Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

DI INDONESIA

Yohanis Rumbiak
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembanguna
Universitas Cendrawasih
(2019042024127)

Abstrak

Inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas perekonomian dan isu perekonomian
yang selalu menjadi perhatian penting bagi negara berkembang, khususnya Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kurs, jumlah uang beredar,
BI rate dan ekspor bersih terhadap inflasi di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah
seluruh data kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor bersih dengan jangka waktu
2006-2014. Variabel bebas adalah kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor bersih,
sedangkan variabel terikat adalah inflasi. Analisis data yang digunakan terdiri dari
analisis korelasi, analisis determinasi, uji t, uji F, dan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan BI rate memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Kurs dan ekspor bersih tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Hasil analisis uji F
menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor
bersih secara bersama-sama berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia.

Kata Kunci : BI rate, ekspor bersih, inflasi, jumlah uang beredar, kurs.

Abstract
Inflation is one indicator of economic stability and economic issues that always an
important concern for developing countries, especially Indonesia. The purpose of this
study was to determine the effect of the exchange rate, money supply, BI rate and net
exports to inflation in Indonesia. Samples were taken throughout the data rate, money
supply, BI rate and net exports with time series from 2006 to 2014. The bebast variable is
the exchange rate, money supply, BI rate and net exports, while the dependent variable is
inflation. Analysis of the data used consisted of correlation analysis, determination
analysis, t-test, F test, and multiple linear regression analysis. The result shows that the
money supply and BI rate has a significant impact on inflation in Indonesia . While the
exchange rate and net exports did not have a significant effect on inflation in Indonesia. F
test analysis results showed that the bebast variables are the exchange rate, money
supply, BI rate and net exports simultaneously influence on inflation in Indonesia.

Keywords : BI rate, exchange rate, inflation, money supply, net exports.

