(p1) Revisi Petunjuk Praktikum Genetika Terbaru
(p1) Revisi Petunjuk Praktikum Genetika Terbaru
Halaman
1
DAFTAR TABEL
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul
Halaman
3
Penelitian 1
PENGARUH LINGKUNGAN
Pendahuluan
Fenotip yang tampak pada individu merupakan hasil kombinasi
antara genotip dan pengaruh lingkungan. Pada penelitian ini akan
diselidiki warna kotiledon beberapa jenis biji itu dipengaruhi oleh
factor genetic ataukah juga dipengauhi oleh factor lingkungan.
Pada biji-biji yang mengalami mutasi gen pengontrol
pembentukan klorofil akan menghasilkan kotiledon berwarna
kuning, walaupun ditumbuhkan di tempat yang cahayanya
mencukupi untuk pembentukan klorofil. Sedangkan biji normal
untuk gen pembentukan klorofil akan apabila tumbuh pada tempat
yang tidak bercahaya akan menghasilkan kotiledon yang
berwarna kuning, tetapi bila segera dipindahkan ke tempat yang
bercahaya maka warna kotiledon akan segera berubah menjadi
hijau.
Tujuan
Mengetahui pengaruh intensitas sinar terhadap warna kecambah.
Prosedur
Siapkan 2 cawan petri/gelas. Guntinglah kertas isap yang
ukurannya pas untuk dasar cawan petri/gelas. Masing-masing
cawan petri/gelas dialasi oleh kertas setebal 4 lembar. Basahi
kertas itu dengan air. Buanglah kelebihan air sehingga tidak ada
air yang tergenang di dasar cawan petri/gelas. Beri tanda A pada
satu cawan petri/gelas dan B pada cawan petri/gelas lainnya.
Taburkan 30 biji pada masing-masing cawan petri/gelas. Jaga
jangan sampai ada biji-biji saling menempel. Jarak antar biji
paling sedikit 2x panjang biji.
Beri nama kelompok pada masing-masing pasangan cawan
petri/gelas A dan B. Letakkan cawan petri/gelas A dan B
berdampingan di tempat yang kena sinar (terang) tetapi tidak
langsung. Tutuplah cawan petri/gelas B dengan kertas hitam
(karbon), sedang A ditutup plastik. Amati cawan petri/gelas
percobaan ini tiap hari. Perhatikan apakah kertas menjadi kering?
Kalau ya, basahi kembali.
Jika separuh biji-biji telah berkecambah (≥ 15 biji), amati
dengan menggunakan loup. Masing-masing kecambah memiliki
akar yang tidak berwarna dan 2 keping (dikotil).
5
Beberapa kecambah memiliki kotil hijau, tetapi ada juga yang
berwarna kuning, serta ada yang krem. Hitunglah warna kotil tiap
cawan petri/gelas (hijau, kuning dan krem). Penghitungan
dilakukan paling tidak oleh dua orang. Jika angka yang diperoleh
berbeda (antara dua orang penghitung), ulangi penghitungannya.
Gunakan formasi penghitungan seperti di bawah ini :
Gelas A Gelas B
Hari
Hijau Kuning* % Hijau Kuning* %
ke
Kuning Kuning
1
2
3
4
5
6
7
*Kuning ≈ albino
Hari ke-2 dan selanjutnya dilakukan penghitungan. Jika angka
hari kedua lebih kecil daripada hari ke-1 berarti ada kesalahan
cara menghitung. Cawan petri/gelas B tidak lagi dikembalikan ke
tempat gelap, tetapi ditempatkan di tempat terang, sama seperti
cawan petri/gelas A, asalkan biji sudah tumbuh lebih dari
separuh. Jika belum, tunggu sampai tumbuh semua baru tutup
karbon (B) dan plastik (A) sama-sama dilepas dan ditaruh di
tempat terang.
Hari-hari selanjutnya diadakan penghitungan kembali. Setelah
selesai, kedua gelas A dan B, ditaruh kembali di tempat asal yang
kena sinar.
6
Hari ke-n yaitu setelah 3 hari di tempat terang diadakan
penghitungan terakhir. Hati-hati dalam melakukan penghitungan
pada gelas B. Ingat bahwa apabila kecambah pada gelas B
terkena cahaya 1 detik saja itu sama artinya dengan bahwa
kecambah-kecambah itu ditumbuhkan di tempat terang. Jadi
penghitungan pada cawan petri/gelas B diamati setelah
kecambah pada gelas A sudah tumbuh lebih dari separuh.
Mempelajari Data
Dari data penghitungan (hari terakhir di tempat gelap),
bandingkan persentase kotil kuning kecambah di gelas A dan B.
1. Dalam hal apa saja tampak ada perbedaan antara kecambah
di A dan B? Khususnya, perbedaan angka % dan warna kotil.
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2. Variabel eksperimental apa saja yang ikut menentukan
perbedaan ini (soal no.1)?
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
7
3. Dapatkah variabel ini dianggap sebagai penyebab warna
kuning dari kecambah bayam/selasih/tembakau? Beri alasan!
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
4. Bandingkan angka persen (%) kecambah kuning dari gelas B
di hari terakhir di tempat gelap dan hari terakhir percobaan.
Percobaan apa yang telah terjadi?
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
5. Variabel eksperimental apa yang bekerja di sini (soal no.4)?
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
6. Apakah variabel eksperimental ini dapat dianggap sebagai
penyebab dari warna kuning kecambah? Beri alasan!
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
8
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
7. Beri ulasan dan alasan, mengapa tidak ada perbedaan warna
antara kecambah-kecambah dalam gelas A?
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Kesimpulan
8. Adakah data yang mendukung pernyataan, “Warna kuning
kecambah disebabkan oleh faktor lingkungan”? Jika ada, data
mana yang di maksud?
