Anda di halaman 1dari 10

Dosen: Ainna Amalia, M.Ps.

I
Metode Pengembangan Sosial Emosional AUD
Disusun oleh: Fitria Khofifah
Pendidikan Islam Anak Usia Dini
STAIM
Perkembangan sosial emosional adalah salah satu perkembangan yang harus ditangani secara khusus karena
perkembangan sosial emosional anak harus dibina pada masa anak-anak atau biasa disebut masa
pembentukan. Jadi perkembangan sosial emosional adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang
lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan sosial pada anak ditandai dengan
kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi,
pikiran dan perilakunya.

Metode bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat
tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang dikemas
dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan. Jadi bercerita merupakan proses
mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak misalnya marah, sedih, gembira dan lucu. Oleh
karena itu metode bercerita sangat tepat untuk mengembangkan sosial emosional serta juga dapat
mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak.
Pengertian, Fungsi, Manfaat Metode Bercerita

Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita

Bentuk dan Jenis Metode Bercerita


Pengertian, Fungsi, Manfaat Metode Bercerita

Pengertian metode bercerita


Menurut Imam Musbikin bercerita merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan
ekspresif pada anak misalnya marah sedih gembira kesal dan lucu. hal ini akan memperkaya pengalaman

A emosinya yang akan berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan kecerdasan emosionalnya.
Maksudnya dalam cerita yang disampaikan seorang pendidik harus bisa menghayati ekspresi yang ada A
dalam cerita sehingga anak mampu mengerti dengan pesan yang ingin disampaikan oleh pendidik
seperti marah sedih dan bahagia. metode bercerita ini digunakan sebagai metode pembelajaran untuk
mengembangkan sosial emosional anak, di dalam sebuah cerita pastilah ada contoh karakter dari setiap
tokoh yang bisa ditiru oleh anak seperti empati, tidak sombong, suka menolong dan penyabar, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Fungsi metode bercerita
Metode bercerita berfungsi menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan
dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat dengan
mudah diberikan. Adapun fungsi metode bercerita antara lain adalah sebagai berikut:

Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang Membangkitkan rasa ingin tahu


baik. Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari

A Melalui metode bercerita ini sedikit demi sedikit


dapat ditanamkan hal-hal yang baik kepada anak
didik. Cerita hendaknya dipilih dan disesuaikan
sebuah cerita sehingga rasa ingin tahu tersebut
membuat anak berupaya memahami isi cerita. Isi
cerita yang dipahami tentu saja akan membawa
A
dengan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan
pelajaran. sikapnya.

Mengembangkan imajinasi anak


Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita
dapat membantu anak didik alam mengembang
kan imajinasi mereka. Dengan hasil imajinasinya
diharapkan mereka mampu bertindak seperti
tokoh-tokoh dalam cerita yang disajikan oleh
guru.
Manfaat metode bercerita
Metode bercerita bermanfaat bagi perkembangan anak. Menurut Madyawati (2016), terdapat
beberapa manfaat metode bercerita yaitu sebagai berikut:

Membantu pembentukan pribadi dan moral anak. Cerita sangat efektif membantu pribadi dan moral anak. Melalui cerita, anak dapat
1 memahami nilai baik dan buruk yang berlaku di masyarakat.
Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi. Cerita dapat dijadikan sebagai media menyalurkan imajinasi dan fantasi anak.Pada saat
2 menyimak cerita.Imajinasi yang dibangun anak saat menyimak cerita memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan anak dalam
menyelesaikan masalah secara kreatif.

A 3
Memacu kemampuan verbal anak. Cerita dapat memacu kecerdasan linguistik anak.Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak
cerita tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tata cara berdialog dan bernarasi.
Kegiatan bercerita memberikan sejumlah pengetahuan sosial nilainilai moral keagamaan. Bercerita memberikan nilai-nilai sosial pada
A
4 anak, seperti patuh pada perintah orangtua, mengalah pada adik, dan selalu bersikap jujur. Selain pengetahuan sosial kegiatan bercerita
merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak tiap hari.
Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk melatih pendengarannya. Dalam kegiatan bercerita anak akan
5 menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, di didengar. Dengan melatih
pendengarannya akan menambah kosa kata yang dimiliki anak.
Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan metode bercerita memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif,
6 afektif, dan psikomotor.

Memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat mengatakan perasaan, membangkitkan semangat dan menimbulkan
7 keasyikan tersendiri.kegiatan bercerita memberikan daya tarik bagi anak sehingga akan menimbulkan semangat dan keasyikan dalam bercerita.
Kelebihan dan Kekurangan Metode
Bercerita
Kekurangan :
Kelebihan :
 Guru / orang tua terkadang enggan untuk berekspresi dengan sebaik-
B  Melatih anak untuk memfokuskan
perhatian / konsentrasi.
baiknya karena rasa malu sehingga mempengaruhi fantasi anak.terkadang
anak merasa jenuh untuk duduk sejenak karena tidak ada media atau alat
B
 Melatih anak untuk menjadi peraga yang bisa mempertahankan konsentrasi mereka pada cerita tersebut.
pendengar yang baik.  Anak akan pasif menahan banyak hal yang ingin ia ketahui untuk di
 Mengembangkan fantasi anak tanyakan ketika guru atau orang tua bercerita.
terhadap hal yang tidak nyata.  Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi
 Mengembangkan kemampuan oleh masalah lain.
mengingat anak terhadap hal  Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah
tertentu yang disampaikan melalui sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
 Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak
tuturan secara lisan.
menarik / Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak didik.
Bentuk dan Jenis Metode Bercerita
BERCERITA TANPA ALAT
Bercerita tanpa alat peraga yaitu kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru atau orang tua tanpa menggunakan media atau alat
peraga yang diperlihatkan pada anak. Bercerita tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang mengandalkan kemampuan pencerita
dengan menggunakan mimik (ekspresi muka), pantomim (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga yang mendengarkan dapat
menghidupkan kembali dalam fantasi dan imajinasinya. Guru harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara

C C
guru harus dapat membantu fantasi anak untuk mengkhayalkan hal-hal yang diceritakan guru.
BERCERITA MENGGUNAKAN ALAT
Metode bercerita dengan alat peraga yaitu metode bercerita menggunakan media atau alat pendukung untuk memperjelas
penuturan cerita yang akan disampaikan. Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah bentuk bercerita yang mempergunakan
alat peraga bantu untuk menghidupkan cerita. Fungsi alat peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajinasi sehingga terarah
sesuai dengan yang diharapkan si pencerita. Bentuk bercerita dengan alat peraga terbagi menjadi dua, yaitu alat peraga langsung dan
alat peraga tidak langsung. Alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda sebenarnya (misalnya: kelinci,
kembang, piring) agar anak dapat memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan dari alat tersebut. Alat
peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang bukan alat sebenarnya. Bercerita dengan alat peraga tak langsung
dapat berupa: bercerita menggunakan benda-benda tiruan (pohon-pohonan, buah-buahan,dll), sandiwara boneka, bercerita
menggunakan gambar-gambar (gambar dalam buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan jalannya
cerita), dll.
Istarani. 2012. Kumpulan 39 Metode Pembelajaran. (Medan: Iscom Medan).
Martinis, Yamin. 2013. Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran. (Jakarta: Refensi).

Anda mungkin juga menyukai