Anda di halaman 1dari 14

PT.

PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

7. EFISIENSI

7.1. DASAR-DASAR EFISIENSI

PENGERTIAN TENTANG EFISIENSI, EFISIENSI SIKLUS DAN HEAT RATE


Energi tidak dapat dibuat maupun di musnahkan, akan tetapi diubah bentuknya dari salah
satu bentuk ke bentuk lain, misalnya energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi
listrik yang dihasilkan oleh generator. Proses ini terjadi di PLTU. Idialnya, selama terjadi
perubahan bentuk dari satu jenis energi ke energi lain, jumlah energi semula dengan jumlah
energi akhir akan sama besar. Akan tetapi tidak disengaja maupun yang disengaja.
Kehilangan – kehilangan ini lajim disebut LOSSES.

Kehilangan energi panas yang terjadi di PLTU, sebagian besar terjadi di Kondensor, yaitu
terbuangnya panas akibat dibawa oleh air pendingin kondensor ke laut, sungai ataupun ke
udara luar pada kondensor yang dilengkapi menara pendingin ( Cooling tower ). Semakin
besar losses akan semakin kecil efisiensi dan pada akhirnya biaya produksi energi listrik per
KWH akan semakin tinggi.

Dengan memahami masalah efisiensi, diharapkan para operator dapat mengambil tindakan
seperlunya agar unit PLTU yang di operasikan memiliki efisiensi tinggi dalam batas – batas
operasi yang tetap aman.

7.1.1. Pengertian Tentang Efisiensi.

Efisiensi merupakan istilah yang bayak di gunakan di berbagai bidang. Namun dalam
bahasa ini pengertian efisiensi adalah khusus mengenai efisiensi unit PLTU atau bagian dari
sistem dalam unit PLTU.

Efisiensi akan menyatakan hubungan antara INPUT dan OUTPUT. Karena adanya LOSSES
yang tidak dapat di hindarkan dalam proses perubahan energi di PLTU maka :

OUTPUT = INPUT – LOSSES

OUTPUT
EFISIENSI =
INPUT
Atau

INPUT – LOSSES
EFISIENSI =
INPUT

Pernyataan matematis tersebut di atas menyatakan bahwa efisiensi merupakan


perbandingan antara OUTPUT dengan INPUT.

Dalam kondisi ideal yaitu apabila LOSSES = 0 maka besarnya efisiensi adalah 1 (satu )
atau 100 %.

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 1


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

7.1.2. Efisiensi Siklus.

Seperti yang sudah di jelaskan terdahulu, PLTU mengubah energi kimia bakar menjadi
energi listrik.
Urutan selengkapnya adalah :
a. Energi Kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas. Proses ini terjadi di dalam
ketel ( Boiler ).
b. Energi panas diubah menjadi energi mekanis. Proses ini terjadi di Turbin.
c. Energi mekanis di ubah menjadi Energi Listrik. Proses ini terjadi di Generator
listrik.

ENERGI LISTRIK

BAHAN
BAKAR
BOILER TURBIN GENERATOR
LISTRIK

Gambar 1 . Perubahan (Konversi ) Energi di PLTU

Akibat keseluruhan dari rantai proses konversi energi ini adalah output energi listrik di
peroleh dari input bahan bakar.

Efisiensi siklus dapat di hitung apabila data – data tersebut di bawah ini di ketahui :

a. Energi Listrik yang di diproduksi ………………………. KWh


b. Berat bahan bakar yang di bakar …………………………Kg
c. Nilai kalor bahan bakar ………………………………….. Kj/Kg

Contoh :
Suatu unit PLTU dibebani 100 MW, dalam satu jam menghabiskan bahan bakar batubara
sebanyak 50.000 kg. Nilai kalor bahan bakar adalah 23.000 Kj/Kg.
Berapa efisiensi siklus keseluruhan (Overall effisiensi) ?