Jawab:
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
9. Adakah data yang mendukung pernyataan, “Warna kuning
kecambah tembakau ditentukan secara herediter”? Beri
alasannya!
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
9
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
10. Rumuskan satu pernyataan umum yang didukung oleh semua
data yang Anda peroleh tadi (No. 1-9)!
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Penelitian Lanjutan
Ulangilah penelitian 1 ini, dengan menggunakan salah satu
dari biji-biji berikut:
1. Gerst (barley)
2. Kacang hijau
3. Kacang tanah
4. Kacang Merah
5. Lamtoro
6. Jagung
7. Padi
Bandingkan hasilnya satu sama lain. Kesimpulan umum apa yang
Anda peroleh?
Jawab :
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
10
.........................................................................................................
.........................................................................................................
11
Penelitian 2
PERSILANGAN DIHIBRIDA
Pendahuluan
Dalam kurun waktu 70 tahun terakhir ini para ahli genetika
sibuk melakukan penelitian dengan perkawinan silang.
Kebanyakan penelitian ini berkisar pada beberapa spesies saja.
Alasannya adalah sebagi berikut :
1. Spesies ini menghasilkan keturunan (anak) yang banyak
sekali dalam waktu pendek.
2. Penyerbukan dapat diatur manusia.
Dua diantara spesies yang banyak dipelajari, sebagai bahan
percobaan, adalah Drosophila (lalat buah) dan Zea Mays
(jagung).
Banyak sekali sifat-sifat genetik dari jagung mudah dipelajari.
Namun, untuk memperoleh satu keturunan dari hasil persilangan
dengan jagung membutuhkan waktu hampir satu semester. Tentu
ini menjadi kurang praktis kalau eksperimen perkawinan silang
dengan jagung dipraktekan di kelas, kecuali dilakukan secara
estafet, artinya percobaan ini diteruskan oleh kelas berikutnya.
Oleh karena itu, pada penelitian ini Anda akan mempelajari hasil-
hasil eksperimen kawin silang yang telah dilakukan oleh orang
lain.
Biji jagung adalah satu fase dari siklus hidup dari tanaman
tersebut yang sifat-sifatnya sangat bermanfaat untuk dijadikan
12
bahan studi. Sebuah tongkol jagung berisi banyak biji
(sebenarnya buah). Masing-masing biji ini berkembang secara
terpisah satu sama lainnya. Artinya, masing-masing biji berasal
dari satu telur yang dibuahi oleh satu spermatozoid juga. Jadi,
masing-masing biji berkembang dari satu zigot. Oleh karena itu,
masing-masing biji adalah satu individu. Biji-biji dalam tongkol
yang Anda akan pelajari ini adalah individu-individu F 2 (hasil dari
eksperimen khusus untuk studi ini). Tetapi sementara ini, akan
digunakan biji jagung dalam tongkol yang kebetulan dapat dimiliki.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hasil-hasil kawin
silang dengan dua tanda beda (dihibrida) dan membuat
rekonstruksi bagian persilangan yang menghasilkan F2 (jagung
yang diamati).
Prosedur
Amati tongkol jagung. Biji-bijinya mungkin bervariasi dalam
beberapa sifat. Anda hanya perlu memperhatikan dan
mempelajari dua sifat saja, misalnya : warna dan bentuk (tekstur).
Biji-biji dalam satu tongkol mungkin memperlihatkan satu atau
13
dua warna dan satu atau dua bentuk. Beri nama warna-warna
dan bentuk-bentuk biji jagung tersebut. Satu biji jagung tentu saja
memiliki hanya satu warna dan satu bentuk. Oleh karena itu, akan
ada 4 kemungkinan kombinasi sifat.
Bekerjalah dalam kelompok kecil dua-dua. Namai satu
mahasiswa A, dan yang satunya lagi B. Siapkan tabel 4 kolom.
Bagian atas masing-masing kolom ditulis salah satu dari 4
kombinasi sifat. Tancapkan sebuah jarum di ujung vertikal dari
satu baris biji. Biji-biji tidak boleh ada yang lepas dari tongkolnya.
Dari baris biji yang diberi tanda jarum ini, hitung semua biji yang
menpunyai kombinasi sifat di ujung atas kolom dari tabel. Dari
baris biji yang sama (pertama), hitung biji yang memiliki
kombinasi sifat kolom kedua dan seterusnya untuk kolom ketiga
sampai keempat. Keempat kolom berasal dari satu baris vertikal
biji-biji yang diberi tanda jarum.
Tanpa memindahkan jarum, lakukan hal yang sama untuk
baris vertikal selanjutnya. Demikianlah selanjutnya, baris demi
baris, sampai akhirnya tiba kembali ke baris yang di beri tanda
jarum tadi. Selesai pencatatan, Anda akan menyadari bahwa
masing-masing kolom tabel memiliki angka-angka yang berasal
dari jumlah baris vertikal biji, walaupun ada juga sejumlah
bilangan dengan nol (kosong).
Kerjasama antara A dan B dapat sebagai berikut : A
menghitung, B mencatat atau sebaliknya, atau bergantian.
Silahkan mengatur sendiri.
Nomor Fenotip
14
Baris
AB Ab aB ab
Vertikal
1
2
3
4
5
6
7
.
.
.
.
Misalnya : A = merah, a = putih, B = bulat, b = keriput
Gambar 2.1 Buah jagung hasil dari persilangan dihibrida (dua tanda
beda) dengan induk yang dominan homozigot untuk kedua sifat tersebut
dan filial ini dianggap F2, yaitu : trait bentuk biji (bulat dan kisut) dan trait
warna biji (putih dan berwarna).