PENDAHULUAN masalah ketidakstabilan kegiatan ekono-


mi, masalah pengangguran, masalah
Dalam teori makro masalah makro- kenaikan harga-harga (inflasi), dan masa-
ekonomi yang selalu dihadapi suatu nega- lah neraca perdagangan. Isu perekono-
ra adalah masalah pertumbuhan ekonomi, mian yang selalu menjadi perhatian
penting dari pemerintahan negara-negara pengaruhi perubahan inflasi, secara garis
di dunia khususnya negara berkembang besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
yaitu Indonesia adalah inflasi. Inflasi tarikan permintaan atau demandpull
merupakan kenaikan harga-harga umum inflation dan desakan biaya atau cost push
yang berlaku dalam suatu perekonomian inflation.
dari suatu periode ke periode lainnya. Tingkat suku bunga merupakan
Inflasi merupakan salah satu indikator salah satu faktor yang dipertimbangkan
stabilitas perekonomian. Jika tingkat in- dapat mempengaruhi inflasi ((Santoso,
flasi rendah dan stabil akan menjadi 2010), (Sinambela, 2011), dan (Adrian
stimulator pertumbuhan ekonomi. Setiap dan Zulfahmi, 2012)). Nopirin (2000)
kali ada gejolak sosial, politik dan mendefinisikan suku bunga adalah biaya
ekonomi di dalam maupun di luar negeri yang harus dibayar oleh peminjam atas
masyarakat selalu mengaitkan dengan pinjaman yang diterima dan merupakan
masalah inflasi (Mankiw, 2006). imbalan bagi pemberi pinjaman atas
Sejumlah teori telah dikembangkan investasinya. Kenaikan tingkat suku bu-
untuk menjelaskan faktor-faktor yang nga yang sangat tinggi, pada satu sisi akan
mempengaruhi inflasi. Menurut pan- efektif untuk mengurangi money suplly,
dangan monetaris penyebab utama inflasi tetapi di sisi lain akan meningkatkan suku
adalah kelebihan penawaran uang diban- bunga kredit untuk sektor riil (Atmadja,
dingkan yang diminta oleh masyarakat. 1999). Oleh karena itu, tingkat suku
Menurut Bank Indonesia (2015), uang bunga dapat memicu inflasi.
beredar dapat didefinisikan dalam arti
sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 Inflasi di Indonesia juga dipe-
meliputi uang kartal yang dipegang ngaruhi oleh kenaikan harga komoditi
masyarakat dan uang giral (giro impor (imported inflation) dan mem-
berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 bengkaknya hutang luar negeri akibat dari
meliputi M1, uang kuasi (mencakup ta- terdepresiasinya nilai tukar rupiah
bungan, simpanan berjangka dalam ru- terhadap dolar Amerika dan mata uang
piah dan valas, serta giro dalam valuta asing lainnya. Akibatnya, untuk mengen-
asing), dan surat berharga yang diter- dalikan tekanan inflasi, maka terlebih
bitkan oleh sistem moneter yang dimiliki dahulu harus dilakukan penstabilan nilai
sektor swasta domestik dengan sisa jangka tukar rupiah terhadap valuta asing,
waktu sampai dengan satu tahun. khususnya dolar Amerika (Atmadja,
Golongan non monetaris, yaitu 1999). Ketidakstabilan nilai tukar ini akan
keynesian tidak menyangkal pendapat mempengaruhi arus modal atau investasi
pandangan monetaris tetapi menambah- dan pedagangan internasional. Indonesia
kan bahwa tanpa ekspansi uang beredar, sebagai negara yang banyak mengimpor
kelebihan permintaan agregat dapat saja bahan baku industri mengalami dampak
terjadi jika terjadi kenaikan pengeluaran dan ketidakstabilan kurs ini, yang dapat
konsumsi, investasi, pengeluaran peme- dilihat dari rnelonjaknya biaya produksi
rintah atau ekspor bersih. Dengan demi- sehingga menyebabkan harga barang-
kian, inflasi dapat disebabkan oleh faktor barang milik Indonesia mengalami pe-
moneter dan non moneter. ningkatan. Dengan melemahnya rupiah
Penelitian mengenai faktor-faktor menyebabkan perekonomian Indonesia
