Anda di halaman 1dari 39

KONSEP QADA’ DAN QADAR (TAQDIR)

DALAM ISLAM

Nurrokhman
TEAM PAI FK UGM
Pengantar

Apa Itu Qada’ dan Qadar

Hikmah Memahami Qada’ dan Qadar

Hikmah
PENGANTAR
Qada’ dan Qadar termasuk salah satu Rukun Iman yang
wajib diyakini oleh setiap muslim.

Seluruh penciptaan alam semesta berdasarkan ilmu Allah


dan kebijaksanaan-Nya.

Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu dan


berkuasa melakukan suatu apapun yang dikehendaki-Nya.

Iman kepada taqdir artinya bawasannya segala sesuatu


yang baik maupun yang buruk yang terjadi di alam
semesta ini semuanya sudah diketahui, dicatat dan atas
kehendak Allah.
4 Kunci pokok supaya memudahkan seseorang
memahami qodo’ dan qodar (taqdir) yaitu:

1. Al Ilmu:
Meyakini bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu
secara global maupun rinci (yang belum terjadi maupun yang
sdh terjadi)

QS Al Hajj ayat 70 artinya:


Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?,
bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab
(Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat
mudah bagi Allah.
Qs Al An’am 59:

‫ب ََل يَ ْعلَ ُم َها ِإ اَل ُه َو ۚ َويَ ْعلَ ُم َما فِي ْالبَ ِر‬ِ ‫َو ِع ْندَهُ َمفَاتِ ُح ْالغَ ْي‬
‫ط ِم ْن َو َرقَ ٍة ِإ اَل يَ ْعلَ ُم َها َو ََل َحبا ٍة فِي‬ ُ ُ‫َو ْالبَ ْح ِر ۚ َو َما ت َ ْسق‬
‫ين‬
ٍ ‫ٍ ُم ِب‬ٍ ‫ب َو ََل يَا ِب ٍس ِإ اَل فِي ََِِا‬ ٍ ‫ط‬ ْ ‫ض َو ََل َر‬ ِ ‫ت ْاْل َ ْر‬ِ ‫ظلُ َما‬ ُ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"
2. Al Kitaabah:
Mengimani bahwa Semua yang diketahui Allah
telah di catat di Lauhul Mahfuzd

‫ض َوال ِفي أَنفُ ِس ُك ْم ِإالَّ ِفي‬ ِ ‫صيبَ ٍة ِفي األ َ ْر‬ ِ ‫اب ِمن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ ‫َما أ‬
‫ب ِمن قَ ْب ِل أَن‬ ٍ ‫ِكتَا‬
ِ َّ ‫علَى‬
‫َّللا يَ ِسير‬ َ ‫نَّب َْرأ َ َها ِإ َّن ذَ ِل َك‬
Artinya: “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid:22)
‫ال‬َ ََ ْ ُْ
ُْ ُْ ‫ا‬ َُ‫ل‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ َ‫ف‬ ‫م‬ ‫ل‬
َ ‫ق‬
َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ُ َّ
‫اَّلل‬ ‫ق‬َ ‫ل‬
َ ‫خ‬
َ ‫ا‬‫م‬َ ‫ل‬
َ ‫َو‬
َّ ‫أ‬ ‫ن‬َّ ِ
‫إ‬
ٍ َ
ِ ‫ ا ُُْْْ م َق‬: ‫ال‬
: ‫اد َير ُْ ِل َش ْيء َح َّّت‬ َ ْ ُ ْ َ
‫أ‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ
َ ْ َ َ ُُ ْ َ َ َ ‫َر‬
‫و‬ ‫ب‬
ُ‫اعة‬
َ ‫الس‬
َّ ‫وم‬ َ ‫تَ ُق‬
Artinya: “Sesungguhnya yang pertama diciptakan oleh
Allah adalah ‘al-Qalam’. Allah berfirman kepadanya ;
‘Tulislah.’ Al-Qalam pun berkata; ‘Ya Tuhan, apakah yang
aku akan tulis?’ Allah berfirman; ‘Tulislah akan qadar
(ketetapan) dan segala apa yang terjadi sehingga
menjelang Kiamat.” (riwayat Abi Daud)
“Allah-lah yang telah menuliskan takdir segala
makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum
diciptakan langit dan bumi. Beliau bersabda, ‘Dan
‘Arsy-Nya berada di atas air.” (HR Muslim)
3. Al Masyii-ah:
Mengimani bahwa semua yang terjadi di alam
semesta ini atas kehendak dan kuasa Allah semata.