Perhatikan baik-baik gambar 2.1. Tentukan trait dari buah jagung
yang diberi tanda x.
Anda tidak perlu berkecil hati apabila tidak mendapatkan 4
kelompok fenotip seperti pada contoh diatas. Bisa saja hasil
15
persilangan dihibrida hanya menghasilkan 2 kelompok fenotip, 3
kelompok fenotip atau 1 kelompok fenotip tergantung genotip dan
fenotip tetuanya. Oleh sebab itu sangat penting Anda melakukan
rekonstruksi persilangan pada saat sudah mendapatkan F2 nya.
Analisa Data
Jumlahkan bilangan-bilangan setiap kolom dari dalam tabel.
1. Kombinasi sifat mana : AB, Ab, aB, atau ab yang paling tinggi
frekuensinya (jumlahnya)?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2. Kombinasi sifat mana : AB, Ab, aB, atau ab yang terkecil
frekuensinya?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
3. Karena sifat-sifat ini diamati dari individu-individu F 2,
tentukanlah warna dan bentuk apa yang sifatnya dominan?
Beri alasan!
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
16
4. Pilihlah huruf-huruf yang tepat untuk menyatakan tiap
pasangan alel. Gunakanlah huruf kapital untuk sifat dominan
dan huruf kecil untuk resesif. Tuliskan kemungkinan
kombinasi genotip dari keempat kombinasi sifat per kolom.
Generasi induknya adalah biakan murni, untuk sifat dominan
dan resesif!
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
5. Tuliskan kemungkinan genotip generasi F1 nya?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
6. Fenotip apa saja yang mungkin muncul pada generasi F1?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
7. Perhatikan penurunan sifat warna saja. Warna-warna apa
saja yang muncul pada generasi F 2? Bagaimana rasio
perbandingannya?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
17
………………………………………………………………………
8. Sekarang perhatikan bentuknya saja. Bentuk-bentuk apa saja
yang muncul pada generasi F2 nya? dan bagaimana
rasionya?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
9. Kalau kita mempertimbangkan kombinasi sifat warna dan
bentuk, fenotip-fenotip apa yang di F2 dan bagaimana
rasionya?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
10. Bandingkan rasio fenotip menurut harapan dan
kenyataannya. Apakah sesuai?
(Petunjuk : gunakan rumus Chi-kuadrat dan df = 3)
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Kesimpulan
11. Dalam memprediksi rasio F2, Anda harus menggunakan
asumsi-asumsi tertentu. Cobalah rumuskan asumsi-asumsi
18
yang mutlak perlu digunakan sebagai dasar perhitungan
rasio!
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
12. Cobalah terangkan apakah data yang Anda peroleh itu sudah
sesuai dengan asumsi Anda?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
Penelitian 3
PERKAWINAN SILANG Drosophila
Pendahuluan
Eksperimen dasar Mendel telah diulang banyak kali dengan
menggunakan berbagai jenis organisme. Banyak diantara
eksperimen ini membutuhkan periode waktu yang lama untuk
mencapai generasi F1 dan F2. Tetapi dengan menggunakan
Drosophila, waktu yang dibutuhkan kurang dari satu bulan.
Drosophila memiliki banyak spesies. Yang terbentuk dan
paling luas penyebarannya adalah Drosophila melanogaster.
20
Tetapi, apakah Drosophila melanogaster itu ada di Indonesia,
masih perlu diteliti. Lalat ini ada hampir di semua bagian dunia ini,
terutama di musim panas dan musim buah-buahan. Lalat ini suka
sekali mengerumuni buah yang kelewat masak, misalnya:
pepaya, mangga, dan nanas.
Drosophila merupakan organisme terbaik untuk percobaan
hereditas, sebab :
a. Lalat ini mudah sekali dipelihara di laboratorium, sebab
makanan lalat ini sangat sederhana dan ruang yang
dibutuhkan sangat kecil.
b. Siklus hidup lalat ini pendek, 7-8 hari (untuk Indonesia).
c. Keturunan sangat banyak.
d. Memiliki banyak variasi yang herediter.
Telur lalat ini kecil, berbentuk elips, diletakkan di permukaan
makanan. Telur ini menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam.
Larva makan terus menerus sambil melubangi medium
(makanannya). Larva yang dewasa memanjat dinding botol atau
kertas yang disediakan. Di sana larva menjadi pupa. Imago yang
baru muncul dari pupa ini, sangat ringkih (fragile), warnanya pucat
dan sayapnya belum berkembang. Tetapi dalam beberapa jam
saja, kulitnya sudah menjadi gelap dan sayapnya berkembang.
Yang dewasa dapat hidup satu bulan. Imago yang sudah berumur
> 10 jam sudah siap kawin.
Siklus hidup Drosophila dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan. Di antara faktor-faktor ini, suhu adalah faktor
terpenting, yaitu: (1) pada suhu 20 oC siklus hidup lalat ini 12 hari;
21
dan (2) pada suhu 25oC siklus ini hanya membutuhkan waktu 10
hari. Berapa siklus hidup lalat Anda? catatlah!
Tujuan
Eksperimen tentang perkawinan silang pada Drosophila ini
bertujuan untuk menguji prinsip Mendel, utamanya pada
perbandingan jenis kelamin yang dihasilkan dan perbandingan
fenotip pada sifat beda yang menunjukkan fenomena dominansi
penuh.
Prosedur
1. Penangkapan Drosophila sebelum penelitian dimulai.
Persediaan ini diperoleh dari hasil tangkapan. Cara
menangkap: taruhlah irisan-irisan buah yang masak,
misalnya nanas, pisang, mangga atau lainnya pada alas
sebuah gelas. Taruhlah umpan ini satu malam di luar
rumah, keesokan harinya diamati, jika telah banyak lalat
22
di dalamnya, tangkaplah lalat itu dengan menutup gelas
itu dengan penutup gelas sehingga lalat-lalat itu tidak
akan lari.