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 2


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

Jawab :
Panas masuk = Berat bahan bakar X Nilai Kalor
= 50.000 X 23.000 Kj/Kg
= 1.150.000.000 Kj

maka INPUT = 1.150.000.000 Kj

Energi Listrik dihasilkan :


= 100 MW X 1 Jam
= 100 MWh
= 100.000 KWh

Karena, 1 KWh = 3.600 Kj


maka, OUTPUT = 100.000 X 3.600 Kj
= 360.000.000 Kj

OUTPUT
Overall Efficiency =
INPUT

360.000.000
=
1.150.000.000
= 0, 3130
= 31,30 %

Efisiensi siklus juga dapat dihitung apabila efisiensi komponen yang membentuk siklus
tersebut diketahui .
Contoh

Efisiensi Boiler : 90%


Efisiensi Turbin : 80%
Efisiensi Generator : 98%
Efisiensi Sistem Uap Air : 50%

Overall Efficiency : 90% X 80% X 98% X 50%


: 35,28%
: 0,3528%

Energi INPUT, OUTPUT dan LOSSES dapat digambarkan dalam neraca panas sebagai
berikut:

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 3


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

INPUT OUTPUT 30%


100%

LOSSES 70%

Gambar 2 . Neraca Panas

Pada PLTU modern dengan bahan bakar batubara, efisiensi siklusnya berkisar sekitar 35%
saja atau terdapat Losses sebesar 65%.
Perhitungan efisiensi dengan menggunakan satuan panas biasa dinamakan perhitungan
Efisiensi Termal.

7.1.3. Heat Rate.

Apabila dalam perhitungan efisiensi di perbandingkan energi Output dibagi Input, maka
dalam perhitungan Heat Rate adalah kebalikan dari perhitungan efisiensi dan satuan energi
Output tidak harus dengan satuan energi Input.

Contoh :
INPUT = 1.150.000.000 Kj
OUTPUT = 100.000 Kwh

INPUT
HEAT RATE =
OUTPUT

1.150.000.000 Kj
=
100.000 Kwh

= 11.500 Kj/KWh

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 4


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

7.1.4. Efisiensi Siklus Rankine Superheat

Siklus Rankine Superheat


Untuk meningkatkan efisiensi siklus, maka ketel - ketel modern dilengkapi dengan pemanas
lanjut uap (Superheater) untuk menaikkan tempeartur uap yang keluar dari ketel. Dengan
cara ini maka kandungan energi panas dalam uap yang akan masuk turbin menjadi lebih
tinggi. Proses yang terjadi didalam superheater sendiri adalah proses kenaikan temperatur
melalui penambahan fraksi panas superheat yang berlangsung secara Isobar. Adapun
tampilan siklus Rankine Superheat dapat dilihat gambar.

3 4

2
1

a. PLTU Dengan Superheater.

500 4
400

300
2 3
o
200
Useful
100 1 Heat
5
0

- 100 Rejected
Heat
- 200

- 273 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
O
Entropy, kJ/kg K

b. Siklus Rankine Dalam Diagram T - S.

Gambar 3 . Siklus Rankine Superheat.

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 5


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

Dari gambar , terlihat bahwa unsur-unsur dalam siklus adalah sebagai berikut :
• Input = (h4 - h3) +(h3 - h2) + (h2 - h1) = h4 - h1
• Losses = T (S5 - S1)
• Output = h4 - h5

Dengan demikian, maka efisiensi Rankine Superheat dapat dihitung :

Input - Losses
ηRS = x 100%
Input

(h4 - h1) - T1(S5 - S1)


= x 100 %
h4 - h1

Sebagai contoh misalnya tekanan boiler untuk siklus seperti gambar adalah 100 bar absolut.
Temperatur uap keluar Superheater = 500 0C dan tekanan kondensor = 0,07 bar absolut.
Berapakah efisiensi Rankine untuk siklus tersebut.

Untuk menyelesaikan persoalan ini diperlukan bantuan Tabel Uap. Karena titik 4 ada diluar
garis lengkung jenuh, maka digunakan tabel uap panas lanjut. Untuk tekanan 100 bar dan
temperatur 500 0C, diperoleh :

h4 = 3374,6

S4 = S5 = 6,6994.

Sedangkan dari Tabel Uap jenuh untuk tekanan 0,07 bar diperoleh :

T1 = 39,025 + 273,15 = 312,175

hf = h1 = 163,4

Sf = S1 = 0,5591.