‫ان ا‬
ِ‫َّللا‬ ُ ۚ ُ ‫ان لَ ُه ُم ْال ِخيَ َرة‬
َ ‫س ْب َح‬ ُ َ َ‫َو َرب َُّك يَ ْخلُ ُق َما يَشَا ُء َويَ ْخ‬
َ َِ ‫ار ۗ َما‬
َ ‫َوتَعَالَ ٰى‬
َ ُِ ‫ع اما يُ ْش ِر‬
‫ون‬
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka.
Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
persekutukan (dengan Dia).
4. Al Khalq:
Mengimani bahwa Semua makhluk yang ada
di alam semesta ini adalah ciptaan Allah yang meliputi
dzat, sifat, maupun gerakannya. Segala sesuatu
selain Allah adalah makhluq.

ُ ‫احدُ ْالقَ اه‬


‫ار‬ ِ ‫ش ْي ٍء َو ُه َو ا ْل َو‬ ‫قُ ِل ا‬
َ ‫َّللاُ خَا ِل ُق ُِ ِل‬
Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu
dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa".
DALIL - DALIL YANG BERHUBUNGAN
DENGAN QADA’ DAN QADAR

DALIL DARI AL QUR’AN

‫ش ْي ٍء َخلَ ْقنَاهُ ِبقَ َد ٍر‬


َ ‫ِإنَّا ُك َّل‬
Artinya : “Sesungguhnya Kami menciptakan setiap sesuatu
menurut Qadar (yang telah ditentukan).” (al-Qamar:49)
‫ض َوال ِفي أَنفُ ِس ُك ْم ِإالَّ ِفي‬ ِ ‫صيبَ ٍة ِفي األ َ ْر‬ ِ ‫اب ِمن ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ ‫َما أ‬
‫ب ِمن قَ ْب ِل أَن‬ ٍ ‫ِكتَا‬
ِ َّ ‫علَى‬
‫َّللا يَ ِسير‬ َ ‫نَّب َْرأ َ َها ِإ َّن ذَ ِل َك‬

Artinya: “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan


(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam
kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
(Al-Hadid:22)
‫َّللا الَ يُغ َِي ُر َما ِبقَ ْو ٍم َحتَّى يُغ َِي ُرواْ َما ِبأَنفُ ِس ِه ْم‬
َ َّ ‫ِإ َّن‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada
pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang
ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’du:11)
DALIL DARI AS SUNNAH (HADITS)

‫ال‬َ ََ ْ ُْ
ُْ ُْ ‫ا‬ َُ‫ل‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ َ‫ف‬ ‫م‬ ‫ل‬
َ ‫ق‬
َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ُ َّ
‫اَّلل‬ ‫ق‬َ ‫ل‬
َ ‫خ‬
َ ‫ا‬‫م‬َ ‫ل‬
َ ‫َو‬
َّ ‫أ‬ ‫ن‬َّ ِ
‫إ‬
ٍ َ
ِ ‫ ا ُُْْْ م َق‬: ‫ال‬
: ‫اد َير ُْ ِل َش ْيء َح َّّت‬ َ ْ ُ ْ َ
‫أ‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ
َ ْ َ َ ُُ ْ َ َ َ ‫َر‬
‫و‬ ‫ب‬
ُ‫اعة‬
َ ‫الس‬
َّ ‫وم‬ َ ‫تَ ُق‬
Artinya: “Sesungguhnya yang pertama diciptakan oleh
Allah adalah ‘al-Qalam’. Allah berfirman kepadanya ;
‘Tulislah.’ Al-Qalam pun berkata; ‘Ya Tuhan, apakah yang
aku akan tulis?’ Allah berfirman; ‘Tulislah akan qadar
(ketetapan) dan segala apa yang terjadi sehingga
menjelang Kiamat.” (riwayat Abi Daud)
Beberapa faham tentang qada’ dan qadar

Faham Jabbariyyah : mengatakan bahwa segala


perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang
timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang
dipaksakan atas dirinya.

