Bab Vii Operasi Sistem-Naja
Bab Vii Operasi Sistem-Naja
BAB VII
OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
Tujuan utama dari operasi system tenaga listrik memenuhi kebutuhan daya demand
dengan biaya yang minimum, dimana sistem harus aman dengan dampak terhadap
lingkungan di bawah standar, mempunyai keandalan yang memenuhi standar dan dapat
melayani permintaan secara continue sepanjang waktu. Berkaitan dengan itu dalam
mencapai tujuan di atas, maka perlu dijadualkan pembangkit secara efisien atau dengan
OPF. Dengan OPF maka biaya total produksi dari suplai/pembangkit minimum.
Persamaan (7.1) biasa disebut model input-output (F-P), dengan kurva input– output
seperti gambar 7.1.
Dalam satuan standar internasional (SI) yang merupakan input adalah thermal
dengan satuan MJ/h atau Kcal/h dan satuan British Temperatur Unit dengan satuan
Mbtu/h dengan daya keluaran dengan satuan Megawatt (MW). Biaya total operasi sistem
tenaga listrik adalah terdiri dari : biaya bahan bakar, biaya pegawai dan biaya
pemeliharaan.
Heat rate kurva input-output seperti pada gambar 7.1 yang merupakan contoh untuk
pembangkit listrik tenaga uap dengan bahan batubara, minyak bumi dan gas.
Karakteristik incremental Heat rate dapat diperlihatkan seperti pada gambar 7.2
F
yaitu versus P. Satuan dari heat tare adalah MJ/KWh. Heat rate untuk pembangkit
P
listrik tenaga uap dengan bahan bakar batu bara, minyak bumi atau gas. Dapat dilihat
pada Tabel 7.1.
Pada operasi ekonomi pembangkit listrik secara umum yang telah diberikan seperti
pada persamaan 7.1. Dalam menentukan harga parameter , dan pada persamaan
(7.1), dapat dilakukan dengan meminimisasi dan memberikan simbol J
Tabel 7.1 Net Present Rates untuk bahan bakar fosil yang digunakan pada pembangkit
listrik Thermal dan variasi beban
100 % 80 % 60 % 40 % 25 %
Fossil Unit
Output Output Output Output Output
Fuel Rating
MJ/kWh MJ/kWh MJ/kWh MJ/kWh MJ/kWh
Coal 50 11,59 11,69 12,82 12,82 14,13
Oil 50 12,12 12,22 12,59 13,41 14,78
Gas 50 12,13 12,43 12,81 13,64 15,03
Coal 200 10,01 10,09 10,41 11,07 12, 21
Oil 200 10,43 10,52 10,84 11,54 12,72
Gas 200 10,59 10,68 11,01 11,72 12,91
Coal 400 9,49 9,53 9,75 10,31 11,25
Oil 400 9,91 9,96 10,18 10,77 11,75
Gas 400 10,01 10,06 10,29 10,88 11,88
Coal 600 9,38 9,47 9,77 10,37 11,40
Oil 600 9,80 9,90 10,20 10,84 11,91
Gas 600 9,91 10,01 10,31 10,96 12,04
Coal 800/1200 9,22 9,28 9,54 10,14
Oil 800/1200 9,59 9,65 9,92 10,55
Gas 800/1200 9,70 9,75 10,03 10,67
2[ Pi
i 1
Pi 2 F ( Pi )] 0
J n
2P [ Pi
i 1
i Pi 2 F ( Pi )] 0
J n
2P [ Pi
i 1
i
2
Pi 2 F ( Pi )] 0
n n n
(n) Pi Pi 2 F (P ) i (7.2)
i 1 i 1 i 1
145
n n n n
Pi Pi 2 Pi 3 P F (P )
i i
(7.3)
i 1 i 1 i 1 i 1
n 2 n n n
Pi Pi 3 Pi 4 P F (P ) 2 (7.4)
i i
i 1 i 1 i 1 i 1
MW 70 75 112,5 150
Penyelesaian
a. Fungsi F(Pi ) sebagai masukan dan ditentukan untuk berbagai variasi (Pi )
seperti pada tabel yang dikalikan dengan daya output. Dengan demikian untuk:
P1 = 70 MW, diperoleh:
F1 = 8200 x 70 x 103 = 574 x 106 Btu/jam.
