Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KORELASI SCALED DISTANCE TERHADAP GETARAN

TANAH PADA OPERASI PELEDAKAN BATU KAPUR PT. SEMEN


BATURAJA (PERSERO)

Roby Cahyadi1), Taufik Toha2), Syamsul Komar3)


1) Teknik Pertambangan Batubara Politeknik Akamigas Palembang
2) 3) Magister Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya

Abstrak
Penelitian dilakukan di lokasi penambangan batu kapur PT. Semen Baturaja (Persero).
Kegiatan penambangan batu kapur didahului dengan proses pemberaian menggunakan metode
pengeboran dan peledakan. Salah satu efek terhadap lingkungan dari kegiatan peledakan yaitu
adanya ground vibration.
Pengukuran ground vibration dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai peak particle
velocity (PPV) atau peak vector sum (PVS). Dari data pengukuran ground vibration selama satu
tahun dari bulan 19 Mei 2016 hingga 30 Juni 2016 dilakukan analisis menggunakan metode
statistika regresi linier. Hasil analisis adalah persamaan rumus hubungan antara PPV dan scaled
distance (SD) yaitu PVS = -0,1187 (SD) + 6,2026 dengan R2=0,7723 yang menyatakan korelasi
kuat.
Percobaan (trial) peledakan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 23 Juni 2016
dan 28 Juli 2016 pada Blok 17 – 18 B serta tanggal 1 Juli 2016 pada Blok 10A. Percobaan
dilakukan untuk membandingkan antara PVS prediksi dan PVS aktual di lapangan. Berdasarkan
ketiga percobaan yang dilakukan terdapat selisih yang tidak signifikan antara nilai PPV prediksi
dan PPV aktual yaitu antara 0,03 hingga 1,12.
Standar yang digunakan untuk pengukuran gound vibration mengacu pada SNI
7571:2010. PT. Semen Baturaja juga memiliki standar ground vibration untuk peledakan yaitu
maksimal 3 mm/s. Berdasarkan persamaan hubungan SD dan PVS maka dibuatlah kontrol
vibrasi dengan melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai PVS = 1 mm/s dan PVS = 2
mm/s. Berdasarkan perhitungan, untuk nilai PVS =1 mm/s didapat pada SD = 43,83 m/kg0.5,
sedangkan untuk nilai PVS = 2 mm/s didapat pada SD = 35,41 m/kg0.5

Kata kunci : Peledakan, Ground Vibration, Peak Particle Velocity (PPV), Peak Vector Sum
(PVS).

Abstract
The study was conducted at the limestone mine location of PT. Semen Baturaja (Persero).
Limestone mining activity is preceded by a process of destruction using drilling and blasting
method. One of the effects on the environment of blasting activities that is the ground vibration.
Ground vibration measurement was performed to determine the value of peak particle
velocity (PPV) or peak vector sum (PVS). From the data of the ground vibration measurement
for one year from May 19, 2016 until June 30, 2016, statistical analysis using linear regression
method was carried out. The result of the analysis is the equation formula of correlation between
PPV and scaled distance (SD) namely PVS = -0.1187 (SD) + 6.2026 with R2 = 0.7723 stating a
strong correlation.
Blasting trials were conducted three times, i.e. on June 23, 2016, July 28, 2016 in Block
17-18 B and July 1, 2016 in Block 10A. Experiments were performed to compare between PVS
prediction and actual PVS in the field. Based on the three experiments conducted, there were no

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

26
significant difference between the value of PPV predictions and the actual PPV which was 0.03
to 1.12.
The standard used to measure vibration gound refers to ISO 7571: 2010. PT. Semen
Baturaja also has standards of ground vibration for blasting that is a maximum of 3 mm / s.
Based on relational equation between SD and PVS, vibration control was made by performing a
calculation to find the value of PVS = 1 mm / s and PVS = 2 mm / s. Based on the calculation,
the value of PVS = 1 mm / s was obtained in SD = 43.83 m / kg0.5, while the PVS = 2 mm / s
was obtained in SD = 35.41 m / kg0.5