Berikutnya efisiensi dapat dihitung :

(h4 - h1) - T1(S5 - S1)


ηRS = x 100 %
h4 - h1

(3374,6 - 163,4) - 312,175 (6,6994 - 0,5591)


= x 100%
(3374,6 - 163,4)

3211,2 - 1916,848
= x 100 % = 40,3 %
3211,2

Dengan demikian terbukti bahwa efisiensi siklus Rankine Superheat lebih tinggi dibanding
efisiensi siklus Rankine sederhana.

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 6


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

7.1.5. Efisiensi Siklus Rankine Superheat-Reheat

Pada PLTU berkapasitas besar, ternyata pemanas lanjut saja masih kurang memenuhi
kebutuhan. Untuk itu, selain pemanas lanjut juga dilengkapi dengan pemanas ulang uap
(Reheater). Pada siklus dengan pemanas ulang, uap dari turbin tekanan tinggi dialirkan
kembali kedalam elemen pemanas ulang (Reheater) untuk dipanaskan lagi dan baru
kemudian dialirkan ke turbin tekanan menengah dan turbin tekanan rendah. Proses yang
berlangsung dalam pemanas ulang sama dengan proses yang berlangsung dalam
supereheater yaitu pemanasan uap secara isobar. Tampilan siklus Rankine Superheat
Reheat terlihat seperti gambar.
6

Reheater
5

Boiler 4
Superheater
L.P. CYL
H.P. I.P.
3 CYL DOUBLE
Baut FLOW
Cylinder
7

2
FEED
Pumps
1

a. PLTU Dengan Superheater - Reheater

500
4 6
400

300
2 3 5
o
200

100 1
0 7

- 100

- 200

- 273 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
O
Entropy, kJ/kg K

b. Diagram TS Siklus Rankine Superheat Reheat.

Gambar 4 . Siklus Rankine Superheat Reheat.

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 7


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

Dari gambar 6.1.b, terlihat bahwa :

• Input = (h6 - h5) + (h4 - h3) + (h3 - h2) + (h2 - h1) = (h6 - h5) + (h4 - h1).
• Output = (h6 - h7) + (h4 - h5)
• Losses = T1 (S7 - S1).

Dengan demikian maka efisiensi dapat dihitung :

Input - Losses (h6 - h5) + (h4 - h1) - T1 (S7 - S1)


ηRSR = x 100 % =
Input (h6 - h5) + (h4 - h1)

Sebagai contoh misalkan siklus seperti gambar , tekanan dan temperatur uap masuk turbin
tekanan tinggi (T.T) adalah 100 bar dan 500 0C. Tekanan dan temperatur uap keluar turbin
(TT) adalah 40 bar dan 300 0C yang selanjutkan dialirkan kembali ke Reheat. Temperatur
uap keluar reheater = 500 0C. Uap tersebut selanjutnya mengalir kedalam turbin tekanan
menengah dan turbin tekanan rendah untuk akhirnya masuk ke kondensor. Tekanan
kondensor adalah 0,07 bar absolut. Berapakah efisiensi Rankine untuk siklus tersebut ?.

Untuk menyelesaikan masalah kembali diperlukan Tabel Uap, karena titik 4,5 dan 6 ada
diluar garis lengkung jenuh, maka dipakai tabel uap panas lanjut. Dari tabel tersebut untuk
tekanan 40 bar dan temperatur 500 0C, diperoleh :

h6 = 3445
S6 = S7 = 7,0909

Pada tekanan 40 bar temperatur 300 0C diperoleh :

h5 = 2962

Pada tekanan 100 bar, 500 0C, diperoleh :

h4 = 3374,6

Sedangkan dari tabel uap jenuh untuk tekanan 0,07 bar diperoleh :

T1 = 39,025 + 273,15 = 312,175 K


hf = h1 = 163,4
Sf = S1 = 0,5591

Selanjutnya efisiensi dapat dihitung :

(h6 - h5) + (h4 - h1) - T1 (S7 - S1)


ηRSR = x 100 %
(h6 - h5) + (h4 - h1)

(3445 - 2962) + (3374,6 - 163,4) - 312,175 (7,0909 - 0,5591)


=
(3445 - 2962) + (3374,6 - 163,4)

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 8


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

(483 + 3211,2) - 2039,06


= x 100 %
(483 + 3211,2)

= 44,80 %

Dengan demikian terbukti lagi bahwa dengan penambahan pemanas ulang, maka efisiensi
siklus menjadi lebih tinggi lagi. Selain menguntungkan dari sisi efisiensi, pemanas ulang juga
dapat memperpanjang umur turbin tekanan rendah karena kualitas uap bekas pada siklus
dengan pemanas ulang menjadi lebih baik.