yang mempengaruhi inflasi di Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis eko-
telah banyak dilakukan diantaranya adalah nomi dan kepercayaan terhadap mata uang
Theodores, Vecky, Henly (2014). Teori dalam negeri. Dengan adanya lonjakan-
yang mendasari penelitian tersebut adalah lonjakan drastis pada tingkat kurs tersebut
ada banyak faktor yang mem- ini akan membuat para
produsen kesulitan untuk mendapatkan pulan data yang dilakukan dengan
bahan baku, barang modal dan barang mengumpulkan seluruh data sekunder
modal yang mempunyai kangdungan yang terdapat didalam laporan www.go.
impor yang tinggi sehingga kemudian bi.id dan www.bps.com.
akan berdampak pada naiknya biaya Variabel bebas yang terdapat dalam
untuk mengimpor barang untuk keperluan penelitian ini antara lain kurs, jumlah
proses produksi sehingga akan mem- uang beredar, BI rate, dan ekspor bersih
pengaruhi tingkat harga domestik yang yang diuji pengaruhnya terhadap variabel
merupakan cerminan dari tingkat inflasi. terikat inflasi. Persamaan regresi linier
Oleh karena itu, nilai tukar (kurs) juga berganda yang digunakan pada penelitian
merupakan salah satu faktor yang dapat ini ditunjukkan pada Persamaan 1.
mempengaruhi inflasi di Indonesia
(Saputra, 2013).
Faktor lain yang dapat mem-
Y = a + b1x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + e (1)
pengaruhi inflasi yaitu ekspor. Ekspor Pada Persamaan 1, a merupakan
ditentukan oleh beberapa faktor yang suatu konstanta, b1, b2, b3, dan b4
akan menentukan kemampuan negara merupakan koefisien regresi untuk setiap
pengekspor. Menurut Sukirno (2004)
variabel bebas, x1 adalah variabel nilai
beberapa faktor tersebut antara lain adalah
tukar (kurs), x2 adalah variabel jumlah
daya saing di pasaran luar negeri, keadaan
uang beredar, x3 adalah variabel BI rate,
ekonomi di negara-negara lain, kebijakan
x4 adalah variabel ekspor bersih. dan Y
proteksi di negara luar, dan kurs valuta
adalah inflasi. Model penelitian yang
asing.
digunakan untuk melihat hubungan antara
Berdasarkan latar belakang yang
variabel bebas dengan variabel terikat
telah diungkapkan di atas, maka pene-
dalam penelitian ini baik secara parsial
litian ini memiliki tujuan untuk me-
maupun bersama-sama (simultan) ditun-
ngetahui pengaruh kurs, jumlah uang
jukkan pada Gambar 1.
beredar, tingkat suku bunga dan ekspor
bersih secara parsial maupun secara HASIL DAN PEMBAHASAN
simultan terhadap inflasi di Indonesia.
Analisis deskriptif terhadap variabel
METODE PENELITIAN bebas dan variabel terikat dilakukan untuk
mengetahui perkembangan inflasi, kurs
Populasi yang digunakan dalam rupiah terhadap US Dollar, jumlah uang
penelitian ini adalah seluruh data kurs, beredar, BI rate dan ekspor bersih.
jumlah uang beredar, BI rate, dan ekspor Perkembangan inflasi di Indonesia tahun
bersih terhadap inflasi di Indonesia. Data 2006-2014 dapat dilihat pada Gambar 2.
yang digunakan sebagai sampel dalam Pada Gambar 2 dapat lihat bahwa
penelitian ini adalah data kurs, jumlah perkembangan inflasi di Indonesia pada
uang beredar, BI rate, dan ekspor bersih tahun 2006 hingga tahun 2014 mengalami
terhadap inflasi di Indonesia yang diba- fluktuatif. Sepanjang tahun pengamatan
tasi pada data bulanan tiap-tiap variabel inflasi tertinggi berada pada tahun 2006
mulai dari periode Januari tahun 2006 yaitu sebesar 17,92% pada bulan Febru-
sampai dengan periode Desember 2014. ari. Inflasi terendah berada di tahun 2009
Metode pengumpulan data yang yaitu sebesar 2.41% pada bulan Novem-
digunakan dalam penelitian ini adalah ber.
studi dokumentasi, yaitu metode pengum-
Gambar 1. Model Penelitian