Faham Qadariyyah : segala tingkah laku manusia


dilakukan atas kehendaknya sendiri, manusia mempunyai
kewenangan untuk melakukan perbuatan baik maupun
perbuatan buruk.
Faham Asy’ariyyah : manusia ditempatkan pada posisi
yang lemah, ia di ibaratkan anak kecil yang tidak memiliki
pilihan dalam hidupnya, dan aliran ini lebih dekat dengan
fahan Jabariah.

Faham Ahlussunnah Wal Jamaah Qada’ dan qadar tidak


ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Oleh karena itu,
setiap makhluk harus selalu berusaha dengan sebaik
mungkin dan memohon kepada Allah agar diberi nikmat
kebaikan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
PENGERTIAN QADA’ DAN QADAR

Qada’ :
Secara etimologi :
Hukum, ketetapan,perintah, kehendak,
pemberitahuan, penciptaan.

Secara terminologi :
Ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan
iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan
dengan makhluk.
Qodar :
Secara etimologi :
kepastian, peraturan, ukuran.

Secara terminologi :
Perwujudan ketetapan Allah terhadap semua makhluk
dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan
iradah-Nya.
Jadi Qada merupakan ketentuan Allah yang didalamnya
terdapat iradahNya untuk segala makhluk,

sedangkan Qadar merupakan perwujudan dari


ketentuan yang ada yang tak berubah sedikitpun.

Gabungan antara qada dan qadar itu disebut Taqdir.

Iman kepada Taqdir yaitu meyakini bahwa segala


sesuatu ketentuan (baik dan buruk) yang terjadi di alam
semesta ini semuanya sudah diketahui, dicatat dan
atas kehendak Allah.
Hubungan Qada dan Qadar
Qada dan Qadar mempunyai hubungan yang sangat erat,
ibarat hubungan antara rencana dan pelaksanaan
rencana tersebut. Qada adalah rencana dan ketetapan
Allah swt. Sedangkan qadar adalah perwujudan dari
rencana dan ketetapan-Nya. Mengenai qada dan qadar

ini, tidak ada yang mengetahuinya kecuali

Allah. Oleh karena itu, setiap makhluk harus selalu


memohon kebaikan kepada Allah swt selanjutnya
berusaha dengan sebaik mungkin. Agar diberi nikmat
kebaikan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Macam macam taqdir

1. Taqdir mubram ialah ketentuan Allah terhadap


makhluknya yang tidak bisa diubah lagi.

2. Taqdir mu’allaq ketentuan Allah yang bisa diubah


dengan doa, dan usaha manusia.
Contoh Takdir Mubram dan takdir Mu’allaq

Contoh Takdir Mubram


1. Datangnya hari kiamat
2. Jenis kelamin bayi yang baru lahir
3. Kematian seseorang

Contoh Takdir Mu’allaq


1. Untuk menjadi pandai, kita harus rajin berdo’a serta harus
belajar dengan tekun.
2. Untuk menjadi sehat, kita harus memohon kepada Allah
serta bersungguh-sungguh mengupayakannya secara
menyeluruh.
Macam macam taqdir

Taqdir Azali yaitu taqdir yang meliputi segala sesuatu


dalam lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit
dan bumi. Di saat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
memerintahkan al-Qalam (pena) untuk menuliskan segala
sesuatu yang terjadi dan yang belum terjadi sampai hari
kiamat. Dalilnya:
“Allah-lah yang telah menuliskan takdir segala makhluk
sejak lima puluh ribu tahun sebelum diciptakan langit dan
bumi. Beliau bersabda, ‘Dan ‘Arsy-Nya berada di atas air.”
(HR Muslim)
“Sesungguhnya yang pertama diciptakan oleh Allah adalah
‘al-Qalam’. Allah berfirman kepadanya ; ‘Tulislah.’ Al-
Qalam pun berkata; ‘Ya Tuhan, apakah yang aku akan
tulis?’ Allah berfirman; ‘Tulislah akan qadar (ketetapan)
dan segala apa yang terjadi sehingga menjelang Kiamat.”
(riwayat Abi Daud)

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan


(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.(al-Hadiid: 22)
Taqdir Umuri yaitu taqdir yang diberlakukan atas
manusia pada awal penciptaannya ketika pembentukan air
sperma (usia empat bulan) dan bersifat umum. Takdir ini
mencakup rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.
Sabda Rasulullah saw. berikut ini.

