Anda di halaman 1dari 7

MONITORING EVALUASI KEPATUHAN DALAM

MENGISI LEMBAR REKONSILIASI OBAT


DI RUMAH SAKIT MITRA HUSADA
TAHUN 2019

RUMAH SAKIT MITRA HUSADA


2019
BAB I.
PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Kesehatan No 72 tahun 2016, pasal 1 menyebutkan bahwa


rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang
telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat
(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau intruksi obat.
Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah
sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah
Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah memastikan informasi yang akurat
tentang obat yang digunakan pasien, mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya
instruksi dokter.
BAB II

REKONSILIASI

2.1 Definisi
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
intruksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari
satu Rumah sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar
dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.

2.2 Tujuan
Tujuan dilakukan rekonsiliasi obat adalah :
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakn pasien
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.

2.3 Tahapan Rekonsiliasi obat


Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu :
1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien, meliputi
nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan,
riwayat alergi pasien serta efek samping obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi
dan efek samping obat, dicatat tanggal kejadian. Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi
alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat penggunaan
obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien,
dan rekam medik/medication chart. Semua obat yang digunakan oleh pasien baik resep
maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
2. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah ada , sedang dan akan digunakan.
Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan
diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang,
berbeda ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam
medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat
penulisan resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya
perbedaan pada saat menuliskan resep.
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal yang harus
dilakukan oleh apoteker adalah :
a. Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja
b. Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan atau penggatian, dan
c. Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsiliasi obat.
4. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai
perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggungjawab terhadap informasi obat yang
diberikan. Petunjuk teknis mengenai rekonsiliasi obat akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
jenderal.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Rumah Sakit Mitra Husada hanya mencatat beberapa sampel pasien di lembar rekonsiliasi
obat yang di rawat inap, adapun kelengkapan data rekonsiliasi obat pasien meliputi:
No Kelengkapan keterangan
1 Nama pasien Ada
2 Tanggal lahir Ada
3 Jenis kelamin Tidak ada
4 No Rm Tidak ada
5 Sumber informasi Ada
6 Nama obat Ada
7 Dosis Tidak ada
8 Rute Ada
9 Signa Tidak ada
10 Terakhir pemakaian Tidak ada
11 Lanjut /stop Ada
12 Sumber obat Ada
13 Tanggal Ada
14 Nama DPJP Ada
15 TTD DPJP Tidak ada
16 Nama perawat Ada
17 TTD perawat Ada
18 Nama petugas farmasi Ada
19 TTD petugas farmasi Ada

3.2 Pembahasan
Monitoring Rekonsiliasi obat di Rumah Sakit Mitra Husada belum terlaksana secara baik dan
tidak terdokumentasi. Adapun masalah yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam pengisian
lembar brekonsiliasi obat adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya tenaga apoteker di rumah sakit Mitra Husada
2. Kurangnya komunikasi antar tenaga kesehatan yang bertanggungjawab atas lembar
rekonsiliasi obat
3. Keterlambatan pengisian lembar rekonsiliasi obat
4. Kurangnya informasi yang didapat saat pengisian lembar rekonsiliasi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari rekonsiliasi obat yang didapat di rawat inap Rumah Sakit Mitra Husada hanya
beberapa sampel yang tercatat di lembar rekonsiliasi.

4.2 Rencana tindak lanjut


Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Menambah jumlah apoteker agar pekerjaan pelayanan rumah sakit dan farmasi klinis
menjadi lebih optimal
2. Saling mengingatkan antar tenaga teknis kefarmasian yang bertanggungjawab dalam
pengisian lembar rekonsiliasi obat
3. Ketepatan waktu dalam pengisian lembar rekonsiliasi obat
4. Lebih menggali informasi agar seluruh poin dalam lembar rekonsiliasi obat dapat terisi
dengan optimal.

Anda mungkin juga menyukai