7.2. BAGIAN-BAGIAN YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI BOILER

7.2.1. Nilai Kalor Bahan Bakar.

Ketel konvensional mendapatkan Heat Input dari hasil pembakaran bahan bakar, baik bahan
bakar padat, cair atau gas Bahan bakar padat yang banyak digunakan diantaranya adalah
kayu, peat, lignate (brown coal), bitiminous coal dan antracite. Bahan bakar cair yang banyak
digunakan untuk proses pembakaran didalam ketel adalah HSD dan Heavy Oil, sedangkan
bahan bakar gas umumnya menggunakan gas alam.
Contoh komposisi bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada rekasi pembakaran bahan bakar dengan oksigen dilepaskan sejumlah panas yang
besarnya tergantung dari nilai kalor bahan bakar dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
Nilai kalor bahan bakar dapat dinyatakan dalam Nilai Kalor Terendah atau Lower Calarific
Value (LCV) dan dapat pula dinyatakan dalam Nilai Kalor Teratas atau Higher Calorific Value
(HCV) atau Gross Calorific Value (GVC).

HCV adalah panas total yang dihasilkan dari proses pembakaran. Bahan bakar mengandung
Gas Hydrogen yang apabila bereaksi akan membentuk air. Air yang terbentuk akan
menyerap sebagian panas sehingga air tersebut berubah menjadi uap. Panas yang diserap
ini tidak dapat dimanfaatkan.
LCV adalah panas yang bermanfaat atau HCV dikurangi panas yang digunakan untuk
menerapkan air yang terbentuk.

Apabila diasumsikan penguapan air tersebut pada temperatur jenuh, maka panas laten
penguapan adalah 588,76 kcal/kg uap air (Catatan : 1 kcal ≈ 4,187 Kj)
Apabila prosesntasi uap air dalam Flue Gas sebesar X%, maka :

X
LCV = ( HCV - ) 588,76 kcal/kg Flue Gas.
100

Dalam menghitung efisiensi ketel, perlu dijelaskan apabila menggunakan LCV atau HCV.

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 9


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

TABEL 3 : Contoh Komposisi Bahan Bakar.

BAHAN BAHAN BAHAN


UNSUR BAKAR BAKAR BAKAR
BATUBARA MINYAK GAS ALAM

Carbon ( C ) % by wt 75,0 86,5


Hydrogen( H2 ) “ 5,0 11,5
Sulphur ( S ) “ 2,3 2,0
Nitrogen ( N2 ) “ 1,5 -
Oxigen (O2) “ 6,7 -
Ash “ 7,0 -
Moisture “ 2,5 -

Hydrogen ( H2 ) % by vol 0,00


Ruthan (CH4 ) “ 83,40
Ethylene (C2H4) “ 0,00
Ethane(C2 H6 ) “ 15,80
Nitrogen (N2 ) “ 0,80

Unsur-unsur bahan bakar yang dapat menghasilkan panas adalah C,S dan H .

1 kg C Menghasilkan 8.100 kcal / kg


1 kg S Menghasilkan 2.220 kcal / kg
1 kg H2 Menghasilkan 34.400 kcal / kg

Harga HCV dan LCV dapat dihitung apabila komposisi bahan bakar diketahui .
Contoh perhitungan :

Suatu bahan bakar mempunyai komposisi berat sebagai berikut :


C = 75,0% atau 0,75 kg / kg bahan bakar
H2 = 5,0% atau 0,05 kg / kg bahan bakar
S = 2,0% atau 0,02 kg / kg bahan bakar
O2 = 7,0% atau 0,07 kg / kg bahan bakar

O
HCV = 8100.C + 34 400 ( H - ) + 2220 S kcal / kg bahan bakar
8
0,07
= 8100 x 0,75 + 34400 ( 0,05 - ) + 2220 x 0,02 kcal/kg bahan bakar
8

= 7534,8 kcal/kg bahan bakar

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 10


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

O
Dengan asumsi bahwa ( H - ) adalah berat hydrogen untuk
proses pembakaran 8

dan seluruh Oxygen dalam bahan bakar bereaksi dengan hydrogen.


