DI INDONESIA
Yohanis Rumbiak
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembanguna
Universitas Cendrawasih
(2019042024127)
Abstrak
Inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas perekonomian dan isu perekonomian
yang selalu menjadi perhatian penting bagi negara berkembang, khususnya Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kurs, jumlah uang beredar,
BI rate dan ekspor bersih terhadap inflasi di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah
seluruh data kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor bersih dengan jangka waktu
2006-2014. Variabel bebas adalah kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor bersih,
sedangkan variabel terikat adalah inflasi. Analisis data yang digunakan terdiri dari
analisis korelasi, analisis determinasi, uji t, uji F, dan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan BI rate memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Kurs dan ekspor bersih tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil analisis uji F
menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor
bersih secara bersama-sama berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia.
Kata Kunci : BI rate, ekspor bersih, inflasi, jumlah uang beredar, kurs.
Abstract
Inflation is one indicator of economic stability and economic issues that always an
important concern for developing countries, especially Indonesia. The purpose of this
study was to determine the effect of the exchange rate, money supply, BI rate and net
exports to inflation in Indonesia. Samples were taken throughout the data rate, money
supply, BI rate and net exports with time series from 2006 to 2014. The bebast variable is
the exchange rate, money supply, BI rate and net exports, while the dependent variable is
inflation. Analysis of the data used consisted of correlation analysis, determination
analysis, t-test, F test, and multiple linear regression analysis. The result shows that the
money supply and BI rate has a significant impact on inflation in Indonesia . While the
exchange rate and net exports did not have a significant effect on inflation in Indonesia. F
test analysis results showed that the bebast variables are the exchange rate, money
supply, BI rate and net exports simultaneously influence on inflation in Indonesia.
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa runan hingga ke level 7,75%. Penurunan
pada tahun 2006 jumlah uang beredar yang terjadi tidaklah signifikan. Hal
sebesar Rp.1.382.074.000. Pada bulan tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia
Desember mengalami peningkatan setiap sebagai Bank Sentral dalam memutuskan
tahunnya hingga di tahun 2014 sebesar kebijakan moneter dan juga sebagai upaya
Rp.4.170.731.000. Peningkatan jumlah menstabilkan perekonomian dalam negeri
uang yang beredar ini menunjukkan terhadap inflasi yang terjadi (Pohan,
tingkat inflasi mengalami peningkatan. 2008).
Perkembangan suku bunga tahun Ekspor bersih merupakan selisih
2006-2014 seperti pada Gambar 5. antara ekspor dan impor. Ekspor bersih
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa yang meningkat akan berpengaruh pada
suku bunga tertinggi terjadi di tahun 2006 neraca pembayaran dan menyebabkan
yaitu sebesar 12,75% berturut-turut pada surplus neraca pembayaran. Perkem-
bulan Januari hingga bulan April. Pada bangan ekspor bersih tahun 2006 hingga
tahun-tahun berikutnya mengalami penu- 2014 ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 5. Perkembangan Suku Bunga
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nya nilai ekspor bersih atau minusnya
dari tahun 2006 hingga tahun 2014 nilai nilai ekspor bersih selama periode-periode
ekspor bersih Indonesia mengalami tersebut. Nilai ekspor bersih tertinggi
fluktuasi. Pada tahun 2006 dan 2007 selama periode Januari 2006 – Desember
ekspor bersih mengalami surplus ini 2014 terdapat pada bulan Desember tahun
dikarenakan ekspor pada tahun lebih besar 2006 sebesar Rp. 4, 641,917, 796.
dibanding impor. Pda tahun 2008 (April,
Juli), 2010 (Juli), 2012 (April, Mei, Juni, Setelah diketahui perkembangan
Juli, Oktober, November, Desember), inflasi, kurs rupiah terhadap US Dollar,
2013 (Januari, Februari, April, Mei, Juni, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor
Juli, September) dan 2014 (Januari, April, bersih, maka langkah selanjutnya mela-
Mei, Juni, Agustus, September, kukan beberapa uji asumsi-asumsi model
November) ekspor bersih mengalami regresi yaitu uji normalitas, heteroske-
defisit. Hal ini diakibatkan oleh impor dastisitas, multikolinieritas dan autoko-
yang lebih besar dibandingkan ekspor. relasi. Analisis ini menggunakan bantuan
Ketika mencari nilai ekspor bersih, maka software SPSS (Statistical Product and
akan menyebabkan rendah- Service Solution) 21 for Windows.
