Anda di halaman 1dari 2

Kewaspadaan standart harus diterapkan oleh seluruh petugas setiap saat, tempat,dan waktu,

tanpa melihat apakah pasien yang ditangani infeksius atau non-infeksius.


Membahas tentang 11 komponen utama kewaspadaan standart yang terdiri dari kebersihan
tangan, alat pelindung diri, dekontaminasi peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan,
pengelolaan limbah, penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan
pasien, hygiene/respirasi/etika batuk bersin, praktik menyuntik yang aman, dan praktik lumbal
pungsi yang aman.
Kebersihan tangan dilakukan dnegan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir bila
tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh. bila tidak tampak kotor dapat menggunakan
alkohol (handrubs). Indikasi kebersihan tangan meliputi sebelum kontak dengan pasien,
sebelum tindakan aseptic, setelah kontah darah atau cairan tubuh, setelah kontak dengan
pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien.
Penyehatan air merupakan upaya penyehatan kualitas air. Kualitas air sebagai sumber air dapat
ditentukan dengan mempertimbangkan kualitas fisik, kimia, dan biologinya baik,
ketersediaannya terjamin, dan kuantitasnya. Dalam menjaga kualitas air, sangat penting sekali
dilakukan pembersihan dan desinfeksi penampungan air. Selain itu, evaluasi secara berkala
kualitas air untuk mencegah kemungkinan sumber air terkontaminasi.

Proses pengolahan air limbah dimulai dari mengidentifikasi jenis limbah. Sehingga jika diketahui
jenis limbahnya dapat dikelompokkan dan dilakukan pemisahan sesuai jenisnya seperti limbah
infeksius, limbah non-infeksius, limbah benda tajam, dan limbah cair. Wadah untuk tempat
penyimpanan sementara limbah infeksius harus memiliki lambing biohazard.

APD bagi petugas yang bertugas untuk mengurus linen hukumnya wajib seperti sarung tangan
rumah tangga, gaun, apron, masker, dan sepatu tertutup. Linen dibedakan menjadi linen
infeksius dan linen non-infeksius. Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh pasien
termasuk keringat. Penatalaksanaan linen jika suatu fasyankes hanya memiliki satu mesin cuci,
maka yang didahulukan adalah linen non-infeksius,kemudian mesin cuci dibilas dengan air dan
sabun, baru setelah itu digunakan untuk linen infeksius.
Penempatan pasien infeksius harus terpisah dengan pasien lainnya yang non-infeksius.
Penempatan pasien harus desesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak,
droplet, dan airborne). Sebaiknya menggunakan ruang tersendiri atau ruang isolasi. Jika
fasyankes tidak memiliki ruang isolasi tersendiri,pasien dapat dirawat bersama pasien lainnya
dengan jenis infeksi yang sama tetapi dengan menerapkan sistem cohorting. Jarak minimal
antar tempat tidur 1 meter.
Praktek menyuntik aman dengan menerapkan aseptic technique untuk mencegah kontaminasi
alat-alat injeksi. Tidak menggunakan spuit yang sama untuk penyuntikan. Semua alat suntik
yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien dan satu prosedur. Bila
memungkinkan, gunakan single dose untuk obat injeksi. Penggunakan hanya satu kali untuk
cairan pelarut/flushing (NaCl, WFI, dll).

Praktek lumbal pungsi yang aman dengan semua petugas yang akan melaksanakannya harus
memakai masker bedah, gaun bersih, sarung tangan steril, anestesi spinea/epidural/pasang
kateter vena sentral. Masker bedah disini berfungsi sebagai pelindung agar tidak terjadi droplet
flora orofaring yang dapat menimbulkan meningitis bacterial.

Anda mungkin juga menyukai