Dengan cara yang sama dapat diperoleh:
Untuk P2 = 75 MW F2 = 611 x 106 Btu/h
Untuk P3 = 112, 5 MW F3 = 896 x 106 Btu/h
Untuk P4 = 150 MW F4 = 1190 x 106 Btu/h
b. Besaran yang telah diperoleh, dapat diurutkan sebagai berikut untuk perhitungan
selanjutnya.
146
n= 4
P i = 407,50 MW
P i
2
= 45, 68125 x 103
P i
3
= 5,5637 x 106
P i
4
= 7,22 x 108
F i = 3,271 x 103
P i Fi = 3,65305 x 105
P i
2
Fi = 4,43645 x 107
Maka jawabannya,
69,23
6,98
3,288 x10 3
Gambar 7.3 m buah pembangkit thermal beroperasi pada satu bus yang sama
Pembangkit tersebut mempunyai biaya bahan yang berbeda yaitu (Fi) dengan daya
aktif (Pi) yang dimodelkan dengan persamaan polynomial kuadrat, biaya bahan bakar
total dari ”plant” adalah merupakan penjumlahan setiap unit pembangkit dengan satuan
$/jam.
m
F i Pi i Pi
2
i (7.5)
1
dF
0, dengan ( i 1 .........m) (7.6)
dPi
Nilai optimal untuk daya yang dibangkitkan dapat dituliskan dengan persamaan
sebagai berikut:
148
i
Pi (7.7)
2 i
Daya aktif optimal dan biaya minimal, kalau differensial derajat dua dari (F)
terhadap Pi nilainya positif. Kondisi ini dapat diperoleh apabila nilai:
i 0
Pada persamaan (7.7) dapat diperoleh daya yang dibangkitkan negatif apabila
i dan i adalah positif nilainya untuk suatu pendefferensialan parsial dilakukan dua
kali.
Masalah optimisasi untuk memperoleh biaya minimum maka kendalanya harus daya
dalam keadaan seimbang, apabila rugi-rugi transmisi diabaikan fungsi kendala dapat
dituliskan sebagai berikut:
m
PD
(P )
1
i (7.8)
Jika tidak ada fungsi kendala, maka persamaan (7.7) merupakan suatu penjumlahan
seperti berikut:
m
1 m
i
( Pi
1
)
2
1 i
Diamana,
dF
0
dPi
149
(7.11)
F1 F2
(7.12)
P1 P2
i 2 2 Pi 0 (7.13)
i
Pi (7.15)
2 i
dimana P1 dan P2 dalam MW, Pembangkit daya ini mensuplai ke beban sebesar 1000
MW. Jika rugi transmisi diadimana P1 dan P2 dalam MW diabaikan, tentukan besar daya
yang disuplai masing-masing pembangkit dan nilai pertambahan biaya pembangkitan
Penyelesaian :
8,28 + 2 (0,00053) P - =0
8,65 + 2 (0,00056) P1 - =0
P1 + P2 = 1000 MW
Dengan menyelesaikan persamaan di atas diperoleh jawaban
P1 = 683,49 MW
P2 = 316,51 MW
=9,0
151
Mencari rugi daya P1 dengan daya yng dipasok oleh pembangkit PG ke pusat PD ,
Diagram ekivalen dari sistem di atas adalah seperti pada Gambar 7.7.
PL 3 I
2
R
dimana R adalah tahanan dari saluran dalam Ohm/phasa. Arus I dapat diperoleh dari :
152
Pa
I
3 Va cos a
dimana ;
R
PL
2
Pa
cos a
2 2
Va
Asumsikan bahwa tegangan generator Va dan cos a konstan, maka diperoleh
PL B Pa
2
Dimana,
R
B
cos 2 a
2
Va
Kalau ditinjau dari dua sumber pemasok daya ke pusat beban seperti pada gambar 7.8.