Gambar 2. Perkembangan Inflasi di Indonesia

Perkembangan nilai kurs rupiah sebesar Rp.12.087 dan menyentuh ke


terhadap US Dollar tahun 2006-2014 yang level Rp.12.938 pada bulan Desember
dikeluarkan oleh Bank Indonesia tahun 2014.
ditunjukkan pada Gambar 3. Jumlah uang yang beredar dalam
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat arti sempit dipengaruhi oleh pertumbuhan
bahwa pada tahun 2008, kurs atau nilai uang kartal dan uang giral. Pertumbuhan
tukar rupiah terhadap US Dollar me- jumlah uang beredar selama periode
ngalami depresiasi ke level Rp.11.825 penelitian mengalami pertumbuhan yang
pada bulan Desember dan mulai stabil positif, meskipun pertumbuhannya me-
kembali pada tahun 2009 hingga tahun ngalami naik turun. Perkembangan jum-
2012 yang memiliki nilai sebesar lah uang beredar (JUB) yang mengalami
Rp.9000-an di bulan Desember. Pada peningkatan dari tahun ke tahun ditun-
tahun 2013 nilai kurs rupiah terhadap US jukkan pada Gambar 4.
Dollar kembali mengalami depresiasi
Gambar 3. Perkembangan Kurs Rupiah terhadap US Dollar