2. Setelah lalat tertangkap, biuslah mereka dengan ether.
Cara membius adalah sebagi berikut:
a. Gelas yang berisi lalat beserta makanannya
dibungkus dengan kain hitam atau kertas karbon
(kalau mungkin). Kalau mungkin lalat sudah
dibungkus beberapa jam atau satu malam
sebelumnya. Sebelum lalat dibius, pindahkan mereka
dari tempat yang dibungkus hitam ke gelas baru.
Caranya, pertama lalat yang di tempat gelap ditutup
dengan kertas karton dengan sebuah lubang.
Mulanya lubang berada di luar bibir stoples atau
gelas. Tempatkan sebuah gelas minum dalam
keadaan terbalik sehingga mulut stoples dan mulut
gelas berhadapan. Kemudian kertas karton penutup
tadi ditarik secara perlahan sampai lubangnya berada
persis ada di bawah mulut gelas. Lubang tadi akan
menjadi jalan ke luar dari lalat di tempat gelap. Lalat
akan terbang ke luar melalui lubang karena lalat
sifatnya fototaksis (terbang menuju tempat yang
terang). Mereka terjebak pada gelas yang dipasang
tertelungkup.
b. Lalat yang tertangkap dalam gelas inilah yang dibius.
Lalat yang ada dalam stoples atau gelas yang berisi
23
makanan jangan dibius sebab lalat ini akan lengket
pada makanannya bila mereka pingsan (terbius).
Cara membius sebagai berikut: belitkan kapas pada
ujung lidi. Celupkan kapas ini dalam ether murni.
Usahakan agar ether tidak terlalu basah sehingga
mungkin akan menetes. Uap ether lebih berat
daripada udara, karena itu uap ether akan
mengendap ke dasar gelas dan membius lalat. Lalat
yang terbang sulit terbius sebab uap ether ada di
dasar stoples atau gelas. Perlu diingat bahwa ether
jangan sampai menetes. Tetesan ether yang
mengenai lalat, mengakibatkan lalat akan mati.
c. Alternatif lain untuk memindahkan lalat buah secara
cepat adalah dengan menyedot lalat tersebut
menggunakan selang yang diberi pembatas kasa,
supaya lalat yang tersedot tidak masuk ke mulut.
3. Mengidentifikasi
Tuangkan lalat yang sudah dalam keadaan terbius ke
atas kertas putih bersih. Kemudian identifikasilah, mana
yang jantan dan mana yang betina. Ciri-ciri jantan dan
betina adalah seperti gambar di bawah ini.
Perhatian
(1) Lalat jangan sampai dalam keadaan terbius lebih
lama dari satu menit. Kalau dibius terlalu lama, lalat
akan mati.
24
(2) Lalat ini halus dan mudah rusak, karena itu
gunakanlah kuas halus untuk membalik lalat (untuk
bisa mengamati bagian abdomen).
(3) Bila perlu, lalat bisa dibius kedua kali. Misalnya, bila
Anda sedang mengidentifikasi, lalat tersebut sadar
dan mau bergerak atau terbang.
4. Masukkanlah 3-5 pasang (jantan dan betina) lalat yang
telah teridentifikasi ke dalam wadah yang telah
dipersiapkan terlebih dulu, misalnya toples yang sudah
berisi makanan segar (jangan yang sudah terkontaminasi
oleh ether).
Pindahkan lalat ini dengan secarik kertas atau kuas halus.
Setelah selesai dan siap diamati hasilnya, beri tanda
kelompok Anda dan catat hari pertama melakukan
penelitian ini.
25
Gambar 3.1 Perbandingan antara jantan dan betina pada Drosophila
Mempelajari data
1. Catatlah setelah berapa hari, lalat dewasa dari generasi
F1 bermunculan?
Jawab
…………………………………………………………………
2. Di Amerika, waktu yang dibutuhkan untuk lahirnya lalat
dewasa F1 10-12 hari. Apakah hasil yang Anda peroleh
sama atau berbeda? Beri alasan!
Jawab
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
3. Biuslah semua lalat generasi satu (F 1) dengan teknik
yang sama dengan contoh di atas, yaitu dengan cara
memindahkan terlebih dahulu ke gelas baru. Identifikasi
dan hitung berapa jantan dan berapa betina. Pembiusan
26
dan penghitungan jantan-betina diadakan setiap hari
selama 7 hari. Alasannya lalat tidak “lahir” bersamaan
dalam satu hari, lalat yang sudah diidentifikasi dan
dimatikan (dibius dengan kloroform) dibuang. Lalat lebih
baik dibius mati supaya Anda bisa mengidentifikasi
dengan tenang, tidak khawatir mereka hidup lagi dan
terbang.
Secara total : Jantan …………………………………….ekor
Betina …………………………………….ekor
4. Hitunglah dan kemudian tariklah kesimpulan apakah
perbandingan jantan dengan betina sesuai dengan yang
diharapkan oleh prinsip Mendel? Beri alasan.
Jawab
…………………………………………………………………
Alasan
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
5. Apakah Anda yakin bahwa lalat baru kawin setelah
mereka dalam botol percobaan? Apakah tidak mungkin
mereka telah kawin sebelum ditangkap atau bahkan
mereka telah bunting sebelum ditangkap? Jelaskan!
Jawab
…………………………………………………………………
27
Alasan
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
6. Buatlah suatu desain mengawinkan lalat agar dapat
dipastikan bahwa perkawinan lalat berlangsung dalam
botol percobaan (artinya lalat betina yang dimasukkan ke
dalam botol adalah lalat yang masih virgin/ perawan)!