Gambar 7.8. Sistem radial dengan dua sumber pemasok pada demand PD
153
PL B11 P1
2
Dimana
RD
B11
V1
2
Pf 2
Tinjau dua sumber pemasok daya pada pusat beban seperti pada gambar 7.9.
Dua pembangkit terhubung ke bus pusat beban dengan tahanan masing-masing R1D dan
R2D sehingga rugi daya adalah :
PL 3 I1 R1D 3 I 2
2 2
R2 D
R 1D R2 D
P1 2 P 2 2
V1 pf1
2 2
V2 pf1
2 2
PL B11 P1
2
(7.17)
Selanjutnya ditinjau sistem radial dengan tiga saluran seperti pada gambar 7.10.
154
Gambar 7.10. Sistem pemasok daya dua sumber dengan tiga saluran
Pada gambar 7.10, tiga saluran dua sumber pemasok daya yaitu P1 dan P2 untuk
memenuhi permintaan PD. Pada saluran bus beban PD ada turunan R3D, sehingga
diperoleh rugi saluran transmisi.
P1
I1
3 V1 pf1
P2
I2
3 V2 pf 2
P3
I3
3 V3 pf 3
Diperoleh,
P2 P2
I3
3 V3 pf 3
155
PL
R1D
P 2 R2 D
P2 2 R3 D
P1 P1
2
V1 pf1 V3 pf 2 V3 pf 3
2 2 1 2 2 2 3
R1D R3 D
B11
V1
2
pf1 2
V3
2
pf3 2 (7.19)
R2 D R3 D
B22 (7.20)
V2
2
pf 2 2
V3
2
pf3 2
R3 D
B12 (7.21)
V3
2
pf3 2
0,05 0,03
B11 0,062604705 0,0626
1,05
2
0,95 2
1
2
0,852
0,04 0,03
B22 0,0937
1,03
2
0,95 2
1
2
0,852
0,03
B12 0,0415
1
2
0,852
156
maka diperoleh persamaan rugi daya saluran transmisi per unit sebagai berikut:
PL B11 P1 2 B12 P1P2 B22 P2
2 2
Masalah rugi daya pada saluran transmisi dijelaskan Korn’s, dalam ”Korn’s Loss
Formula” untuk suatu sistem pemasok daya dengan dua sumber dan satu pusat beban.
2 2 z
PL Pgi Bij Pg j
1 j 1
B
1
P
10 gi B00
Kalau jumlah pembangkit banyak dan jaringan, misalnya (m) maka Korn’s Loss
Formula dapat ditulis:
m m m
PL B10 Bi 0 Pi
1
P
1 j 1
i B ij Pj (7.23)
maksimum mengurangi biaya kilowattjam pada konsumen dan biaya pada perusahaan
yang mensupplai kilowattjam yang juga meningkatkan harga bahan bakar, buruh, supplai
dan perawatan
Ekonomis operasional melibatkan pembangkitan daya dan pentransmisian yang
dapat dibagi kedalam dua bagian; satu berhubungan dengan biaya minimum produksi
daya dan disebut penjadualan ekonomis (economic dispatch) dan yang lain berhubungan
dengan rugi-rugi transmisi minimum dari daya yang dibangkitkan ke beban. Untuk
kondisi beban khusus, penjadwalan ekonomis menentukan daya keluaran dari setiap
pembangkit (dan setiap unit pembangkit dalam satu pusat pembangkit) yang akan
meminimalisasi biaya bahan bakar keseluruhan yang diperlukan untuk melayani beban
sistem. Dengan demikian, penjadualan ekonomis fokus pada koordinasi biaya produksi
pada semua pembangkit tenaga listrik yang beroperasi pada sistem dan merupakan
penekanan utama pada bagian ini.
Masalah rugi-rugi minimum dapat diasumsikan dalam beberapa bentuk tergantung
pada bagaimana pengendalian aliran daya dalam sistem dievaluasikan. Masalah
penjadualan ekonomis dan juga masalah rugi-rugi minimum dapat diselesaikan dengan
cara program aliran daya optimal (optimal power-flow-OPF program). Perhitungan OPF
dapat dilihat sebagai rangkaian perhitungan aliran daya Newton-Raphson yang
konvensional dimana parameter yang dapat dikontrol secara otomatis ditambahkan untuk
memenuhi batasan-batasan jaringan dan meminimalisasi fungsi objektive yang khusus.