“…Kemudian Allah mengutus seorang malaikat yang


diperintahkan untuk meniupkan ruhnya dan mencatat
empat perkara: rizki, ajal, sengsara, atau bahagia... .” (HR
Al Bukhari)
Taqdir Samawi yaitu taqdir yang dicatat pada malam
Lailatul Qadar setiap tahun. Perhatikan firman Allah berikut
ini.

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh


hikmah.” (ad-Duha: 4-5)

Ahli tafsir menyebutkan bahwa pada malam itu dicatat dan


ditulis semua yang akan terjadi dalam setahun, mulai dari
kebaikan, keburukan, rizki, ajal, dan lain-lain yang
berkaitan dengan peristiwa dan kejadian dalam setahun.
Hal ini sebelumnya telah dicatat pada Lauh Mahfudz.
Taqdir Yaumi yaitu taqdir yang dikhususkan untuk semua
peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari; mulai dari
penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni
dosa, menghilangkan kesusahan, dan lain sebagainya. Hal
ini sesuai dengan firman Allah,

“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-


Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (ar-Rahmaan: 29)

Ketiga taqdir yang terakhir tersebut, kembali kepada taqdir


azali: taqdir yang telah ditentukan dan ditetapkan dalam
Lauh Mahfudz.
Keyakinan terhadap Qada’ dan Qadar Allah memotivasi
seseorang melaksanakan tiga perkara;

Pertama: Senantiasa berdoa dan bertaqwa kepada Allah


supaya segala urusannya Allah mudahkan. Firman Allah :

‫ان‬ َ ‫يب َد ْع َوَ َ ال َّداِِ ِإذَا َد‬


ِ ‫ع‬ ُ ‫عنِي فَإِنِي قَ ِريب أ ُ ِج‬ َ ‫سأَلَ َك ِعبَا ِدي‬
َ ‫َو ِإذَا‬
‫ُون‬
َ ‫شد‬ ُ ‫فَ ْليَ ْست َ ِجيبُواْ ِلي َو ْليُؤْ ِمنُواْ ِبي لَعَلَّ ُه ْم يَ ْر‬
Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
(wahai Muhammad) tentang Aku maka (jawablah)
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-
Ku maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka
selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah:186)
Kedua: Senantiasa berusaha mencapai tujuan akhirat
tanpa melupakan dunianya.

‫َصيبَ َك ِم َن‬ َ ‫ار ْالَ ِخ َرَ َ َو َال ت َ ْن‬


ِ ‫سن‬ َ ‫َّللاُ ال َّد‬ َ َ ‫َوا ْبتَغِ ِفي َما آَت‬
َّ ‫اك‬
‫ال ُّد ْنيَا‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”
(QS. Al Qashshash: 77).
Ketiga: Bersabar ketika mendapat kegagalan dan tidak
sombong ketika mendapatkan keberhasilan dalam urusan
dunia ini.

Firman Allah yang artinya:


“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam
kitab(Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan
supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (al-Hadiid:
22-23)
Menghindari taqdir buruk menuju taqdir baik
Ketika kekhalifahan Umar al-Khattab r.a, beliau telah
bermusafir bersama beberapa orang sahabat dari Madinah
ke tanah Syam. Peristiwa ini berlaku pada bulan Rabi’ul
Akhir tahun 18 H, di mana perjalanan Umar adalah untuk
melihat keadaan rakyat dan para gabenurnya. Setelah
beberapa hari menempuh perjalanan, rombongan Umar
mendapat berita bahawa Syam telah dilanda wabak ta’un
‘Amwas. Umar kemudiannya bermusyawarah bersama para
sahabat di dalam jama’ah rombongan itu dan masing-
masing sepakat memutuskan untuk kembali ke Madinah.
Abu Ubaidah r.a yang ketika itu menjadi gabenur di Syam
berkata mempersoalkan keputusan Umar al-Khattab r.a,
“Wahai Amir al-Mukminin, mengapa kamu lari daripada
taqdir Tuhan?”Umar r.a lantas menjawab, “Ya, aku lari
daripada taqdir Allah kepada taqdir yang lain. Apa
pendapatmu wahai Aba Ubaidah seandainya engkau
memiliki seekor unta yang turun di sebuah lembah yang
memiliki dua lereng, yang satu subur dan yang kedua
tandus, bukankah jika engkau membiarkannya di tempat
yang subur berarti engkau menggembala untamu itu
dengan taqdir Allah? Begitu pun sebaliknya, jika engkau
membiarkannya di tempat tandus, bukankah engkau
menggembalakannya juga dengan taqdir Allah?”
Tiba-tiba datang Abdurrahman bin ‘Auf karena
keperluannya lalu berkata;
َ ‫ يَقُو ُل؛ ِإ َذا‬،‫سلَّ َم‬
‫س ِم ْعت ُ ْم ِب ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ،‫ِإ َّن ِع ْندِي ِم ْن َه َذا ِع ْل ًما‬
ُ‫ارا ِم ْنه‬ ً ‫ض َوأَ ْنت ُ ْم ِب َها فَ َل تَ ْخ ُر ُجوا فِ َر‬ ٍ ‫ َو ِإ َذا َوقَ َع ِبأ َ ْر‬،‫علَ ْي ِه‬ ٍ ‫ِبأ َ ْر‬
َ ‫ض فَ َل ت َ ْق َد ُموا‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam masalah ini aku memiliki
ilmunya, aku telah mendengar bahwa Rasulullah s.a.w
bersabda; Jika engkau mendengar wabah ta’un di sebuah
negeri maka janganlah kamu memasukinya, dan
seandainya wabah ta’un terjadi di negeri yang engkau
tinggal di dalamnya janganlah engkau meninggalkan
negerimu karena lari dari ta’un.” (Riwayat Muslim)
Menurut sejarah, ta’un ‘Amwas yang terjadi pada zaman
kekhalifahan Umar telah menelan korban sekitar 25’000
– 30’000 kaum Muslimin. Di antara mereka yang
meninggal dunia akibat wabah ini adalah Abu Ubaidah
‘Amir bin Al-Jarrah ra, salah seorang daripada sepuluh
orang sahabat Nabi yang mendapat jaminan syurga
Allah Taala.
PENGARUHNYA PADA PANDANGAN INDIVIDU
TERHADAP KESEHATAN

1. Seseorang yang paham tentang taqdir akan senantiasa


mengupayakan untuk hidup secara sehat, namun bila ternyata sakit ia
berusaha berobat sambil berdoa untuk kesembuhannya, hasilnya
diserahkan kepada Allah

2. Seorang dokter yang paham tentang taqdir akan senantiasa


mengupayakan semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasiennya,
namun hasilnya diserahkan Kepada Allah Dzat Yang Maha
Menyembuhkan

3. Seorang dokter yang paham tentang taqdir tidak akan pernah


memberikan jaminan kesembuhan pada pasiennya.

4. Seorang pasien yang paham tentang taqdir tidak akan pernah menuntut
dokter yang sudah mengupayakan dengan maksimal kesehatannya bila
terjadi hal yang tidak diinginkan
Tanda Orang Beriman kepada Qada dan Qadar
1. Tidak akan bersikap sombong dan takabur ketika
mencapai kesuksesan/keberhasilan
2. Tidak mudah putus asa jika menemui kegagalan
3. Merasa yakin bahwa kesuksesan yang didapat semata-
mata berkat karunia dan pertolongan Allah
4. Bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah swt.
5. Berdoa, Ikhtiar, serta Tawakkal kepada Allah swt., atas
segala usaha yang telah dilakukannnya.
6. Tidak meminta pertolongan kepada selain Allah swt.
Hikmah Iman kepada Qada dan Qadar
1. Membangkitkan rasa perlunya berusaha dan perlunya
bertawakkal
2. Sabar menghadapi cobaan dan tdak putus asa karena
sadar bahwa segala-galanya dari Allah.
Firman Allah SWT :

Artinya : “…… (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa


musibah, mereka mengucapkan “Inna lillahi wainna
ilaihi raaji’uun.” (QS. Al Baqarah : 156)
Firman Allah SWT :

Artinya : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka


dibiarkan (saja) mereka dibiarkan (saja) mengatakan “Kami
telah beriman “ sedang mereka tidak di uji lagi ?” (QS. Al
Ankabut : 2)

3. Tidak sombong dikala berhasil dan tidak kecil hati dikala


gagal
4. Sabar menerima kenyataan sehingga terhindar dari sifat iri
dan dengki.
5. Meningkatkan kesabaran, ketaqwaan dan hidup istiqomah
BAAROKALLAHU FIIKUM

WASSALAAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKAATUH

Anda mungkin juga menyukai