Berdasarkan hasil dari scatter plot 1,7637 dan berada dibawah < 4-dU (4 -
pada Gambar 7 terlihat bahwa plot yang 1,7637 = 2,2363), maka dapat disimpul-
terbentuk tidak memiliki pola yang jelas, kan bahwa tidak terdapat autokorelasi
serta titik-titik menyebar di atas dan pada penelitian ini.
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka Setelah dilakukan uji asumsi klasik
dapat dikatakan tidak terjadi heteroske- dan diperoleh hasil semua uji memenuhi
dastisitas. asumsi maka dilakukan analisis meng-
Berdasarkan hasil output pada Tabel gunakan regresi berganda. Hasil analisis
3 didapat nilai Durbin-Watson sebesar regresi berganda ditunjukkan pada Tabel
1,765. Nilai ini akan dibanding-kan 5.
dengan nilai tabel dengan mengguna-kan Berdasarkan Tabel 5, analisis
nilai signifikansi sebesar 5% atau 0,05. regresi berganda akan memberikan hasil
Untuk jumlah data n = 108, maka nilai dL berupa persamaan regresi yang ditunjuk-
sebesar 1,6104 dan dU sebesar 1,7637. kan pada Persamaan 3.
Nilai Durbin-Watson = 1,765 >
Pada persamaan (3), konstanta sebesar - t hitung < t tabel pada α = 5%. Nilai
17,967 artinya jika kurs, jumlah uang signifikansi sebesar 0,163 > 0,05. Hal ini
beredar, BI rate dan ekspor bersih menunjukkan bahwa variabel kurs tidak
nilainya adalah nol maka tingkat inflasi berpengaruh secara parsial dan tidak
adalah sebesar -17,967. Koefisien kurs signifikan terhadap inflasi di Indonesia.
sebesar -2,754 artinya jika variabel bebas Secara teori semakin tinggi tingkat kurs
lain nilainya tetap dan kurs mengalami maka akan menaikkan tingkat inflasi di
kenaikan sebesar 1%, maka inflasi meng- Indonesia. Ini tergantung kebijakan pe-
alami penurunan sebesar 2,754. Koefisien merintah, jika pemerintah memperhatikan
bernilai negatif artinya terjadi hubungan (menaikkan) ekspor maka kurs (nilai
yang negatif antara kurs dengan inflasi. tukar rupiah) yang meningkat akan
Semakin besar Kurs maka semakin menaikkan perekonomian Indonesia.
menurun tingkat inflasi. Koefisien jumlah Hasil penelitian ini mendukung dari hasil
uang beredar (JUB) sebesar 2,646 artinya penelitian sebelumnya yang dilakukan
jika variabel bebas lain nilainya tetap dan oleh Theodores, Veck dan Henly (2014).
JUB mengalami kenaikan sebesar 1%, Nilai t variabel jumlah uang beredar
maka inflasi mengalami kenaikan sebesar (JUB) sebesar 2,865 dan nilai t tabel
2,646. Koefisien bernilai positif artinya sebesar 1.65909 maka Ha diterima karena
terjadi hubungan yang positif antara JUB t hitung > t tabel pada α = 5%. Nilai
dengan inflasi. Semakin besar JUB maka signifikansi sebesar 0,005 < 0,05. Hal ini
semakin meningkat tingkat inflasi. menunjukkan bahwa variabel JUB
Koefisien BI rate (BIR) sebesar 2,008 berpengaruh secara parsial dan signifikan
artinya jika variabel bebas lain nilainya terhadap inflasi di Indonesia. Secara teori
tetap dan BI rate mengalami kenaikan mengatakan bahwa bahwa semakin
sebesar 1%, maka inflasi mengalami banyak Jub, maka akan menaikan per-
kenaikan sebesar 2,008. Koefisien ber- sentase tingkat inflasi di Indonesia. Hasil
nilai positif artinya terjadi hubungan yang penelitian ini mendukung penelitian sebe-
positif antara BI rate dengan inflasi. lumnya oleh Santoso (2010), Rahmawati
Semakin besar BI rate maka semakin (2011), dan Maggi dan Sarasawati
besar tingkat inflasi. Koefisien ekspor (2013).