Pada bab ini kita akan menggunakan pendekatan klasik penjadualan ekonomis.
Pertama-tama kita akan mempelajari pendistribusian keluaran pembangkitan antara
generator atau unit pembangkit dalam sebuah pusat pembangkit yang paling ekonomis.
Metode yang kita kembangkan yang juga menggunakan penjadualan ekonomis keluaran
pembangkit untuk beban yang diberikan sistem tanpa mempertimbangkan rugi-rugi
transmisi. Kemudian kita mengekspresikan rugi-rugi transmisi sebagai sebuah fungsi out
put dari pembangkit-pembangkit yang bervariasi. Kemudian kita menentukan bagaimana
keluaran dari setiap pembangkit dari sebuah sistem penjadualan untuk mendapatkan
biaya minimal dari daya yang disupplai ke beban.
Karena beban total dari sistem tenaga listrik berubah-ubah sepanjang hari, kontrol
keluaran daya pembangkit yang terkoordinir sangat lah penting untuk memastikan
158
pembangkitan ke beban seimbang sehingga frekuensi sistem akan dekat dengan nilai
operasi nominal, biasa nya 50 atau 60 hz. Berdasarkan hal itu, masalah pengontrolan
pembangkit otomatis (automatic generation control) dikembangkan dari sudut pandang
steady-state. Juga karena beban harian bervariasi, penggunaan harus ditentukan
berdasarkan dasar ekonomis, mana generator start-up, mana yang shut-down dan
urutannya bagaimana. Prosedur perhitungan untuk membuat keputusan itu disebut
pengaturan unit pembangkit (unit commitment), yang juga dikembangkan pada level
perkenalan pada bab ini.
1. Beban sistem setiap periode pengamatan adalah konstan dan telah diberikan
(diperoleh dari estimasi beban)
2. Rugi-rugi transmisi diabaikan
3. Cadangan daya panas telah ditentukan.
Keterangan:
COST = Biaya total selama periode pengamatan
I = Jumlah unit pembangkit
FCOSTi ( Gi H ) = Biaya yang dibutuhkan untuk membangkitkan daya sebesar Gi
oleh unit pembangkit ke-i pada jam ke-H
159
i 1
Gi H L( H ) H = 1, 2,…, N (7.25)
Keterangan:
Gi H = daya yang dibangkitkan oleh unit ke – I jam ke-H
Keterangan:
PiH = daya yang dibangkitkan oleh unit ke-i jam ke-H
Pmax i = kapasitas pembangkitan maksimum unit ke-i
Pmin i = kapasitas pembangkitan minimum unit ke-i
P i 1
max i S iH L( H ) R ( H ), H = 1, 2, ….N (7.27)
Keterangan:
Pmax i = kapasitas pembangkitan maksimum ke-i
SiH = status unit ke-I ( On or Off )
R (H ) = cadangan daya yang diizinkan pada jam ke-H
L(H ) = beban pada jam ke –H
Suatu unit pembangkit apabila sedang beroperasi (On) tidak dapat dimatikan
seketika sebelum minimum up time nya terpenuhi.
Keterangan:
Csu = biaya start-up
C si = biaya dingin
Cf = biaya konstan untuk pemeliharaan
V = laju pendinginan
t = lama waktu unit off
PR PT (7.30)
PT P i P1 P2 P3 ............ Pn (7.31)
Biaya pembangkitan, daya output dan beban dapat digambarkan sebagai berikut:
161
Umumnya letak pusat-pusat pembangkit jauh dari pusat beban, sehingga penyaluran daya
harus melalui saluran transmisi yang panjangnya bias mencapai ratusan kilometer.
Akumulasi rugi daya pada saluran transmisi dalam satu tahu bisa mencapai 12 digit.
Dengan demikian, untuk pendekatan yang lebih realistis susut daya atau rugi-rugi daya
pada saluran transmisi harus diperhitungkan dalam optimasi biaya operasi pembangkit
tenaga listrik.