Keywords: Blasting, Ground Vibration, Peak Particle Velocity (PPV), Peak Vector Sum (PVS).
1. Pendahuluan salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
Sistem penambangan yang dilakukan dengan pengaturan terhadap scaled Distance
PT. Semen Baturaja (Persero) adalah sistem (SD). SD adalah parameter untuk dimensi
tambang terbuka dengan quarry mining jarak. Scale distance dinyatakan sebagai
method. Penggalian batu kapur dilakukan perbandingan antara jarak dan isian bahan
kegiatan peledakan (Blasting) untuk peledak yang mempengaruhi hasil getaran.
memberai batuan dari batuan induknya. Nilai SD dipengaruhi oleh berat muatan
Namun, kegiatan peledakan dapat bahan peledak yang meledak secara
mengakibatkan hal-hal yang tidak bersamaan dan jarak antara lokasi peledakan
diinginkan seperti terjadinya ground dengan lokasi pengamatan. Pada suatu
vibration (getaran tanah), batuan terbang (fly kegiatan peledakan semakin dekat suatu area
rock), kebisingan udara (airblast). Efek dari terhadap lokasi peledakan maka semakin
kegiatan peledakan ini dapat dirasakan oleh besar getaran tanah yang dirasakan dari hasil
masyarakat disekitar lokasi penambagan kegiatan peledakan tersebut, oleh karena itu
karena lokasi penambangan dengan diperlukan pengaturan jarak aman dari suatu
pemukiman warga yang tidak terlalu jauh kegiatan peledakan yang akan dilaksanakan,
yaitu berkisar dengan jarak 200-500 meter. agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
Getaran tanah merupakan salah satu diinginkan. Begitupun dengan berat muatan
hasil dari kegiatan peledakan yang bahan peledakan dalam lubang ledak yang
dilakukan, dimana getaran tanah dinyatakan meledak secara bersamaan, jika semakin
dengan nilai PPV (Peak Particle velocity). banyak bahan peledak dalam lubang ledak
Getaran tanah dapat menjadi salah satu yang meledak secara bersamaan maka
masalah bagi perusahaan jika melebihi baku getaran tanah yang dirasakan akan semakin
mutu aman getaran SNI, karena dapat besar.
membahayakan manusia dan bangunan Dengan mengetahui pengaruh jarak
disekitarnya. Masyarakat disekitar lokasi dan berat muatan bahan peledak dalam
tambang mengklaim bahwa pemukiman lubang ledak yang keduanya terdapat dalam
mereka rusak akibat ground vibration yang pengaturan SD, maka dapat dilakukan
disebabkan oleh peledakan yang dilakukan pengontrolan peledakan sehingga
PT. Semen Baturaja (Persero). Klaim rumah menghasilkan getaran yang aman. Oleh
yang rusak seperti retak pada dinding karena itu, diperlukan suatu penelitian guna
rumah. meminimalisir getaran yang terjadi agar
Hal-hal yang dapat mempengaruhi tidak membahayakan manusia serta
getaran yang dihasilkan dari kegiatan bangunan disekitar lokasi peledakan.
peledakan, antara lain ; jarak peledakan,
berat muatan bahan peledak dalam lubang 1.1. Peledakan
ledak yang meledak secara bersamaan, Metode Pemboran dan Peledakan
pengaturan waktu delay dan juga geometri adalah salah satu metode pembongkaran
peledakan. Untuk meminimalisir getaran pada batuan. Metode ini bertujuan untuk
tanah yang ditimbulkan dari hasil peledakan, meretakkan, menghancurkan ataupun

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

27
membongkar batuan dari batuan induknya
untuk memenuhi target produksi dan
memperlancarkan proses pemuatan dan
pengangkutan. Kegiatan peledakan
dinyatakan berhasil dengan baik pada
kegiatan penambangan salah satunya bila
dampak terhadap lingkungan (fly rock,
vibration, air blast, gas beracun dan debu)
minimal (Koesnaryo, 2012). Diperlukan
kontrol dan pengawasan terhadap teknis
pemboran guna mempersiapkan lubang
tembak dalam satu operasi peledakan. Serta Sumber : Charles H. Dowding, 1984
perlu dilakukan kontrol dan pengawasan
terhadap proses peledakan seperti inisiasi Gambar 1.1 Distribusi Energi
dan penggunaan bahan peledak agar Bahan Peledak
peledakan dapat terkendali dan aman.
Menurut Dowding, 1984 dalam 2. Waste Energy, merupakan energi yang
Maryura, dkk, 2014 tujuan peledakan adalah dilepaskan tidak untuk membentuk
untuk memberaikan batuan sehingga dapat fragmen batuan. Waste energy terdiri
dimuat lalu diangkut. Peledakan dapat dari light, heat, sound dan seismic
memberaikan batuan dikarenakan energy. Energi-energi ini, terutama
melepaskan energi (Gambar 1.1,). Energi seismic dapat menimbulkan efek yang
bahan peledak ada dua jenis, yaitu : tidak menguntungkan dalam kegiatan
1. Work Energy, merupakan energi peledakan.Bahan peledak melepaskan
peledakan yang menyebabkan pecahnya energi dan menghasilkan rock
batuan. Pada peledakan suatu benda fracturing, plastic deformation dan
padat akan timbul tekanan detonasi elastic deformation pada batuan. Energi
(detonation pressure) dan tekanan peledakan yang menyebabkan
peledakan (explosion pressure) yang terjadinya elastic deformation dapat
merupakan efek dari shock energy dan menghasilkan stress waves yang
gas energy hasil dari perubahan kimia merambat melalui massa batuan. Energi
bahan peledak. Untuk bahan peledak peledakan membutuhkan sejumlah
dari jenis high explosive, pertama kali energi yang cukup sehingga melebihi
akan terjadi tekanan detonasi yang atau melampaui kekuatan batuan atau
kemudian diikuti tekanan peledakan, melampaui batas elastic batuan untuk
sedangkan untuk bahan peledak low memecahkan satuan batuan. Proses
explosive hanya terjadi tekanan pemecahan batuan ini akan berlangsung
peledakan. Bahan peledak high terus hingga energi yang dihasilkan oleh
explosive mempunyai kecepatan bahan peledak makin lama makin
penjalaran reaksi yang lebih besar dari berkurang dan menjadi lebih kecil dari
kecepatan penjalaran suara dalam bahan kekuatan batuan sehingga proses
peledak, yang dikenal sebagai pemecahan batuan terhenti. Energi yang
kecepatan detonasi. Kecepatan detonasi tersisa (seismic energy) akan menjalar
ini menyebabkan timbulnya gelombang melalui batuan, mengakibatkan
kejut (shock wave) yang terletak deformasi dalam batuan tetapi tidak
didepan daerah reaksi utama (primary memecahkan batuan, karena masih di
reaction zone) dalam kolom bahan dalam batas elastisnya. Hal ini akan
peledak. Gelombang kejut ini yang menghasilkan gelombang seismik.
menyebabkan timbulnya tekanan Gelombang ini pada batas tinggi
detonasi. tertentu dapat menyebabkan kerusakan

