Tujuan
Tujuan dilakukan rekonsiliasi obat adalah:
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien.
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter; dan
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter
Pengertian
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah
sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari rumah sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Kegiatan rekonsiliasi obat di rumah sakit dilakukan pada saat:
1. Admisi
2. Transfer
3. Saat pasien akan pulang
Hal ini dapat digambarkan sesuai bagan berikut:
Jenis Diskrepansi
Diskrepansi dapat terjadi secara disengaja maupun tidak
1. Disengaja, tapi tidak dicatat :
Contoh : dokter memang bermaksud
menambah/mengganti/menghentikan obat, tetapi maksud ini tidak
dicatat secara jelas.
2. Tidak disengaja, salah dalam pencatatan
Contoh : Dokter secara tidak sengaja mencatat secara salah
Peran dokter dalam rekonsiliasi obat yaitu melakukan evaluasi terapi dimana
menentukan terapi yang akan diteruskan, dihentikan, ditambahkan, ataupun
dimodifikasi regimen dosis obat, disamping itu dokter berperan melakukan
pemantauan evaluasi kesesuaian penggunaan obat. Dokter jga harus
melakukan rekonsiliasi setiap akan menuliskan resep. Sedangkan peran
apoteker dalam rekonsiliasi obat yaitu memastikan informasi yang akurat
tentang obat yang digunakan serta mengidentifikasi adanya diskrepansi baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja, disamping harus mengatasi
diskrepansi dengan komunikasi.
Tahapan
Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:
a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan
digunakan pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat
mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi
pasien serta efek samping obat yang pernah terjadi. Khusus untuk
data alergi dan efek samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat
yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek
yang terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga
pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam
medic/medication chart. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih
dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua obat yang digunakan oleh pasien baik resep maupun
obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
Data riwayat penggunaan obat yang dicatat meliputi nama obat,
dosis, frekuensi, rute, riwayat alergi, ESO, dan medication error
(Ketidakpatuhan, tidak mendapat obat, dan lain-lain).
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan
adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara data-
data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang
hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medic pasien. Ketidakcocokan ini
dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan
resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak
tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang
dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh apoteker adalah:
1) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau
tidak disengaja;
2) Mendokumentasikan alas an penghentian, penundaan, atau
pengganti; dan
3) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsiliasi obat.
d. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan / atau keluarga
pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker
bertanggung jawab terhadap informasi obat yang diberikan. Disamping
itu diperlukan komunikasi antara apoteker, dokter, perawat, dan pasien
bila ada ketidaksesuaian segera hubungi dokter dalam waktu 24 jam,
selanjutnya dokter akan :
o Menentukan perbedaan tersebut disengaja atau tidak
o Mendokumentasikan mengapa obat distop, ditunda,
diganti, atau mulai diberikan
o Tanda tangan dan tanggal waktu dilakukan rekonsiliasi
Nama Pasien :
Tanggal Lahir :
No. RM :
No. Nama Obat Jumlah Dosis Frekuensi Cara
Pemberian
Nama Pasien :
Tanggal Lahir :
No. RM :
No. Nama Obat Jumlah Dosis Frekuensi Cara
Pemberian
Pengobatan dilanjutkan :
o Poliklinik
o RS Lain
o PUSKESMAS
o Dokter luar
Nama Pasien :
Tanggal Lahir :
No. RM :
No. Nama Obat Jumlah Dosis Frekuensi Cara
Pemberian
Kesimpulan
Tinjauan Pustaka
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Kementerian Kesehatan RI, Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit tahun 2017
3. Santell J. Journal of Qual and Patient Saf. 2006; 32: 225-9
4. Comish, et al. Arch Intern Med. 2005; 165: 424-9
5. Forster AJ, et al. Ann Intern Med. 2003; 138;161-7
6. Provonost P, et al. Journal of Critical Care. 2003; 18:201-205