Selanjutnya delapan (8) bagian berat oxygen bereaksi dengan 1 bagian
berat hydrogen membentuk air sebanyak 9 H, maka :

Panas penguapan air = 9 x 588,76 x H kcal/kg bahan bakar

LCV = HCV - Panas penguapan air


= 7534,8 - 9 x 588,76 x 0,05 kcal/kg bahan bakar
= 7269,8 kcal/kg bahan bakar

7.2.2. Panas Yang Diserap Oleh Ketel.

Idealnya, semua panas yang dihasilkan dari proses pembakaran diserap oleh ketel untuk
pemanasan dan penguapan air, akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua panas dapat
diserap oleh ketel, karena sebagian kecil terbuang sebagai losses, diantaranya ;

1. Kerugian karena kandungan air dalam bahan bakar


2. Kerugian karena kandungan hydrogen dalam bahan bakar
3. Kerugian karena panas terbuang oleh flue gas ke cerobong
4. Kerugian akibat pembakaran tidak sempurna
5. Kerugian karena masih adanya unsur-unsur bahan bakar belum terbakar didalam
abu/debu
6. Kerugian karena radiasi.

Agar supaya panas yang diserap oleh Ketel maksimal, maka kerugian-kerugian tersebut
diatas harus dibuat minimal.

7.2.3. Kerugian Karena Kandungan Air Dalam Bahan Bakar.

Kandungan air dalam bahan bakar, terutama pada bahan bakar batubara biasanya
diakibatkan oleh penimbunan batubara yang kurang baik, misalnya terkena hujanKerugian
yang diakibatkan oleh adanya air dalam bahan bakar adalah sebanyak :

Berat air dalam bahan bakar x 558,76 kcal/kg bahan bakar

7.2.4. Kerugian Karena Kandungan Hydrogen Dalam Bahan Bakar.

Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu, hydrogen dalam bahan bakar akan membentuk air,
dan air ini menyerap panas untuk penguapan .

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 11


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

7.2.5. Kerugian Panas Terbuang Oleh Flue Gas Ke Cerobong.

Gas asap yang keluar ke Cerobong terutama terdiri dari CO2 , Nitrogen, Udara lebih dan Uap
air. Banyaknya panas yang terbuang ke cerobong tergantung dari temperatur dan volume
flue gas.Prosentase CO2 tidak dapat dikurangi karena gas tersebut merupakan unsur utama
produk pembakaran.

Udara lebih masih memungkinkan untuk dikurangi dengan catatan tidak menyebabkan
pembakaran menjadi tidak sempurna, karena udara lebih ini diperlukan untuk sempurnanya
pembakaran. Sebagian besar dari Udara adalah Nitrogen, jadi dengan mengurangi udara
lebih berarti mengurangi volume hydrogen. Uap air yang terbentuk dari proses pembakaran
hydrogen sulit untuk dikurangi, sedangkan yang masih memungkinkan adalah mengurangi
kadar air dalam bahan bakar.

Kondisi lain yang mempengaruhi besarnya panas terbuang ke cerobong adalah temperatur
flue gas, oleh karena itu temperatur flue gas harus dibuat serendah mungkin dalam batas
amannya agar tidak terjadi pengembangan sulphur yang akan menyebabkan korosi.

7.2.6. Kerugian Akibat Pembakaran Tidak Sempurna.

Pembakaran yang tidak sempurna dapat diakibatkan oleh pengabutan bahan bakar tidak
baik, butir batubara serbuk terlalu besar, percampuran bahan bakar dengan udara tidak
homogen, kekurangan udara lebih dan lain sebagainya.