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

28
pada struktur bangunan dan juga dapat dihasilkan juga semakin kecil. Pada
sangat mengganggu manusia. kenyataannya dilapangan banyak sekali
Gelombang seismik ini dirasakan oleh variabel-variabel yang berpengaruh
manusia sebagai getaran. terhadap besarnya getaran yang
ditimbulkan oleh kegiatan peledakan.
1.2. Getaran Tanah Variabel-variabel tersebut dibagi
Getaran tanah (ground vibration) menjadi dua, yaitu :
merupakan gelombang yang bergerak a. Variabel yang dapat dikontrol,
didalam tanah yang disebabkan oleh adanya merupakan variabel yang dapat
sumber energi. Sumber energi tersebut dapat dikendalikan oleh kemampuan
berasal dari alam, seperti gempa bumi atau manusia dalam merancang suatu
adanya aktifitas peledakan (Bieniawski, peledakan untuk memperoleh hasil
1989 dalam Maryura, 2014). Getaran tanah peledakan yang diharapkan.
terjadi pada daerah elastis (elastic zone). Beberapa contoh variabel yang
Didaerah ini tegangan yang diterima dapat dikontrol, antara lain :
material lebih kecil dari kuat material - Arah dan kemiringan lubang
sehingga hanya menyebabkan perubahan ledak
bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat - Pola pemboran
elastis material maka bentuk dan volume - Diameter lubang ledak
akan kembali pada keadaan semula setelah - Sifat bahan peledak
tidak ada tegangan yang berkerja. - Distribusi bahan peledak
Perambatan tegangan pada daerah elastis - Pola peledakan
akan menimbulkan gelombang elastis. - Waktu tunda dan arah
Getaran tanah ini pada tingkat tertentu bisa peledakan
menyebabkan terjadinya kerusakan struktur b. Variabel yang tidak dapat dikontrol
disekitar lokasi terjadinya operasi adalah faktor-faktor yang tidak
peledakan. Tidak hanya itu getaran tanah dapat dikendalikan oleh
juga dapat menyebabkan goncangan pada kemampuan manusia, hal ini
bangunan yang mengakibatkan gangguan disebabkan karena prosesnya terjadi
berupa ketidaknyamanan. Karena itu secara ilmiah. Beberapa contoh
keadaan bahaya yang mungkin ditimbulkan variabel yang tidak dapat dikontrol,
oleh operasi peledakan tidak bisa diabaikan. antara lain :
- Karakteristik massa batuan
1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat - Struktur geologi
Getaran Tanah - Pengaruh air
Beberapa penelitian yang telah
dilakukan, seperti Rudini (2012), Zulfahmi 1.4. Alat Pengukur Getaran Tanah
(2013), Maryura, dkk (2014) dalam usaha Alat yang digunakan untuk
menentukan hubungan antara faktor-faktor mengukur getaran tanah hasil peledakan
yang mempengaruhi tingkat getaran. Dua dilapangan adalah Blastmate III (Gambar
faktor prinsip yang mempengaruhi tingkat 1.2.). Alat ini memiliki tiga saluran yang
getaran hasil peledakan yaitu : terdiri dari saluran perekam getaran yang
1. Jumlah muatan bahan peledak ditimbulkan dari hasil peledakan yang terdiri
maksimum yang meledak secara dari tiga komponen gerakan batuan pada
bersamaan dalam sistem periode arah transversal, vertikal dan longitudinal
rangkaian inisiasi peledakan. (Radial).
2. Jarak dari lokasi peledakan, pengaruh Saluran kedua adalah saluran yang
jarak terhadap tingkat getaran apabila digunakan untuk merekam airblast yang
jarak pengukuran lokasi peledakan ditimbulkan selama proses peledakan,
semakin jauh maka getaran yang saluran tiga adalah saluran untuk

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

29
mengkoneksi alat ke komputer/laptop
(output data hasil rekaman baik itu dari hasil
getaran maupun hasil suara ledakan). Alat
ini terdiri dari :
1. Ground Vibration Monitor Blastmate III
2. Geophone
3. Soundlevel Meter
Sumber : Scott, 1996
4. Notebook and Software Blastware
Gambar 1.4. Arah Gelombang Yang
Ditangkap Sensor