Jawab
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Catatan
a. Gunakan rumus Chi-kuadrat :
(f0 - fe)2
X2 = ∑
fe
b. Gunakan derajat signifikansi 0,05.
c. Sebelum menghitung dengan rumus X2, kurangkan
jumlah jantan dan betina F 1 dengan masing-masing
3-5 (yaitu jumlah pasangan induk). Jelaskan
mengapa harus dikurang?
28
Jawab
……………………………………………………………
…………………………………………………….…..…
……………………………………………………………
……………………………………………………………
…………………………………………………….……..
……………………………………………………………
Kesimpulan
7. Rumuskan satu pernyataan umum yang didukung oleh
semua data yang Anda peroleh tadi (No. 1-6)!
Jawab
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
29
Penelitian 4
PERKAWINAN SILANG Drosophila (STRAIN MUTAN)
Pendahuluan
Mendel melakukan banyak sekali eksperimen perkawinan
silang antara tanaman-tanaman yang memiliki banyak trait yang
berbeda secara kontras. Misalnya, antara kacang berbatang
tinggi dan yang berbatang pendek. Apakah generasi F 1 akan
berbatang panjang atau pendek ataukah medium?
Pertanyaan yang sama dapat juga diajukan untuk semua
makhluk hidup. Jika trait yang kontras itu ada pada lalat
Drosophila, bagaimana trait pada generasi berikutnya?
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hasil kawinsilang dari
Drosophila (strain mutan), utamanya untuk menemukan
perbandingan fenotip generasi progeny.
Diskusi
1. Berapa ekor lalat tipe normal dan berapa ekor tipe mutan
yang Anda peroleh pada generasi F1?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2. Bagaimana Anda harus menjelaskan gejala ini (No.1)?
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
32
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
3. Prinsip (hukum) Mendel yang mana dapat menjelaskan hasil
persilangan ini.
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
4. Cobalah jelaskan bagaimana kira-kira susunan gen dari lalat
generasi F1 ini.
Jawab
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
33
………………………………………………………………………
……………………………………………………………..............
Kesimpulan
5. Rumuskan satu pernyataan umum yang didukung oleh semua
data yang Anda peroleh tadi (No. 1-4)!
Jawab
…………………………………………………………………..........
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
...................................................................................................
34
Penelitian 5
HUKUM HARDY – WEINBERG
Pendahuluan
Hukum dasar genetika populasi diformulasikan pertama kali
pada tahun 1908 oleh ahli matematika Inggris G. H. Hardy dan
ahli fisika Jerman Wilhelm Weinberg. Hukum tersebut saat ini
dikenal dengan hukum keseimbangan Hardy-Weinberg. Hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi gen
atau alel pada satu populasi akan tetap konstan dari satu
generasi ke generasi berikutnya jika dalam kurun waktu tersebut
tidak terjadi mutasi, seleksi, “random genetic drift”, migrasi
(imigrasi dan emigrasi), serta “meiotic drive”.
Misalnya alel A dan a frekuensinya akan tetap sama dari satu
generasi ke generasi berikutnya asal kejadian-kejadian seperti
yang telah disebutkan di atas tersebut tidak terjadi. Jika frekuensi
alel A dinyatakan sebagai p dan frekuensi alel a dinyatakan
sebagai q maka p + q = 1. Jika di antara individu-individu tersebut
terjadi perkawinan maka akan diperoleh p 2 individu AA, 2 pq
individu Aa, dan q2 individu aa. Frekuensi gen pada perkawinan
(p+q) (p+q) = p2 + 2pq + q2.
a. Penentuan frekuensi gen menggunakan hukum
Hardy-Weinberg
Penerapan hukum Hardy-Weinberg antara lain dapat dilihat
pada perhitungan frekuensi gen yang mengkontrol rhesus.
35
Penggolongan darah berdasarkan sistem rhesus menunjukkan
adanya dua alel yang mengkontrol sifat tersebut, yaitu Rh dan rh.
Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh dan keberadaannya
menyebabkan seseorang bergolongan darah rhesus positif.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menerapkan Hukum Hardy-Weinberg
pada berbagai sistem penggolongan darah pada manusia.
Alat dan bahan
- Antiserum rhesus
- lancet steril
- pipet pasteur
- gelas obyek
- alkohol 70%
- kapas
- spidol permanen
- sabun cuci tangan
Prosedur
1. Cucilah tangan Anda dengan sabun sampai bersih dan
bilaslah dengan air bersih.
2. Basahi kapas dengan alkohol 70% dan usapkan ke jari manis
tangan kiri Anda.
3. Ambillah lancet steril dan tusukkan pada jari manis Anda
tersebut (ingat satu lancet hanya untuk satu orang). Tetesan
36
darah pertama sebaiknya dibuang dan dibersihkan dengan
alkohol 70%.
4. Teteskan darah Anda pada gelas obyek.
5. Lalu teteskan antiserum rhesus pada tetesan darah. Biarkan
beberapa saat dan amati apa yang terjadi.
Tabel 5.1 Data hasil penentuan golongan darah berdasarkan
sistem rhesus
N Golongan darah
Nama individu
o. Rhesus + Rhesus -
1.
2.
3.
4.
ds
t.
Pertanyaan
1. Mengapa lancet yang Anda pergunakan tidak boleh
dipergunakan oleh orang lain?
37
Jawab :
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
2. Hitunglah frekuensi alel Rh dan rh!
Jawab :
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
3. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan, bagaimanakah
frekuensi rhesus positif dan frekuensi rhesus negatif di Asia,
khususnya Indonesia?
Jawab :
...................................................................................................
...................................................................................................
.................................................................................................