Gambar 4. Perkembangan Jumlah Uang Beredar

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa runan hingga ke level 7,75%. Penurunan
pada tahun 2006 jumlah uang beredar yang terjadi tidaklah signifikan. Hal
sebesar Rp.1.382.074.000. Pada bulan tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia
Desember mengalami peningkatan setiap sebagai Bank Sentral dalam memutuskan
tahunnya hingga di tahun 2014 sebesar kebijakan moneter dan juga sebagai upaya
Rp.4.170.731.000. Peningkatan jumlah menstabilkan perekonomian dalam negeri
uang yang beredar ini menunjukkan terhadap inflasi yang terjadi (Pohan,
tingkat inflasi mengalami peningkatan. 2008).
Perkembangan suku bunga tahun Ekspor bersih merupakan selisih
2006-2014 seperti pada Gambar 5. antara ekspor dan impor. Ekspor bersih
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa yang meningkat akan berpengaruh pada
suku bunga tertinggi terjadi di tahun 2006 neraca pembayaran dan menyebabkan
yaitu sebesar 12,75% berturut-turut pada surplus neraca pembayaran. Perkem-
bulan Januari hingga bulan April. Pada bangan ekspor bersih tahun 2006 hingga
tahun-tahun berikutnya mengalami penu- 2014 ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 5. Perkembangan Suku Bunga

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nya nilai ekspor bersih atau minusnya
dari tahun 2006 hingga tahun 2014 nilai nilai ekspor bersih selama periode-periode
ekspor bersih Indonesia mengalami tersebut. Nilai ekspor bersih tertinggi
fluktuasi. Pada tahun 2006 dan 2007 selama periode Januari 2006 – Desember
ekspor bersih mengalami surplus ini 2014 terdapat pada bulan Desember tahun
dikarenakan ekspor pada tahun lebih besar 2006 sebesar Rp. 4, 641,917, 796.
dibanding impor. Pda tahun 2008 (April,
Juli), 2010 (Juli), 2012 (April, Mei, Juni, Setelah diketahui perkembangan
Juli, Oktober, November, Desember), inflasi, kurs rupiah terhadap US Dollar,
2013 (Januari, Februari, April, Mei, Juni, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor
Juli, September) dan 2014 (Januari, April, bersih, maka langkah selanjutnya mela-
Mei, Juni, Agustus, September, kukan beberapa uji asumsi-asumsi model
November) ekspor bersih mengalami regresi yaitu uji normalitas, heteroske-
defisit. Hal ini diakibatkan oleh impor dastisitas, multikolinieritas dan autoko-
yang lebih besar dibandingkan ekspor. relasi. Analisis ini menggunakan bantuan
Ketika mencari nilai ekspor bersih, maka software SPSS (Statistical Product and
akan menyebabkan rendah- Service Solution) 21 for Windows.

