0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4K tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis paradigma organisasi, yaitu paradigma simetris dan asimetris. Paradigma asimetris dicirikan oleh orientasi internal, sistem tertutup, efisiensi, elitisme, konservatisme, dan otoritas pusat. Sementara itu, paradigma simetris mencakup saling ketergantungan, keseimbangan bergerak, kesetaraan, otonomi, inovasi, desentralisasi, tanggung jawab, dan penyelesaian
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis paradigma organisasi, yaitu paradigma simetris dan asimetris. Paradigma asimetris dicirikan oleh orientasi internal, sistem tertutup, efisiensi, elitisme, konservatisme, dan otoritas pusat. Sementara itu, paradigma simetris mencakup saling ketergantungan, keseimbangan bergerak, kesetaraan, otonomi, inovasi, desentralisasi, tanggung jawab, dan penyelesaian
Dokumen tersebut membahas tentang dua jenis paradigma organisasi, yaitu paradigma simetris dan asimetris. Paradigma asimetris dicirikan oleh orientasi internal, sistem tertutup, efisiensi, elitisme, konservatisme, dan otoritas pusat. Sementara itu, paradigma simetris mencakup saling ketergantungan, keseimbangan bergerak, kesetaraan, otonomi, inovasi, desentralisasi, tanggung jawab, dan penyelesaian
Kearney (1984) seorang antropolog menyatakan bahwa worldview adalah a set of
images or assumptions about the world. Sementara Kuhn (1970) menyatakan bahwa worldview adalah a paradigm that stands for the entire constellation of beliefs, values, techniques and so on shared by the member of a given community. Worldview adalah semacam paradigm yang dianut oleh suatu masyarakat. Menurut Grunig (1989) ada dua jenis worldview yang bisa dianut adalah : symmetrical worldview (paradigma simetris) dan asymmetrical worldview (paradigma asimetris). Sebuah organisasi agar bisa bertahan dalam lingkungan dengan baik dan mampu menjalin hubungan yang positif dengan lingkungan tersebut sebuah organisasi memerlukan paradigma yang simetris. Sebaliknya sebuah organisasi tidak akan dapat bertahan lama dalam sebuah lingkungan jika ia memiliki seperangkat paradigma yang asimetris. Paradigma yang asimetris tersebut adalah : a) Internal orientation (berorientasi ke dalam) : para anggota organisasi tersebut hanya bisa melihat kepada dirinya sendiri namun tidak mampu membayangkan bagaimana orang lain memandang organisasi tersebut. b) Closed system : informasi hanya bergerak ke luar dari organisasi namun tidak ada informasi yang masuk ke dalam organisasi. c) Efficiency : efisiensi adalah sebanyak-banyaknya pendapatan, sekecil-kecilnya pengeluaran d) Elitism : menganggap pimpinan organisasi sebagai yang paling tahu dan yang paling bijak. e) Conservatism : organisasi enggan untuk berubah f) Tradition : tradisi turun temurun dalam organisasi tersebut dianggap sebagai pakem yang tidak bisa diubah ubah lagi bahkan bila tradisi tersebut tidak sesuai lagi dengan perubahan jaman. g) Central authority : kekuasaan harus terkonsentrasi pada segelintir orang yang ada di pucuk pimpinan perusahaan.
Paradigma yang simetris adalah :
a) Interdependence : organisasi menyadari bahwa ia tidak bisa mengisolasi diri dari lingkungan sekitar. b) Moving equilibrium : organisasi sebagai sebuah sistem bisa saja berupaya untuk mencapai kondisi equilibrium yaitu kondisi yang stabil namun ia harus menyadari bahwa kondisi stabil tersebut tidak akan selamanya bertahan. c) Equity : organisasi beroperasi atas dasar persamaan hak antar manusia. d) Autonomy : memberikan wewenang yang cukup luas kepada karyawan. e) Innovation : organisasi bersikap fleksibel atau luwes dalam menghadapi adanya gagasan gagasan baru dan tidak terpaku pada konsevatisme atau tradisi yang ketinggalan jaman. f) Decentralization of management : ada pendelegasian kewenangan yang memadai para manajer berperan lebih sebagai koordinator dari pada diktator. g) Responsibility : organisasi dan para anggotanya harus menyadari bahwa kehadiran mereka dalam suatu lingkungan memiliki dampak bagi sistem lain yang ada di lingkungan tersebut. h) Confliet resolution : organisasi bersikap terbuka terhadap adanya konflik.