1.5. Kontrol Getaran Hasil Peledakan


Mengingat belum adanya teori yang
dapat menentukan besaran getaran pada
berbagai jarak dengan memperhitungkan
semua sifat-sifat terpenting batuan, maka
salah satu jawaban yang dapat di ambil
adalah penyelesaian secara empiris yaitu
scaled distance. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Maryura, dkk
(2014), terdapat beberapa metode yang
dapat mengurangi getaran tanah, antara lain
Gambar 1.2. Blastmate III :
1. Pengaturan Geometri Peledakan
Prinsip kerja Blastmate III dalam
Geometri peledakan meliputi : burden,
menangkap gelombang adalah getaran
spacing, stemming, subdrilling, power
mekanis dari kegiatan peledakan diterima
charging, dan diameter lubang ledak.
oleh sensor geophone diubah menjadi
Pengaturan geometri peledakan
getaran elektris, lalu diproses menjadi
dilakukan dengan merujuk pada
bentuk numeric dan disimpan didalam
perhitungan geometri peledakan
memory alat dan dapat dilihat secara
menggunakan formula yang sudang
mendetail melalui komputer (Gambar 2.8).
dikenal secara umum. Selain itu,
Sedangkan untuk prinsip kerja Seismograf
penentuan geometri peledakan juga
pada Blastmate III yaitu mengubah masukan
berdasarkan pada hasil evaluasi
yang berupa getaran tanah menjadi gaya
kegiatan peledakan sebelumnya.
pegas/sinyal listrik (tergantung jenis
2. Isian Bahan Peledak Per Delay
seismograf) sehingga diperoleh keluaran
Pengurangan bahan peledak diharapkan
berupa seismograf/angka yang dapat dibaca
dapat mengurangi getaran. Dalam
pada monitor (Gambar 1.4.).
menentukan jumlah bahan peledak agar
tidak menimbulkan getaran yang dapat
merusak struktur bangunan harus
diperhatikan dua hal, yaitu :
a. Besaran vibrasi yang merupakan
fungsi dari jumlah bahan peledak
per waktu tunda jarak struktur dan
sifat media penghantar gelombang.
b. Kriteria kerusakan struktur itu
Sumber : Scott, 1996 sendiri meliputi kecepatan partikel
Gambar 1.3. Prinsip Kerja Penangkapan aktual.
Gelombang 3. Penggunaan Delay

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

30
Peledakan delay mengurangi tingkat tersebut harus dibuktikan oleh pengukuran
getaran sebab setiap delay seismik.
menghasilkan masing-masing Cara pengaturan SD yang
gelombang seismik yang kecil yang dipergunakan yaitu : PVS vs SD. Metode ini
terpisah. Gelombang hasil delay meliputi pengukuran PVS dan perhitungan
pertama telah merambat pada jarak SD dari value data. Data harus tersebar dari
tertentu sebelum delay selanjutnya harga yang rendah sampai harga yang
meledak. Kecepatan perambatan tetinggi, dapat diperoleh dengan cara
tergantung pada jenis batuannya. peledakan berturut-turut dan setiap kali
4. Penggunaan Metode Presplitting peledakan letak lokasi peledakan dirubah
Digunakan untuk melindungi bench sehingga jarak pengukuran semakin
disekitar area peledakan, umumya bervariasi.
digunakan pada slope akhir. Metode ini
dilakukan dengan cara membuat row 1.8. Hukum Perambatan (Propation Law)
sepanjang bagian yang akan berhadapan Hubungan yang menyatakan
dengan dengan bench pada lokasi ketergantungan kecepatan partikel pada
peledakan. berat muatan per waktu tunda dan jarak
dapat dikombinasikan dan dikembangkan ke
1.6. Scaled Distance dalam hukum perambatan. Faktor yang
Cara yang praktis untuk mengontrol mempengaruhi tingkat getaran akibat
getaran adalah dengan menggunakan Scaled ledakan suatu muatan bahan peledak adalah
Distance, sehingga memungkinkan : jarak dan muatan maksimum per waktu
pelaksana lapangan menentukan jumlah tunda. Beberapa penelitian telah dilakukan
bahan peledak yang diperlukan atau jarak dalam usaha menentukan antara faktor-
aman untuk muatan bahan peledak yang faktor tersebut dengan tingkat getaran.
jumlahnya telah ditentukan. Dengan Berdasarkan penelitian yang
menggunakan sistem metrik scaled distance dilakukan dalam usaha menentukan
yang dapat dirumuskan (Downding, 1984) besarnya kecepatan partikel puncak (PPV)
sebagai berikut: yang dihasilkan dalam sebuah peledakan
𝐷 maka dapat ditentukan berdasasrkan
𝑆𝐷 = persamaan USBM (Simangunsong, 2009)
√𝑊
Dimana : adalah :
D = Jarak dari muatan peledakan ke 𝐷 𝑚
𝑃𝑃𝑉 = 𝐾 [ 𝛼 ]
pengukuran 𝑊
W = Muatan maksimum bahan peledak per PPV = Ground Vibration as Peak
waktu tunda dengan toleransi 8 article Velocity (mm/s)
ms/delay dianggap meledak D = Jarak muatan maksimum
bersamaan. terhadap lokasi pengamatan
(m)
1.7. Scaled Discance yang Disesuaikan W = Muatan bahan peledak
Peraturan scaled distance (SD) maksimum per periode
menunjukkan kondisi-kondisi dimana tunda 8ms (kg)
pekerjaan peledakan tidak boleh dilakukan. K = Tetapan yang tergantungan
Pengaturan kembali hukum scaled distance pada kualitas batuan
dipelukan seandainya harga SD tidak lagi α = Scaling faktor untuk cepat
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan operasi. rambat gelombang partikel
𝐷
Pengaturan ini didasarkan pada alasan Karena SD = Sehingga PPV =
√𝑊
bahwa tingkat getaran akibat peledakan
K(𝑆𝐷)𝑚
selalu berada dalam batas aman. Pernyataan