Gambar 6. Perkembangan Ekspor Bersih


Setelah dilakukan uji asumsi klasik Y = a + b1 ln(x1 ) + b2 ln(x2 ) + b3 x3 + b4 ln(x4 ) + e
terhadap semua variabel penelitian, ter- (2)
nyata tidak semua hasil uji asumsi klasik
terpenuhi, ada 1 uji asumsi yang gagal Setelah dilakukan transformasi
atau tidak terpenuhi yakni uji auto- data, selanjutnya dilakukan uji asumsi-
korelasi. Oleh karena itu, untuk menga- asumsi klasik model regresi yaitu uji
tasi permasalahan tersebut, maka normalitas, heteroskedastisitas, multikoli-
dilakukan transformasi data menjadi nieritas dan autokorelasi. Hasil uji
bentuk logaritma natural (Ghozali, 2006) normalitas ditunjukkan pada Tabel 1.
sehingga dalam pengujiannya digunakan Berdasarkan pada Tabel 1, nilai
persamaan logaritma natural (Ln). Per- Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,786
samaan logaritma natural terbagi menjadi dengan nilai probabilitas signifikan
2 macam yaitu persamaan semilog dan (Asymp. Sig) sebesar 0,567. Nilai p atau
double log. Di dalam penelitian ini untuk Asymp. Sig > 0.05, maka dapat disim-
mengatasi permasalahan uji asumsi klasik pulkan bahwa data residual terdistribusi
penulis menggunakan persamaan loga- secara normal. Dengan kata lain, model
ritma natural semilog yakni variabel regresi penelitian ini terdistribusi normal.
terikat dalam bentuk biasa sedangkan Selanjutnya dilakukan uji multikolinea-
variabel bebas dalam logaritma dimana ritas dari data yang telah mengalami
mengubah 3 variabel bebas yakni kurs, transformasi. Hasil uji multikolinearitas
jumlah uang beredar dan ekspor bersih ditunjukkan pada Tabel 2.
dalam bentuk logaritma sedangkan Berdasarkan hasil uji pada Tabel 2
variabel terikatnya biasa. Pemilihan atau terlihat bahwa semua nilai VIF dari
pentransformasian hanya kepada variabel semua variabel bebas dalam penelitian ini
kurs, jumlah uang beredar dan ekspor mempunyai nilai VIF < 10, sehingga
bersih. Hal ini dikarenakan 3 variabel ini dapat dikatakan berarti data terbebas dari
dianggap memiliki rentang nilai data multikolineritas. Setelah memenuhi dua
yang terlalu tinggi. Persamaan regresinya asumsi maka selanjutnya dilakukan uji
setelah dilakukan transformasi ditunjuk- heteroskedastisitas. Hasil uji heteroske-
kan pada Persamaan 2. dastisitas ditunjukkan pada Gambar 7.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas


Unstandardized
N Residual
Kolmogorov-Smirnov Z 0,786
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,567
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 21

Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas


Model VIF
Ln (KURS) 1,757
Ln (Jumlah Uang Beredar) 4,033
BI Rate 2,825
Ln (Ekspor Bersih) 1,560
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 21
Gambar 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 21

Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi


Model Durbin-
Watson
1 1,765
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 21

Berdasarkan hasil dari scatter plot 1,7637 dan berada dibawah < 4-dU (4 -
pada Gambar 7 terlihat bahwa plot yang 1,7637 = 2,2363), maka dapat disimpul-
terbentuk tidak memiliki pola yang jelas, kan bahwa tidak terdapat autokorelasi
serta titik-titik menyebar di atas dan pada penelitian ini.
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka Setelah dilakukan uji asumsi klasik
dapat dikatakan tidak terjadi heteroske- dan diperoleh hasil semua uji memenuhi
dastisitas. asumsi maka dilakukan analisis meng-
Berdasarkan hasil output pada Tabel gunakan regresi berganda. Hasil analisis
3 didapat nilai Durbin-Watson sebesar regresi berganda ditunjukkan pada Tabel
1,765. Nilai ini akan dibanding-kan 5.
dengan nilai tabel dengan mengguna-kan Berdasarkan Tabel 5, analisis
nilai signifikansi sebesar 5% atau 0,05. regresi berganda akan memberikan hasil
Untuk jumlah data n = 108, maka nilai dL berupa persamaan regresi yang ditunjuk-
sebesar 1,6104 dan dU sebesar 1,7637. kan pada Persamaan 3.
Nilai Durbin-Watson = 1,765 >

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Berganda


Model B t Sig.
(Constant) -17,967 -1,029 0,306
Ln (Kurs) -2,754 -1,406 0,163
Ln (Jumlah Uang Beredar) 2,646 2,865 0,005
BI Rate 2,008 12,830 0,000
Ln (Ekspor Bersih) -0,184 -1,292 0,199
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 21
Y = −17,967 − 2,754ln(x1 )+ 2,646ln(x2 )+ 2,008x3 − 0,184ln(x4 )+ e (3)