Biaya bahan bakar dan daya pembangkit tenaga listrik dari suatu sistem tenaga listrik
dengan memperhitungkan susut daya pada saluran transmisi dapat direpresentasekan
seperti gambar 7.13 berikut :
Biaya bahan bakar dan daya pembangkit tenaga listrik dari suatu sistem tenaga listrik
dengan memperhitungkan susut daya pada saluran transmisi dinyatakan seperti pada
persamaan :
n
FT F (P ) F (P ) F (P
i 1
i i 1 1 2 2 ) F3 ( P3 ) ...... FN ( PN ) (7.32)
Keterangan ;
Fi = fungsi biaya pembangkit ke-i
Pi = daya keluaran pembangkit ke-i
Total daya yang disuplai oleh N pembangkit ke sistem adalah :
n
PT P
i 1
gi Pg1 Pg 2 .................. PgN (7.33)
Keterangan ;
PT = total daya yang dibangkitkan (MW)
Pgi = total daya yang dibangkitkan oleh pembangkit ke-i
Fungsi biaya seperti pada persamaan (49) akan diminimalkan dengan memperhatikan
fungsi kendala operasi (constraining), yaitu persamaan neraca daya.
n
PL PD P
i 1
i 0 (7.34)
Keterangan ;
PL = rugi daya pada saluran transmisi (MW)
PD = daya beban (MW)
Kendala lain yang juga harus diperhatikan adalah kendala teknis setiap pembangkit, yaitu
daya maksimum dan minimum yang disyaratkan
Pgi( Min) Pgi Pgi(max) (7.35)
Salah satu cara untuk menyelesaikan problem optimasi adalah dengan Metode Pengali
Langrange ( Methode of Lagrange Multipliers). Sebuah fungsi biaya baru C, dibentuk
dengan menggabungkan fungsi biaya pembangkitan dan persamaan kendala sistem, yaitu
C Fi P
L 1 0 (7.36)
Pgi Pgi Pgi
163
Untuk setiap keluaran pembangkit Pg1, Pg2, .........PgN disebabkan oleh Fi hanya
bergantung pada Pgi, maka turunan parsial Fi dapat dinyatakan sebagai turunan penuh,
sehingga persamaan (7.36) dapat dinyatakan sebagai berikut.
1 dF
1 (7.37)
1 PL dPgi
Pgi
Untuk setiap nilai ke-i persamaan diatas sering dinyatakan dalam bentuk,
dF1
L1 (7.38)
dPgi
Persamaan (7.38) menyatakan biaya bahan bakar paling minimum yang diperoleh saat
biaya tambahan bahan bakar dikalikan dengan faktor penalti adalah sama untuk semua
unit pembangkit dalam sistem. Sehingga untuk tiga pembangkit pada pusat pembangkit
dengan bus yang sama berlaku bahwa :
dF1 dF2 dF3
L1 L2 L3 (7.40)
dPgi dPg 2 dPg 3
Namun masalahnya adalah apabila batasandaya maksimum dan minimum dari setiap
pembangkit dijadikan sebagai suatu fungsi kendala operasi dan kelompok pembangkit
yang dioperasikan memiliki karakteristik operasi berbeda maka keadaan seperti yang
dinyatakan pada persamaan (7.40) sering tidak terpenuhi.
Pola distribusi cadangan daya pada metode Operasi Ekonomis konvensional tidak
praktis karena metode ini mempunyai keterbatasan dalam menangani kapasitas
maksimum pembangkitan dan perbedaan laju kenaikan pembangkitan.
Jika seluruh kapasitas cadangan ditanggung oleh satu unit, maka kemampuan untuk
mensuplai beban puncak sistem tersebut akan minimum. Agar laju kenaikan pembangkit
164
untuk membangkitkan cadangan daya lebih maksimal, maka cadangan daya harus
didistribusi kepada beberapa unit yang mempunyai kapasitas pembangkit besar. Sehingga
perlu ditentukan jumlah minimal dan cadangan daya panas yang telah ditentukan. Unit-
unit tersebut ditandai sebagai unit yang harus tetap beroperasi selama pengamatan (must
run unit).