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

31
m = Tetapan yang tergantung 2. R˃0 = Derajat hubungan antara dua
pada keadaan geologi antara variabel menunjukkan hal yang sejajar
titik ledak dan pengamatan atau paralel (Koefisien korelasi positif)
3. R=0 = Tidak ada hubungan sama
1.9. Analisis Regresi Linier Sederhana sekali antara dua variabel.
Analisis regresi linier sederhana Sedangkan koefisien determinasi
adalah hubungan secara linear antara satu (𝑅)2 menyatakan besar sumbangan
variabel independen (X) dengan variabel pengaruh variabel bebas X terhadap variabel
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui tak bebas Y. Sifat-sifat koefisien deteminasi
arah hubungan antara variabel independen merupakan besaran non negatif batasnya
dengan variabel dependen apakah positif adalah 0≤𝑅2 ≤1. Koefisien korelasi 𝑅 adalah
atau negatif dan untuk memprediksi nilai ukuran hubungan linier antara dua
dari variabel dependen apabila nilai variabel variabel/peubah acak X dan Y untuk
independen mengalami kenaikan atau mengukur sejauh mana titik-titik
penurunan. Data yang digunakan biasanya menggerombol sekitar sebuah garis. Untuk
berskala interval atau rasio. menentukan tingkat korelasi (Tabel I.1)
Rumus regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :
sebagi berikut:
Y = a + bX Tabel I.1. Pedoman Untuk Memberikan
Keterangan: Interpretasi Koefisien Korelasi
Y = Variabel dependen (nilai yang
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
diprediksikan)
X = Variabel independen 0.00-0.199 Sangat Rendah
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X
= 0) 0.20-0.399 Rendah
b = Koefisien regresi (nilai
peningkatan ataupun 0.4-0.599 Sedang
penurunan
0.6-0.799 Kuat
Alasan penggunaan analisis regresi
linier sederhana karena secara teori 0.8-1.0 Sangat Kuat
persamaan peak particle velocity : PPV = K
(𝑆𝐷)𝑚 , dapat diubah kedalam bentuk Y =
a+bX menjadi Log PPV = Log K + m Log 1.15. Standar Vibrasi Peledakan
(SD), sehingga : Baku tingkat getaran peledakan
Y = variabel tetap (Log PPV) tambang terbuka terhadap bangunan
X = Variabel peubah (Log SD) menggunakan peak vector sum sebagai
a = Konstanta pembandingnya. Peak vector sum adalah
b = Exponensial resultan dari PPV dari tiga jenis gelombang
yang di ukur dan peak vektor sum sering
1.10. Koefisien Korelasi dan Koefisien disebut dengan istilah PPV aktual karena
Determinasi fungsinya sebagai pembanding dalam
Koefisien korelasi (R) adalah suatu penentuan kecepatan partikel getaran tanah
angka yang menunjukkan tinggi rendahnya berdasarkan SNI 7571 : 2010 (Tabel I.2).
derajat antara dua variable atau lebih.
Koefisien korelasi besarnya sudah tertentu, Tabel I.2. Standar Ppv Berdasarkan
yaitu variasi antara -1 dan +1. Kelas Dan Jenis Bangunan
1. R˂0 = Derajat berhubungan antara dua PPV
Kelas Jenis Bangunan
variabel menunjukkan hal yang (mm/s)
berlawanan (Koefisien korelasi negatif). Bangunan kuno yang dilindungi
1 2
undang-undang benda cagar