Pada persamaan (3), konstanta sebesar - t hitung < t tabel pada α = 5%. Nilai
17,967 artinya jika kurs, jumlah uang signifikansi sebesar 0,163 > 0,05. Hal ini
beredar, BI rate dan ekspor bersih menunjukkan bahwa variabel kurs tidak
nilainya adalah nol maka tingkat inflasi berpengaruh secara parsial dan tidak
adalah sebesar -17,967. Koefisien kurs signifikan terhadap inflasi di Indonesia.
sebesar -2,754 artinya jika variabel bebas Secara teori semakin tinggi tingkat kurs
lain nilainya tetap dan kurs mengalami maka akan menaikkan tingkat inflasi di
kenaikan sebesar 1%, maka inflasi meng- Indonesia. Ini tergantung kebijakan pe-
alami penurunan sebesar 2,754. Koefisien merintah, jika pemerintah memperhatikan
bernilai negatif artinya terjadi hubungan (menaikkan) ekspor maka kurs (nilai
yang negatif antara kurs dengan inflasi. tukar rupiah) yang meningkat akan
Semakin besar Kurs maka semakin menaikkan perekonomian Indonesia.
menurun tingkat inflasi. Koefisien jumlah Hasil penelitian ini mendukung dari hasil
uang beredar (JUB) sebesar 2,646 artinya penelitian sebelumnya yang dilakukan
jika variabel bebas lain nilainya tetap dan oleh Theodores, Veck dan Henly (2014).
JUB mengalami kenaikan sebesar 1%, Nilai t variabel jumlah uang beredar
maka inflasi mengalami kenaikan sebesar (JUB) sebesar 2,865 dan nilai t tabel
2,646. Koefisien bernilai positif artinya sebesar 1.65909 maka Ha diterima karena
terjadi hubungan yang positif antara JUB t hitung > t tabel pada α = 5%. Nilai
dengan inflasi. Semakin besar JUB maka signifikansi sebesar 0,005 < 0,05. Hal ini
semakin meningkat tingkat inflasi. menunjukkan bahwa variabel JUB
Koefisien BI rate (BIR) sebesar 2,008 berpengaruh secara parsial dan signifikan
artinya jika variabel bebas lain nilainya terhadap inflasi di Indonesia. Secara teori
tetap dan BI rate mengalami kenaikan mengatakan bahwa bahwa semakin
sebesar 1%, maka inflasi mengalami banyak Jub, maka akan menaikan per-
kenaikan sebesar 2,008. Koefisien ber- sentase tingkat inflasi di Indonesia. Hasil
nilai positif artinya terjadi hubungan yang penelitian ini mendukung penelitian sebe-
positif antara BI rate dengan inflasi. lumnya oleh Santoso (2010), Rahmawati
Semakin besar BI rate maka semakin (2011), dan Maggi dan Sarasawati
besar tingkat inflasi. Koefisien ekspor (2013).
bersih (EB) sebesar -0,184 artinya jika Variabel BI rate (BIR) memiliki
variabel bebas lain nilainya tetap dan nilai t hitung sebesar 12,830 dan nilai t
ekspor bersih mengalami kenaikan tabel sebesar 1.65909 maka Ha diterima
sebesar 1%, maka inflasi mengalami pe- karena t hitung > t tabel pada α = 5%.
nurunan sebesar 0,184. Koefisien bernilai Nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
negatif artinya terjadi hubungan negatif Hal ini menunjukkan bahwa variabel BI
antara ekspor bersih dengan inflasi. rate berpengaruh secara parsial dan
Uji t digunakan untuk menunjukkan signifikan terhadap inflasi di Indonesia.
seberapa jauh pengaruh masing-masing Secara teori mengatakan bahwa tingkat
variabel bebas secara individu dalam suku bunga yang tinggi akan mengurangi
menerangkan variasi variabel terikat. tekanan inflasi. Kebijakan pemerintah
Pada uji t, nilai t hitung akan diban- menaikkan BI rate dari 8,00 % menjadi
dingkan dengan nilai t tabel. Hasil per- 8,25% di bulan Mei 2008 justru akan
hitungan uji t yang disajikan pada Tabel mendorong kenaikan inflasi di Indonesia.
5. Variabel Kurs (Kurs) memilki nilai t Inflasi Indonesia di bulan Mei 2008 yaitu
hitung sebesar -1,406 dan nilai t tabel 10,38%. Menurut gubernur bank
sebesar 1.65909 maka Hoditerima karena Indonesia kenaikan BI rate 8,25% akibat
melambungnya harga minyak dunia dan probabilitas 0,000 < 0,05 maka Ha
harga komoditas pangan di dunia inter- diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
nasional serta kebijakan pemerintah me- secara bersama-sama terdapat pengaruh
naikkan harga bbm. Namun kebijakan yang positif dan signifikan antara variabel
menaikkan BI rate ini akan mendorong bebas yaitu variabel kurs, jumlah uang
inflasi dalam jangka pendek dan dapat beredar, tingkat suku bunga dan ekspor
mempengaruhi kondisi perekonomian bersih pada variabel terikat yaitu laju
Indonesia khususnya di sektor riil, inflasi.
sehingga menyulitkan masyarakat kecil. Hubungan antara variabel bebas
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dan variabel terikat dapat diketahui
sebelumnya oleh Sinambela (2011), dengan melakukan uji korelasi. Hasil uji
Rahmawati (2011) dan Nugroho (2012). korelasi ditunjukkan pada Tabel 7.
Variabel ekspor bersih (EB) Berdasarkan Tabel 7 terlihat kore-
diketahui memiliki nilai t hitung sebesar - lasi (R) sebesar 0,583 atau 58,3 %. Hal
1,292 dan nilai t tabel sebesar 1.65909 ini menunjukkan terjadi hubungan yang
maka Ho diterima karena t hitung < t tabel sedang atau cukup kuat antara variabel
pada α = 5%. Nilai signifikansi sebesar bebas yakni kurs, jumlah uang beredar,
0,199 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga dan ekspor bersih terhadap
variabel ekspor bersih tidak berpengaruh inflasi di Indonesia.
secara parsial dan tidak signifikan ter- Koefisien Determinasi digunakan
hadap inflasi di Indonesia.. Hasil pene- untuk mengetahui seberapa besar kemam-
litian ini mendukung penelitian sebelum- puan variabel bebas dalam menerangkan
nya oleh Silvia, Wardi, dan Aimon variabel terikat. Nilai determinasi diten-
(2013). tukan dengan nilai Adjusted R Square.
Selanjutnya, pengujian dilakukan Pada Tabel 7 diperoleh Adjusted R
untuk melihat pengaruh variabel bebas Square sebesar 0,315 artinya presentase
secara bersama-sama (simultan) terhadap sumbangan pengaruh variabel X terhadap
inflasi dengan uji F. Hasil uji statistik F Y sebesar 31,5% sedangkan sisanya
penelitian ini disajikan pada Tabel 6. sebesar 68,5% dipengaruhi oleh variabel
Berdasarkan nilai signifikan, ter- lain yang tidak dimasukkan dalam model
lihat pada kolom Sig yaitu 0,000 berarti ini.