Kesimpulan
4. Rumuskan satu pernyataan umum yang didukung oleh semua
data yang Anda peroleh tadi (No. 1-3)!
Jawab
…………………………………………………………………........
…………………………………………………………………........
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………
38
b. Penentuan frekuensi gen jika yang terlibat adalah
lebih dari satu alel.
Suatu trait tertentu kadang-kadang dikontrol oleh lebih dari
satu alel, misalnya golongan darah A, B, O dikontrol 3 alel yaitu,
IA, IB dan i, jika keadaannya seperti ini hukum Hardy-Weinberg
tetap dapat digunakan untuk menghitung frekuensi gen, tetapi
mengalami sedikit modifikasi. Dalam kasus terlibatnya tiga alel,
maka hukum Hardy-Weinberg dapat ditulis sebagai p + q + r = 1,
p adalah frekuensi alel i, jika diantara individu-individu tersebut
terjadi perkawinan maka akan diperoleh p2 (IAIA) + 2 pr (IAi) + q2
(IBIB) + 2 qr (IBi) + 2 pq (IAIB) + r2 (ii) = 1. Sehingga frekuensi dari
fenotip golongan darah tersebut adalah :
fenotip genotip frekuensi
A IAIA dan IAi p2 + 2 pr
B IBIB dan IBi q2 + 2 qr
AB IAIB 2 pq
O ii r2
Pada percobaan kali ini Anda akan menghitung frekuensi alel
A B
I , I , dan i dari populasi kelas Anda. Hal yang perlu diingat adalah
bahwa jika seseorang bergolongan darah A (mengandung antigen
A dan antibodi B) darahnya akan menggumpal jika ditetesi
dengan antiserum A. Sebaliknya orang yang bergolongan darah B
(mengandung antigen B dan antibodi A) darahnya akan
menggumpal jika ditetesi dengan antiserum B. Orang yang
bergolongan darah AB darahnya akan mengalami penggumpalan
jika ditetesi dengan antiserum A maupun antiserum B. Sedangkan
39
orang dengan golongan darah O darahnya tidak akan mengalami
penggumpalan jika ditetesi dengan antiserum A maupun
antiserum B.
Tujuan
Menghitung frekuensi alel IA, IB, dan io dari populasi kelas.
Prosedur
Bagi yang sudah mengetahui golongan darahnya, cukup
menyebutkan golongan darahnya. Bagi yang belum, ikuti
prosedur penentuan golongan darah berikut ini.
1. Cucilah tangan Anda dengan sabun sampai bersih dan
bilaslah dengan air bersih.
2. Basahi kapas dengan alkohol 70% dan usapkan ke jari manis
tangan kiri Anda.
40
3. Ambillah lancet steril dan tusukkan pada jari manis Anda
tersebut (ingat satu lancet hanya untuk satu orang). Tetesan
darah pertama sebaiknya dibuang dan dibersihkan dengan
alkohol 70%.
4. Teteskan darah Anda pada gelas obyek seperti gambar di
bawah ini.
A B
Pendahuluan
Terdapat beberapa sistem penentuan jenis kelamin pada
makhluk hidup antara lain adalah sistem XY, X0, ZW, ZZ dan
sistem haploid-diploid. Pada penelitian ini akan dilakukan
penentuan jenis kelamin sistem XY pada manusi dengan
memanfaatkan jumlah badan Barr yang dipunyai oleh seseorang.
Berdasarkan jumlah badan Barr yang dipunyainya dapat
43
ditentukan apakah seseorang laki-laki/perempuan normal atau
tidak.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi barr body (zat
warna yang kuat dan nukleoprotein yang tidak aktif pada
kromosom X, ditemukan di sebelah membran inti dalam nukleus
sel-sel somatik pada mamalia betina yang mengandung lebih dari
satu kromosom X) dan mengetahui salah satu cara penetapan
jenis kelamin pada manusia.
Prosedur
1. Lapisan epithel mukosa mulut diambil dengan menggunakan
tusuk gigi, kemudian dioleskan pada gelas obyek dan
dikering-anginkan.
2. Preparat tersebut dicelupkan ke dalam staining jar yang berisi
larutan fiksatif (methanol 95%) selama 5 menit, kemudian
dikering-anginkan.
44
3. Preparat yang telah kering tersebut selanjutnya ditetesi
dengan pewarna crecyl violet dan dibiarkan selama 3-5 menit.
4. Cuci preparat tersebut dengan menggunakan air mengalir
kemudian dikering-anginkan.
5. Amati preparat tersebut dengan menggunakan mikroskop.
6. Gambarkan sel-sel endotel dengan barr body pada kolom di
bawah ini.
♀ ♂
7. Hitung jumlah barr body setiap 100 sel pada preparat dari
praktikan laki-laki dengan preparat dari praktikan perempuan.
Setiap penghitungan diulang sebanyak tiga kali. Catat hasil
penghitungan pada tabel di bawah ini!
Pertanyaan
1. Bandingkan gambar preparat dari praktikan laki-laki dengan
preparat dari praktikan perempuan! Apakah ada perbedaan
antara kedua preparat tersebut? Jelaskan!
Jawab :
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
2. Bandingkan jumlah barr body pada preparat dari praktikan
laki-laki dengan preparat dari praktikan perempuan! Apakah
ada perbedaan dari hasil penghitungan pada kedua preparat
tersebut? Jelaskan!
Jawab :
...................................................................................................
...................................................................................................
..................................................................................................
3. Jika terdapat perbedaan jumlah barr body dari kedua preparat
tersebut, jelaskan apa penyebab terjadinya perbedaan
tersebut!
Jawab :
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
46
Kesimpulan
4. Rumuskan satu pernyataan umum yang didukung oleh semua
data yang Anda peroleh tadi (No. 1-3)!