Akibat dari pembakaran tidak sempurna mungkin terjadi adanya serbuk atau butir-butir
cairan bahan bakar terbawa ke cerobong, atau jatuh ke bagian bawah ruang bakar
(furnance).

Pembakaran tidak sempurna juga dapat menghasilkan gas CO yaitu gas yang masih dapat
terbakar. Gas CO ini akan terbuang ke cerobong. Baik adanya bahan bakar yang belum
terbakar maupun gas CO akan mengurangi jumlah panas yang dihasilkan oleh proses
pembakaran.

7.2.7. Kerugian Karena Masih ada Unsur-unsur Bahan Bakar Belum Terbakar
dalam Abu/Debu.

Walaupun proses pembakaran diusahakan sempurna, ternyata masih sering dijumpai


adanya unsur Carbon (C) didalam abu/debu. Carbon adalah unsur yang menghasilkan
panas, sehingga dengan tertinggalnya carbon dalam abu/debu akan mengurangi panas dari
proses pembakaran.

7.2.8. Kerugian Karena Radiasi.

Kerugian ini diakibatkan oleh radiasi (pancaran panas) dari ketel. Perhitungan panas radiasi
sulit dilakukan dan umumnya mempunyai nilai kecil apabila boiler di isolasi dengan baik.

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 12


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

7.2.9. Efisiensi Ketel.

Perhitungan Metoda Langsung (Direct Method) :

Energy ketel dapat dihitung dengan rumus dasar :

OUTPUT
EFISIENSI =
INPUT

Input ketel merupakan jumlah panas yang diberikan oleh bahan bakar.

INPUT = (Massa Bahan Bakar yang terbakar) x (Nilai Kalor)

Output ketel adalah jumlah panas yang diberikan kepada air pengisi yang masuk ke ketel
untuk memproduksi uap pada kondisi keluar dari superheater (Ditambah jumlah panas yang
diberikan ke Reheater apabila ketel tersebut dilengkapi Reheater).
Jumlah panas Output ini dapat dihitung dengan menggunakan tabel uap yaitu dengan cara
menghitung selisih entalphy antara uap keluar superheater dengan entalphy air masuk ketel.

Output = (Berat uap) x (Selisih ntalphy)

Dengan demikian maka,

(Berat Uap) x (Selisih Entalphy)


Efisiensi ketel =
(Berat Bahan Bakar) x (Nilai Kalor)

Perhitungan metoda kerugian (Loss Method) :

Perhitungan dengan cara Direct Method sulit dilaksanakan pada PLTU berbahan bakar
Batubara, karena coal weigher (alat penimbang batubara) bukan merupakan bagian dari
Milling Plant sehingga jumlah berat batubara dibakar sulit untuk diketahui dengan akurat.
Disamping itu untuk mendapatkan nilai kalor batubara terlebih dulu diambil sample dan
dianalisa di laboratorium. Karena lamanya perbedaan waktu antara pengambilan sample
dengan mendapatkan hasil analisa, nilai kalor batubara yang dibakar mungkin berbeda
dengan yang dianalisa.

Cara perhitungan yang lebih baik adalah menggunakan Loss Method, yaitu terlebih dulu
menghitung Losses (seperti yang sudah dijelaskan terdahulu), kemudian dihitung besarnya
output dan input.

OUTPUT = (Berat Uap) x (Selisih Entalphy)

LOSSES = Dihitung dan dijumlahkan dari setiap loss

INPUT = Output + Losses

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 13


PT. PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Efisiensi
_______________________________________________________________________________

OUTPUT
EFISIENSI =
INPUT

OUTPUT
=
OUTPUT + LOSSES

TABEL 4 :
Contoh Besarnya Losses Untuk Boiler Modern

PENYEBAB LOSSES %

1. Flue Gas 4,25


2. Air Dalam Bahan Bakar 1,40
3. Air Dalam Udara Pembakaan Diabaikan
4. Hydrogen Dalam Bahan Bakar 3,53
5. Bahan Bakar Tidak Terbakar 0,36
6. Radiasi dll. 0,50
10,10

Gambar 5 . Efisiensi Ketel Terhadap Rated Capacity.

Berbagi dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai-Nilai Perusahaan 14

Anda mungkin juga menyukai