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

32
budaya (Undang-undang No. 6 Jenis penelitian ini adalah penelitian
tahun 1992) kuantitatif. Pada penelitian ini akan
Bangunan dengan pondasi, menganalisis nilai Peak Particle Velocity
pasangan bata dan adukan (PPV) sebagai nilai getaran tanah yang
2 semen saja, termasuk bangunan 3 dikorelasikan dengan jumlah bahan peledak
dengan pondasi dan kayu dan dan jarak peledakan pada Lokasi Kerja PT.
lantainya diberi adukan semen Semen Baturaja tahun 2016. Alat utama
Bangunan dengan pondasi, yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pasangan bata dan adukan BlastMate III untuk mengukur nilai getaran
3 5 tanah. Selain itu juga digunakan GPS untuk
semen diikat dengan slope
beton menentukan jarak pengukuran antara lokasi
Bangunan dengan pondasi, peledakan dengan daerah terdampak.
pasangan bata dan adukan
4 7-20 2.2. Lokasi Penelitian
semen slope beton, kolom dan
rangka diikat dengan ring balok Penelitian ini dilaksanakan di Lokasi
Bangunan dengan pondasi, Kerja Quarry Batu Kapur PT. Semen
pasangan bata dan adukan Baturaja (Persero). Tempat pengukuran PPV
5 12-40 dilakukan pada lokasi pemukiman penduduk
semen, slope beton, kolom dan
diikat dengan rangka baja yang berbatasan langsung dengan lokasi
Sumber : SNI 7571:2010 penambangan batu kapur PT. Semen
Baturaja.
Sedangkan Kriteria Standar Getaran
di Indonesia berdasarkan dampak kerusakan 2.3. Pengambilan Data
KEPMEN Lingkungan Hidup No. 49/men Data yang terdapat dalam penelitian
LH/11/1996, tentang baku mutu tingkat ini terdiri dari :
getaran (Tabel I.3). 1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh
Tabel I.3. Baku Tingkat Getaran Kejut langsung dari pengamatan dan
PVS/PPV perhitungan dilapangan. Adapun data
Kelas Jenis Bangunan Maksimum primer yang akan diambil langsung
(mm/s) dilapangan antara lain :
Diperuntukan pada warisan a. Data peak particle velocity dari hasil
sejarah dan bangunan kuno pengukuran dengan menggunakan
1 2
yang mempunyai nilai sejarah Blastmate III.
yang tinggi b. Dokumentasi-dokumentasi kegiatan
Bangunan dan kerusakan peledakan
yang sudah ada, tampak 2. Data Sekunder
2 5
keretakan-keretakan pada Merupakan data yang diperoleh dari
tembok sumber bacaan, seperti majalah, jurnal
Bangunan untuk dalam ilmiah, buku dan data-data perusahaan.
kondisi teknis yang baik ada Adapun data primer yang akan diambil
3 10
kerusakan-kerusakan kecil langsung dilapangan antara lain :
seperti : plesteran yang retak a. Peta lokasi
Bangunan “kuat” (misalnya : b. Data perencanaan kegiatan
10-40
4 bangunan industri terbuat dan peledakan
beton atau baja) c. Spesifikasi bahan peledak
Sumber : KEP-49/MENLH: 11:1996
d. Sifat fisik batuan
e. Geometri Peledakan, meliputi :
2. Metode Penelitian
Burden, Spacing, Stemming,
kedalaman lubang ledak.
2.1. Jenis Penelitian

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

33
f. Jumlah bahan peledak yang
dibutuhkan 2.4. Pengolahan Data
g. Jarak antara lokasi peledakan Pengolahan data untuk menganalisis
dengan lokasi pengamatan. pengaruh jarak dan muatan lubang ledak
terhadap getaran hasil dari aktifitas
Teknik pengumpulan data yang peledakan yang telah dilakukan
dilakukan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan persamaan PVS = -0,1187SD
dengan cara : + 6,2026.
1. Observasi Lapangan
Merupakan pengamatan terhadap 2.5. Analisis Data
kondisi dan keadaan langsung yang ada Data yang diperoleh pada studi ini
dilapangan, khususnya pada kegiatan disajikan dalam bentuk Tabel dan Grafik
peledakan. Kegiatan ini sangat berguna selanjutnya dianalisis secara mendalam
sebagai langkah awal untuk memulai untuk mengetahui hubungan antar variabel
proses pengambilan data. tersebut. Dari hasil analisis ini diperoleh
2. Pengambilan Data Hasil Pengukuran hubungan antara Scale distance yang
Getaran meliputi faktor jarak peledakan dengan titik
Dilakukan pada areal pemukiman penelitian dan muatan bahan peledak per
disekitar areal tambang PT. Semen waktu tunda dengan getaran tanah yang
Baturaja. Alat yang digunakan dalam ditimbulkan dari aktivitas peledakan.
pengukuran getaran adalah BlastMate Apabila setelah dilakukan pengukuran
III ditemukan adanya getaran tanah yang
3. Pengambilan Data Jarak Pengukuran melebihi ketentuan yang telah ditetapkan,
Pengukuran jarak dilakukan antara maka akan dilakukan upaya Control
lokasi peledakan dengan areal Blasting.
pemukiman penduduk terdekat
dilakukan dengan menggunakan GPS. 3. Hasil Penelitian
4. Data Jumlah Muatan Per delay 3.1. Jenis Bangunan dan Jenis Kerusakan
Pendataan muatan bahan peledak Jenis perumahan yang terdapat di
dikelompokkan berdasarkan jumlaah sekitar lokasi tambang PT. Semen Baturaja,
bahan peledak yang terisi pada lubang khususnya di daerah Talang Jawa dan Pusar,
ledak yang meledak secara bersamaan. merupakan perumahan dengan pondasi
termasuk pondasi dengan kayu, pasangan
Pekerjaan yang dilakukan dalam bata, dinding bangunan ada yang di plaster
upaya pengambilan data-data tersebut, menggunakan adukan semen biasa namun
antara lain : ada juga yang tidak menggunakan plaster,
1. Pengamatan dan pencatatan langsung dan lantainya diberi adukan semen. Jika
dilapangan, meliputi pengamatan mengacu pada standar SNI 7571:2010
kondisi lokasi peledakan dan pengkuran Tentang Baku Tingkat Getaran Peledakan
kedalaman lubang ledak. Kegiatan Tambang Terbuka Terhadap
2. Melakukan wawancara langsung Bangunan, maka bangunan yang terdapat
dengan pihak-pihak yang berkompeten disekitar lokasi tambang PT. Semen
dalam kegiatan peledakan. Baturaja merupakan bangunan kelas 2.
3. Melakukan pengambilan data jumlah Warga disekitar lokasi tambang
muatan bahan peledakan secara meng-klaim bahwa rumah mereka retak-
keseluruhan dan berdasarkan waktu retak akibat dari aktivitas peledakan yang
delay. dilakukan oleh PT. Semen Baturaja. Jenis
4. Melakukan pengukuran tingkat getaran kerusakan rumah warga yaitu keretakan
tanah serta jarak lokasi peledaka pada dinding yang merupakan susunan
terhadap lokasi pengukuran getaran.