Jawab:
………………………………………………………………….........
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
..................................................................................................
Penelitian 7
KROMOSOM MANUSIA
Pendahuluan
Mempelajari kromosom manusia relatif lebih sulit
dibandingkan mempelajari kromosom hewan dan tumbuhan,
karena materinya lebih sukar disediakan dan teknik yang
47
digunakan untuk mempelajari kromosom hewan dan tumbuhan
ternyata tidak dapat digunakan untuk kromosom manusia.
Sel-sel dari tubuh manusia harus diperbanyak dengan sistem
kultur jaringan secara in vitro dengan medium yang komposisinya
sangat spesifik. Sel-sel tersebut selanjutnya harus diperlakukan
dengan kolkisin supaya kromosom terbebas dari benang-benang
spindel. Akhirnya kromosom harus dipisahkan secara individual
supaya dapat dihitung dan dipelajari. Hal ini dapat diperoleh
dengan jalan merendam sel-sel yang dikultur secara in vitro
dalam larutan yang hipotonik.
Teknik ini telah diterapkan oleh N. Tjio dan A. Levan pada
tahun 1956. Kedua ahli ini telah berhasil membuat preparat
kromosom manusia yang baik. Kromosom tersebut lalu dipotret,
dicuci cetak dan diperbesar, kemudian potretnya digunting satu
persatu dan disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan
”kariotipe”. Kariotipe kromosom metafase manusia adalah seperti
gambar dibawah ini :
48
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kromosom manusia
berdasarkan gambar kariotipe kromosom manusia yang telah
disediakan.
b. submetasentrik adalah
............................................................................................
............................................................................................
49
c. akrosentrik adalah
............................................................................................
............................................................................................
d. telosentrik adalah
............................................................................................
............................................................................................
e. lekukan sekunder adalah
............................................................................................
............................................................................................
f. telomer adalah
............................................................................................
............................................................................................
g. sentromer adalah
............................................................................................
............................................................................................
50
Gambar 7.2 Pola pita warna pada kromosom manusia yang diperoleh
dari metode pewarnaan Q, G, dan R. Jumlah autosom adalah 22 (nomor
1-22) dan kromosom X dan Y dapat terlihat jelas. p adalah lengan
pendek kromosom dan q adalah lengan panjang kromosom. (Mertens
dan Hammersmith, 1991).
Pertanyaan
1. Berdasarkan gambar di atas sebutkan morfologi kromosom
manusia!
Jawab : ..............................................................................
2. Apakah kromosom manusia ada yang telosentrik?
Jawab : ....................................................................................
3. Apakah morfologi kromosom no. 13, 14, dan 15?
Jawab : ..............................................................................
51
4. Apakah jenis kelamin individu yang memiliki kariotipe seperti
di atas?
Jawab : ..............................................................................
52
Jumlah
Komplemen
Fenotip atau Total Jumlah Badan
Kromosom
Kelainan Kromosom Barr per
Sex
Inti
Klinefeter
Betina steril
dengan sindrom 45 x0 0
Turner
Jantan dengan
47 xyy 0
kariotipe xyy
Betina dengan
47 xxx 2
trisomi x
1 jika
Sindrom down
47 xx atau xy betina, 0
(Trisomi-21)
jika jantan
Sindrom 1 jika
Edwards 47 xx atau xy betina, 0
(Trisomi-18) jika jantan
1 jika
Sindrom Patau
47 xx atau xy betina, 0
(Trisomi-13)
jika jantan
53
perubahan panjang pada lengan panjang kromosom no.1.
sedangkan 47, xy + 14p artinya adalah laki-laki yang mempunyai
47 kromosom karena mendapat tambahan kromosom no. 14 yang
panjang lengan pendeknya bertambah.
Pertanyaan
54
Dalam menyusun kariotipe, Anda harus memperhatikan pola
pita-pita warna kromosom. Gunakanlah pola pita warna sesuai
Gambar 7.2 dan Tabel 7.1 sebagai pedoman.
a.
55
Jawab : ....................................................................................
b.
56
Jawab : ....................................................................................
c.
57
Jawab : ……………………………………………………………
d.
58
Jawab : ……………………………………………………………
e.
59
Jawab : ……………………………………………………………
f.
60
Jawab : ....................................................................................
Penelitian 8
MUTASI PADA BAKTERI
Pendahuluan
Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick
mengajukan 2 hal, yaitu yang berhubungan dengan DNA dan
implikasi genetik dari struktur DNA pada proses terjadinya variasi
genetik (mutasi).
Mutasi adalah perubahan pada DNA yang bersifat permanen.
Perubahan ini dapat terlihat pada fenotip suatu organisme.
Perubahan pada DNA dapat meliputi perubahan satu atau lebih
nukleotida.
Mutasi dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu mutasi
spontan dan mutasi buatan. Mutasi spontan adalah mutasi yang
disebabkan oleh suatu faktor atau beberapa faktor yang tidak
diketahui dengan pasti penyebabnya, sedangkan mutasi buatan
adalah mutasi yang sengaja dibuat sehingga dapat diketahui
dengan jelas dan pasti faktor penyebabnya.
Pada percobaan ini Anda akan mempelajari mutasi spontan
pada Eschericia coli dan menghitung kecepatan mutasinya.
Tujuan
61
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mutasi spontan pada
Eschericia coli dan menghitung kecepatan mutasinya.
63
7. Ambillah 1 ml dari K 10-6 dan masukkan ke K 10 -7 lalu campur
hingga homogen. Lalu ambil 0,1 ml dari K 10 -7 dan teteskan
pada medium padat NA-2 dan ratakan tetesan tersebut
dengan cotton buds steril. Yang perlu Anda ingat adalah
bahwa NAA-1 dan NAA-2 ditanami sejumlah bakteri yang
tidak diencerkan, sedangkan NA-1 ditanami dengan suspensi
bakteri yang diencerkan sampai 10 -6 dan NA-2 ditanami
dengan suspensi bakteri yang diencerkan sampai 10-7.