bersih (EB) sebesar -0,184 artinya jika Variabel BI rate (BIR) memiliki
variabel bebas lain nilainya tetap dan nilai t hitung sebesar 12,830 dan nilai t
ekspor bersih mengalami kenaikan tabel sebesar 1.65909 maka Ha diterima
sebesar 1%, maka inflasi mengalami pe- karena t hitung > t tabel pada α = 5%.
nurunan sebesar 0,184. Koefisien bernilai Nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
negatif artinya terjadi hubungan negatif Hal ini menunjukkan bahwa variabel BI
antara ekspor bersih dengan inflasi. rate berpengaruh secara parsial dan
Uji t digunakan untuk menunjukkan signifikan terhadap inflasi di Indonesia.
seberapa jauh pengaruh masing-masing Secara teori mengatakan bahwa tingkat
variabel bebas secara individu dalam suku bunga yang tinggi akan mengurangi
menerangkan variasi variabel terikat. tekanan inflasi. Kebijakan pemerintah
Pada uji t, nilai t hitung akan diban- menaikkan BI rate dari 8,00 % menjadi
dingkan dengan nilai t tabel. Hasil per- 8,25% di bulan Mei 2008 justru akan
hitungan uji t yang disajikan pada Tabel mendorong kenaikan inflasi di Indonesia.
5. Variabel Kurs (Kurs) memilki nilai t Inflasi Indonesia di bulan Mei 2008 yaitu
hitung sebesar -1,406 dan nilai t tabel 10,38%. Menurut gubernur bank
sebesar 1.65909 maka Hoditerima karena Indonesia kenaikan BI rate 8,25% akibat
melambungnya harga minyak dunia dan probabilitas 0,000 < 0,05 maka Ha
harga komoditas pangan di dunia inter- diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
nasional serta kebijakan pemerintah me- secara bersama-sama terdapat pengaruh
naikkan harga bbm. Namun kebijakan yang positif dan signifikan antara variabel
menaikkan BI rate ini akan mendorong bebas yaitu variabel kurs, jumlah uang
inflasi dalam jangka pendek dan dapat beredar, tingkat suku bunga dan ekspor
mempengaruhi kondisi perekonomian bersih pada variabel terikat yaitu laju
Indonesia khususnya di sektor riil, inflasi.
sehingga menyulitkan masyarakat kecil. Hubungan antara variabel bebas
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dan variabel terikat dapat diketahui
sebelumnya oleh Sinambela (2011), dengan melakukan uji korelasi. Hasil uji
Rahmawati (2011) dan Nugroho (2012). korelasi ditunjukkan pada Tabel 7.
Variabel ekspor bersih (EB) Berdasarkan Tabel 7 terlihat kore-
diketahui memiliki nilai t hitung sebesar - lasi (R) sebesar 0,583 atau 58,3 %. Hal
1,292 dan nilai t tabel sebesar 1.65909 ini menunjukkan terjadi hubungan yang
maka Ho diterima karena t hitung < t tabel sedang atau cukup kuat antara variabel
pada α = 5%. Nilai signifikansi sebesar bebas yakni kurs, jumlah uang beredar,
0,199 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga dan ekspor bersih terhadap
variabel ekspor bersih tidak berpengaruh inflasi di Indonesia.
secara parsial dan tidak signifikan ter- Koefisien Determinasi digunakan
hadap inflasi di Indonesia.. Hasil pene- untuk mengetahui seberapa besar kemam-
litian ini mendukung penelitian sebelum- puan variabel bebas dalam menerangkan
nya oleh Silvia, Wardi, dan Aimon variabel terikat. Nilai determinasi diten-
(2013). tukan dengan nilai Adjusted R Square.
Selanjutnya, pengujian dilakukan Pada Tabel 7 diperoleh Adjusted R
untuk melihat pengaruh variabel bebas Square sebesar 0,315 artinya presentase
secara bersama-sama (simultan) terhadap sumbangan pengaruh variabel X terhadap
inflasi dengan uji F. Hasil uji statistik F Y sebesar 31,5% sedangkan sisanya
penelitian ini disajikan pada Tabel 6. sebesar 68,5% dipengaruhi oleh variabel
Berdasarkan nilai signifikan, ter- lain yang tidak dimasukkan dalam model
lihat pada kolom Sig yaitu 0,000 berarti ini.