Tabel 6. Hasil Uji F


Model F Sig.
Regression 75,691 0,000
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 19

Tabel 7. Hasil Uji Korelasi


R Adjusted R
Model Square
1 0,583 0,315
Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 21
SIMPULAN DAN SARAN Badan Pusat Statistik. (2015). Retrieved
from www.bps.com.
Berdasarkan hasil analisis yang Bank Indonesia. (2015). Retrieved from
telah dilakukan maka dapat disimpulkan www.bi.go.id.
bahwa variabel jumlah uang beredar dan Ghozali, I. (2006). Analisis Multivariate
BI Rate mempunyai pengaruh secara sig- dengan Program SPSS (Ed. 4).
nifikan terhadap laju inflasi di Indonesia. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sedangkan variabel lainnya yaitu, kurs Maggi dan Sarasawati. (2013). Faktor-
dan ekspor bersih tidak mempunyai pe- Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi di
ngaruh secara signifikan terhadap inflasi Indonesia: Model Demand Pull
di Indonesia. Hasil pengujian yang dila- Inflation. Jurnal Ekonomi Akuntatif
kukan secara simultan (bersama- sama) Terapan Universitas Kristen Satya
menunjukkan bahwa kurs, jumlah uang Wacana, 6(2), 71 – 77.
beredar, BI rate dan ekspor bersih Mankiw, G. N. (2006.) Principles of
mempunyai pengaruh terhadap inflasi di Ecoomics: Pengantar Ekonomi
Indonesia. Makro(Ed. 3). Jakarta: Salemba
Penelitian selanjutnya diharapkan Empat.
dapat menggunakan periode penelitian Nopirin. (2000). Ekonomi Moneter jilid I
yang lebih panjang dengan tujuan untuk dan II. Yogjakarta: BPFE UGM.
memperoleh hasil yang lebih baik. Selain Nugroho. (2012). Analisis Faktor-Faktor
itu, pada penelitian selanjutnya diharap- Yang Mempengaruhi Inflasi Di
kan dapat menambahkan variabel bebas Indonesia Periode 2000.1-2011.4.
lain selain variabel bebas yang telah ada Diponegoro Journal Of Econonics,
dalam penelitian ini. Berdasarkan pene- 1(1), 1- 10.
litian dan pembahasan yang telah dila- Pohan, A. (2008). Potret Kebijakan
kukan, pemerintah perlu berhati-hati Moneter Indonesia. Jakarta: PT. Raja
dalam menaikkan tingkat BI rate karena Grafindo.
kenaikan BI rate akan memberikan
pengaruh yang proporsional terhadap Rahmawati. (2011). Pengaruh Jumlah
kenaikan inflasi di Indonesia. Pemerintah Uang Beredar, Pengeluaran
perlu memperhatikan (menaikkan) ekspor Pemerintah, Suku Bunga Terhadap
Indonesia sehingga kenaikan nilai tukar Tingkat Inflasi di Nanggroe Aceh
bukan menjadi ancaman tetapi menjadi Darussalam. Jurnal Aplikasi
keuntungan bagi perekonomian Indo- Manajemen Universitas Malikussaleh
nesia. Nanggroe Aceh Darussalam, 9(1), 177
– 188.
DAFTAR PUSTAKA Santoso, B. (2010). Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di
Adrian dan Zulfahmi. (2012) . Pengaruh Indonesia Tahun 1985-2009. Skripsi.
Faktor - Faktor Ekonomi Terhadap Universitas Muhammadiyah,
Inflasi di Indonesia. Jurnal Organisasi Yogyakarta.
dan Manajemen Universitas Terbuka, Saputra, K. (2013). Analisis Faktor-Faktor
8(2), 85 – 101. Yang Mempengaruhi Inflasi Di
Atmadja. (1999). Inflasi di Indonesia: Indonesia Tahun 2007- 2012. Skripsi.
Sumber-sumber Penyebab dan Universitas Diponegoro, Semarang.
Pengendaliannya. Jurnal Akuntansi dan Sinambela, S. (2011) . Pengaruh Tingkat
Keuangan Universitas Kristen Petra, Suku Bunga SBI Terhadap Tingkat
1(1), 54 – 67. Inflasi di Indonesia. Majalah Forum
Ilmiah Universitas Jakarta, 15(3).
Paanjaitan, Wardoyo, Faktor-faktor............................................................................................193

Anda mungkin juga menyukai