8. Sesudah semua pekerjaan pada no.1 s/d 7 dikerjakan maka
cawan petri yang telah ditanami dengan bakteri diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam. Pada saat inkubasi cawan
petri tidak dibalik.
9. Langkah berikutnya adalah ambillah 40 ml suspensi bakteri di
dalam larutan MgSO4 0,1 M dan letakkan di dalam cawan
petri yang steril, masukkan ke dalam suspensi tersebut
pengaduk magnetik yang steril. Lalu tempatkan cawan petri
tersebut di atas alat pengaduk magnetik. Tutuplah cawan
petri tersebut dan sinarilah dengan UV (40 watt) dengan jarak
30 – 40 cm selama 60 detik. Setelah diradiasi dengan UV
tambahkan ke dalamnya 30 ml Nutrient Broth, campur hingga
homogen dan selanjutnya bagilah suspensi bakteri tersebut
ke dalam 2 erlenmeyer steril. Satu erlenmeyer ditutup dengan
alumunium foil dan diberi label D. Sedangkan erlenmeyer
yang satunya diberi label L dan dibiarkan terkena sinar lampu.
Inkubasikan kedua erlenmeyer tersebut selama 30 menit,
seteah 30 menit ambil 2 ml suspensi bakteri baik dari L
64
maupun D lalu masukkan masing-masing suspensi tersebut
ke dalam 2 tabung reaksi yang steril.
10. Ambillah 0,1 ml suspensi bakteri dari tabung reaksi yang diisi
oleh suspensi bakteri yang terdapat pada erlenmeyer yang
berlabel L untuk ditanam pada NAA-3 dan 0,1 ml lagi ditanam
pada NAA-4. Ratakan dengan cotton buds steril.
11. Buatlah pengenceran bertingkat dengan jalan mengambil 0,1
ml kultur L untuk dimasukkan ke dalam L 10 -2 dan campurlah
hingga homogen. Lalu ambil 0,1 ml dari L 10 -2 dan masukkan
ke L 10-4 lalu campur hingga homogen. Ambil 0,1 ml dari L10 -4
dan masukkan ke L 10-6 lalu campur hingga homogen lagi.
12. Ambil 0,1 ml dari L 10-6 dan teteskan pada medium NA-3 dan
ratakan dengan cotton buds steril.
13. Ambil 1 ml dari L 10-6 dan masukkan ke dalam L 10 -7 lalu
campur hingga homogen.
14. Ambil 0,1 ml dari L 10-7 dan tanam pada medium agar NA-4
kemudian ratakan dengan cotton buds steril.
15. Ulangi langkah no 10 – 14 dengan menggunakan sampel dari
kultur D.
16. Inkubasikan bakteri yang telah ditanam dalam cawan petri
tadi selama 24 jam pada suhu 37oC dengan posisi tidak
terbalik.
17. Setelah 18 - 24 jam, hitung jumlah koloni bakteri pada semua
cawan petri dan catat pada Tabel 7.1.
18. Hitunglah frekuensi mutasi spontan dan frekuensi
penginduksian mutasi dengan rumus di bawah ini :
65
a. Frekuensi mutasi spontan =
x koloni pada NAA-1 dan NAA-2 =
x koloni pada NA-1 dan NA-2
yang harus Anda ingat adalah perhitungkan juga faktor
pengencerannya
Pelet (Tabel
2 ml 8.1).
b. Frekuensi penginduksian mutasi (dengan perlakuan
70 ml
terang)
400 ml MgSO4 0,1 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 1 ml
kultur xE.koloni
colipada NAA-3
M dan NAA-4
K 100 =
x koloni
berumur ± 24 jam pada NA-3 dan NA-4
0,1 ml 0,1 ml
perhatikan
40 ml
juga faktor pengenceran (Tabel 8.1).
c. Frekuensi penginduksian mutasi (dengan perlakuan
Radiasi UV NAA- NAA-
gelap)
1 2
K 10- K 10-4 K 10-6 K 10-7
x koloni pada NAA-5
+ 30 ml dan NAA-6 = 2
NAA- NAA-
3 4
L 10-2 L 10-4 L 10-6 L 10-7
0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 1 ml
D 0,1 ml 0,1 ml
100
0,1 ml 0,1 ml
NA-3 NA-4
NAA- NAA-
5 6 66
D 10- D 10-4 D 10-6 D 10-7
2
0,1 ml 0,1 ml
NA-5 NA-6
Gambar 7.1 Skema kerja mutagenesis pada bakteri
67
Pengenceran
Petri Bakteri
Faktor Koreksi
NAA-1
NAA-2
NA-1*
NA-2
NAA-3
NAA-4
NA-3*
NA-4
NAA-5
NAA-6
*
= Jika pada NA-1 dan NA-3 sulit dihitung Σ koloninya maka
gunakan jumlah koloni pada NA-2 dan NA-4 (kalikan dengan
faktor koreksi) untuk menghitung frekuensi mutasi.
Pertanyaan
1. Apakah UV menginduksi mutasi? Tunjukkan data yang
mendukungnya?
Jawab :
...................................................................................................
...................................................................................................
............................................................................................
2. Jika cahaya UV menginduksi mutasi, seberapa besar
pengaruhnya dalam mempercepat kecepatan mutasi
spontan?
Jawab :
...................................................................................................
...................................................................................................
..................................................................................................
69
Sarin, C. 2002. Genetics. McGraw Hill Publishing Company. New
Delhi.
70