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

34
batubata maupun dinding yang sudah Untuk hasil pengukuran di Pusar telah
diplaster menggunakan adukan semen. dirangkum dalam sebuah tabel distribusi
frekuensi (Tabel III.2.).
3.2. Hasil Pengukuran Ground Vibration
Kegiatan pengukuran ground Tabel III.2. Distribusi Frekuensi Hasil
vibration dilakukan pada tanggal 19 Mei Pengukuran Di Pusar
2016 – 30 Juni 2016. Pengukuran ground Standar
Interval jumlah
vibration dilakukan di dua lokasi yaitu di PVS
PVS (mm/s) peledakan
talang jawa dan di belakang SMP 7 Pusar. (mm/s)
Besaran hasil pengukuran ground vibration 0.179 -0.878 3 20
sangat beragam mulai dari 0,180 mm/s 0.879-1.478 3 12
hingga 3,76 mm/s. 1,479-2.078 3 3
2.079-2.678 3 2
3.2.1. Hasil Pengukuran Di Talang Jawa 2.679-3.278 3 1
Kegiatan pengukuran ground 3.278-3.877 3 1
vibration di lokasi talang jawa dilakukan total 39
sebanyak 194 kali peledakan. Jumlah
pemakaian bahan peledak rata-rata yaitu 4. Pembahasan Hasil Penelitian
sebesar 92.4 Kg, dengan jarak rata rata 4.1. Analisis Data Pengukuran Ground
sebesar 411 m. Sedangkan rata-rata Peak Vibration
Vector Sum (PVS) yang dihasilkan yaitu Penyelidikan kerusakan pada
0.634 mm/s (Lampiran B). Untuk hasil bangunan atau rumah warga disekitar lokasi
pengukuran di Talang Jawa telah dirangkum tambang akibat ground vibration yang
dalam sebuah tabel distribusi frekuensi disebabkan oleh aktivitas peledakan lebih
(Tabel III.1.). baik melakukan pendekatan terhadap
kecepatan getaran tanah (Peak Particle
Tabel III.1. Distribusi Frekuensi Hasil Velocity) dibandingkan dengan pendekatan
Pengukuran Di Talang Jawa dengan acceleration atau displacement.
Standar Pada pembacaan ground vibration
Interval PVS jumlah
PVS menggunakan Blastmate III, terdapat tiga
(mm/s) peledakan
(mm/s) besaran Peak Particle Velocity (PPV) yaitu
PPV pergerakan gelombang Transveral,
0.171 - 0.560 3 120
Vertikal dan Longitudinal. Namun besaran
0.561 - 0.950 3 34
ground vibration yang paling berpengaruh
0.951 - 1.340 3 19
dalam melakukan pendekatan terhadap
1.341 - 1.730 3 10 kerusakan rumah warga yaitu pada
1.731 - 2.120 3 3 gelombang Vertical atau gelombang
2.121 - 2.510 3 5 permukaan (gelombang Rayleigh).
2.511 - 2.900 3 0 Gelombang permukaan dapat menimbulkan
2.901 - 3.290 3 3 gangguan yang berarti sepanjang permukaan
Jumlah 194 tanah. Tetapi, hasil pengukuran ground
vibration menunjukkan bahwa PPV pada
gelombang vertical merupakan nilai yang
4.3.2.2. Hasil Pengukuran di Desa Pusar paling rendah dibandingkan PPV
Pengukuran ground vibration dari gelombang lainnya. Rata-rata urutan besaran
peledakan di blok 53 dilakukan sebanyak 39 ground vibration (PPV) mulai dari yang
kali peledakan. Rata-rata jumlah pemakaian terbesar hingga yang terkecil yaitu pada
bahan peledak yaitu 64.73 Kg dengan jarak gelombang Longitudinal di ikuti gelombang
rata-rata 316 m, sedangkan PVS yang Transversal lalu yang terakhir adalah
ditimbulkan rata-rata sebesar 1.014 mm/s. gelombang Vertical (R-wave) (Lampiran

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

35
B).Oleh karena itu dilakukan pendekatan SD dan PVS adalah batu kapur di blok
terhadap PVS. 10,17A, dan 18A. Tingkat kekerasan batuan
SNI 7571:2010 menetapkan ground pada daerah tersebut yaitu sedang sampai
vibration maksimal yang ditimbulkan oleh keras dan kompak.
aktivitas peledakan terhadap bangunan Jumlah bahan peledak yang
warga khususnya warga Talang Jawa dan digunakan selama pengamatan dilapangan
Desa Pusar (Bangunan kelas 2 atau b) yaitu yaitu antara 30 kg – 135 kg, sedangkan jarak
dengan besaran Peak Vector Sum (PVS) pengukuran yang dipilih bervariasi yaitu
sebesar 3 – 5 mm/s dengan nilai PPV antara antara 230 m – 500 m. Dengan diketahui
3, 5 dan 7 tergantung dari frequensi dari jumlah bahan peledak dan jarak pengukuran
getaran tersebut (Gambar 4.1) terhadap lokasi peledakan maka dapat
diketahui nilai Scaled Distance. Nilai scaled
distance yang diambil yaitu pada rentang 22
– 60 karena pada saat scaled distance lebih
dari 60 menghasilkan getaran kurang dari
0.220 mm/s. Blastmate III Menunjukkan
hasil pengukuran getaran saat tidak ada
peledakan dengan nilai antara 0.180 – 0.220
mm/s sehingga getaran dengan nilai
dibawah atau sama dengan 0.220
menunjukkan bahwa sama dengan tidak
terjadi ground vibration. Berikut hasil
Gambar 4.1. Baku Tingkat Getaran pengukuran ground vibration dengan
Peledakan Pada Tambang Terbuka menggunakan alat Blastmate III (Tabel
Terhadap Bangunan IV.1.).

