hamil, Bersalin, Nifas, Bbl, Dan K. Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII

53
No.1

Tahun 2017.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2016). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Novianti, L., Mato, R., & Hasifah, H. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan

Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Sectio Caesarea Di Rsia Sitti Khadijah I

Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.

Https://Doi.Org/10.35892/Jikd.V14i4.291

Nurhayati, S. (2018). Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Z GIP0 Kehamilan Normal

dengan Keluhan Pusing di PMB Siti Zulaikah, SST Desa Jogoroto Kecamatan

Jogoroto

Kabupaten Jombang. STIKES Insan Cendekia Medika Jombang, Jombang.

Retrieved

from http://repo.stikesicmejbg.ac.id/795/

Nursalam. (2015). Metodologi ilmu keperawatan. edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Pamungkas, R. A., & Usman, A. M. (2017). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Trans

Info Media.

Pande, Npm.Y. Agustin, Igar. Putra, Pw Kusuma. (2013). Pengaruh Aroma Terapi Lavender

Terhadap Kecemasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Bali.

Jurnal Kesehatan Stikes Bina Usada: Bali.

Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Edisi Empat. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Primadiarti.R. (2002). Aromaterapi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Pudji, S., & Ina, H., (2018). Senam Hamil dan Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester

Ketiga. Midwife Journal, 5(1), 33–39.

54
Putri R.V , Rahmiati L , Andrianie K. (2018) . Gambaran Kebiasaan Ibu Hamil Dalam

Mengatasi Ketidaknyamanan Selama Kehamilan Di RSUD R. Syamsudin, SH .

Jurnal

Sehat Masada Volume Xii Nomor 1 Januari. Issn: 1979-2344

Rahayu, RD. & Sugita. (2018). Efektivitas Pemberian Aromaterapi Lavender dan Jahe

Terhadap Penurunan Frekuensi Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester I di

BPM

Trucuk Klaten. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 3(1):1-56.

Rustikayanti, R. Nety, Ira Kartika, Yanti Herawati. (2016). Korelasi Perubahan Psikologis

Ibu Hamil Dengan Tingkat Kepuasan Seksual Suami. Jurnal Bidan “Midwife

Journal”

Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477- 3441.

Saiffullah. (2015). Bab II Proses Pembentukan Embrio. Diunduh 20/01/2021, dari

http://digilib.uinsby.ac.id/2607/5/Bab%202.pdf

Sarifah, Siti. (2016). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kecemasan Ibu Hamil Pertama

Trimester ke III dalam Menghadapi Persalinan di Samarinda. eJournal

Psikologi, Vol.

4, No. 4, 2016, ISSN: 2477-2674.

Saseno, Kriswoyo PG, Handoyo. (2013). Efektifitas Relaksasi Terhadap Tingkat Kecemasan

pada Lansia di Posyandu Lansia Adhi Yuswa RW. X Kelurahan Kramat

Selatan. Jurnal

Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 9(3).

Seda Karacay Yikar, & Nazik, E. (2018). Effects of prenatal education on complaints during

pregnancy and on quality of life. Jurnal Elsevier. doi: https://doi.org/10.1016/j.

pec.2018.08.02 3

55
Shodiqoh ER, Syahrul F. (2014). Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi

Persalinan Antara Primigravida dan Multigravida. Jurnal Berkala

Epidemiologi. 2 (1):

141-150.

Silva, M. M. de J., Nogueira, D. A., Clapis, M. J., & Leite, E. P. R. C. (2017). Anxiety in

pregnancy: Prevalence and associated factors. JOurnal of School of Nursing

University

of Sao Paulo, 51, 1–8. https://doi.org/10.1590/S1980- 220X2016048003253

Sinaga Renny, Sianipar Kandace, To. Hendri. (2017). Penurunan, Terhadap Ibu, Kecemasan

Menjelang, Hamil DI BPM SIMALUNGUN. 81–91.

Sinaga Renny, Sianipar Kandace, To. Hendri. (2021). Penerapan Aromatherapi Terhadap

Penurunan Kecemasan Ibu Inpartu. jurnal penelitian.

Siregar. (2015). Statistik Deskritif Untuk Penelitian. Jurnal Penelitian.

Siswosudarmo, R. (2016). Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia

Spitz, Elisabeth., dkk. (2013). Anxiety Symptoms and Coping Strategies in the Perinatal

Period. BMC Pregnancy & Childbirth, Vol. 13, No. 233.

Stuart.Gail.W (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia: Elsever.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,

CV.

Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta: Nuha

Medika.

Supatmi, dan Agustiningsih (2015). Efek Aromatherapy Pepermint Inhalasi terhadap Mual

dan Muntal pada Pasien dengan Pemberian Kemoterapi. Jurnal Kesehatan

Akademi

56
Perawatan Karya Bakti Husada Bantul Yogyakarta. Diakses tanggal 20 Januari

2021

Susilarini, & Winarsih, S. (2017). Pengaruh Pemberian Aromatherapi Lavender Terhadap

Pengendalian Nyeri Persalinan Kala 1 Pada Ibu Bersalin. Jurnal Kebidanan

Vol.6

No.12 April , 8.

Susilowati. (2012). Pengaruh Dukungan Keluarga dan Paritas Terhadap Kecemasan Ibu

Hamil Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan di RB Harapan Bunda

Surakarta.

Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. Minat Utama Pendidikan

Profesi

Kesehatan. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

https://digilib.uns.ac.id.

Tanjung, H., & Devi, A. (2013). Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Gramata

Publising.

Tarwoto, Wartono, Taufiq I. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem

Endokrin Jakarta: CV Trans Info Media.

Usman FR, Kundre RM, Onibala F. (2016). Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

Menghadapi Persalinan Dengan Kepatuhan Antenatal Care (ANC) Di

Puskesmas Bahu

Kota Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 4 (1): 1-7.

Yamada, et al. (2005). Effect inhaling of the vapor of lavandula burnatii superDerrived

esensial oil and linalool on plasma adrenocorticotropin hormone (ACTH),

Catecholamine and Gonadotropin Level in Experimental Menopausal Female

Rats.

57
Pharmaceutical Society of Japan 2005; 28 (2) 378- 379.

http://search.proquest.com/docview/204814295/abstract/79E593C836914559

PQ/1?accountid=38628. diunduh 20/01/2021.

Yulistiana, Evayanti. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Suami Pada Ibu

Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (Anc) Di Puskesmas

Wates

Lampung Tengah Tahun 2015. Jurnal Kebidanan Vol 1, No 2, Juli 2015: 81-90.

Young, G. (2011). Essencial Oil Pocket Reference 5 Th Ed. Amazon : Life Science

Pubhlising

https://www.republika.co.id/berita/koran/medika/16/12/21/gayahidup/tips/17/09/26/owveye

28-11-manfaat-tersembunyi-dari-oil-diffusers

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200203131620-284-471109/7-aroma-minyak

esensial-terbaik-untuk-kurangi-kecemasan

https://www.atsirich.com/3061/apa-itu-essential-oil-diffuser-ketahui-6-jenisnya-pilih-yang-

terbaik/

https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/gangguan-cemas-menyeluruh/penatalaksanaan

https://www.kajianpustaka.com/2020/04/aromaterapi-pengertian-jenis-fisiologi-penggunaan

dan-manfaat.html

58

Anda mungkin juga menyukai