Berdasarkan hasil pengukuran Tabel IV.1. Hasil Pengukuran Ground


ground vibration yang dilakukan pada Vibration Peledakan Batu Kapur
jumla Peak Particle
tanggal 19 Mei 2016 hingga 30 Juni 2016 pel-
h jara
PVS PSPL Freq Velocity (mm/s)
handa k SD
menunjukkan bahwa besaran ground ke
k (m)
(mm/s) (dB) (Hz) Tra
ns
Ver
t
Lon
g
(Kg)
vibration yang mengarah di Talang Jawa 1 112 236 22,3 3,29 64,8 27
2,7
1,4 2,41
9
masih dibawah 3 mm/s atau dibawah standar 3,0
2 96 248 25,31 3,1 66,4 39 1,9 2,92
yang telah ditetapkan oleh SNI sehingga 5
1,2 0,6
ground vibration tersebut tidak berpotensi 3 122 398 36,03 1,92 68,1 23
7 35
1,14

menyebabkan kerusakan bangunan warga 4 112,5 386 36,39 1 54,3 20


0,8
89
0,7
62
0,88
9
talang jawa. Sedangkan pada pengukuran di 5 40 232 36,68 1,53 64,6 34
1,1 0,8
1,4
4 89
SMP 7 Pusar menunjukkan adanya nilai 0,2 0,2 0,25
6 96 365 37,25 0,381 62 >100
PVS sebesar 3,76 mm/s dengan frequensi 19 54 54 4
1,7 0,7 0,88
7 105 387 37,77 1,55 71,9 17
Hz. Berdasarkan standar SNI maka dengan 8 62 9
0,3 0,6 0,88
frequensi 19 Hz maksimal getaran yang 8 105 407 39,72 0,933 71,1 N/A
81 35 9
dapat berpotensi merusak bangunan yaitu 9 105 410 40,01 0,783 71,3 28
0,5
08
0,5
08
0,63
5
dengan PPV 5 mm/s sehingga ground 10 105 419 40,89 1,05 60,5 30
1,0 0,5 0,63
2 08 5
vibration sebesar 3,76 mm/s masih dibawah 0,3 0,2 0,38
11 30 250 45,64 0,475 61,5 39
standar dan tidak berpotensi menyebabkan 81 54 1
0,2 0,1 0,12
kerusakan bangunan warga desa Pusar. 12 96 460 46,95 0,284 67 N/A
54 27 7
0,2 0,2 0,38
13 84 438 47,79 0,475 57,4 30
54 54 1
4.2. Analisis Scaled Distance (SD) 14 96 469 47,87 0,18 66,9 >101
0,1 0,1 0,12
27 27 7
Terhadap Peak Vector Sum (PVS) 0,3 0,3 0,50
15 35 284 48 0,582 66,7 73
Lokasi peledakan yang dipilih untuk 81
0,1
81
0,1
8
0,12
16 112 510 48,19 0,22 66,7 >101
mencari dan menganalisis hubungan antara 27 27 7

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

36
jumla
pel-
h jara
PVS PSPL Freq
Peak Particle
Velocity (mm/s)
vibration dipengaruhi oleh scaled distance
handa k SD
ke
k (m)
(mm/s) (dB) (Hz) Tra Ver Lon sebesar 77,23 %, Koefisien determinasi
(Kg) ns t g
0,1 0,1 0,12
tersebut merupakan nilai yang bersifat kuat
17 96 479 48,89 0,22 66,9 >101
27 27 7 sehingga dapat menjadi acuan dalam
0,6 0,5 0,50
18 76 429 49,21 0,648 63,9 28
35 08 8 mengontrol ground vibration dengan
19 80 456 50,98 0,22 67,8 >100
0,1
27
0,1
27
0,12
7
mempertimbangkan jarak dan jumlah bahan
20 40 324 51,23 0,898 55 27
0,8 0,3 0,63 peledak yang akan digunakan.
89 81 5
0,2 0,1 0,12
21 42 447 68,97 0,284 68,5 >100
54 27 7
0,2 0,2 0,25
5. Kesimpulan
22 30 380 69,38 0,44 56,9 >100
54 54 4 Hasil penelitian ground vibration
0,1 0,1 0,12
23 40 538 85,07 0,22 67,1 >100
27 27 7 yang dilaksanakan di PT. Semen Baturaja
24 30 545 99,5 0,22 69 >100
0,1
27
0,1
27
0,12
7
(Persero), dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil pengukuran ground vibration
Hasil pengukuran ground vibration pada tanggal 19 Mei hingga 30 Juni
seperti pada Tabel IV.1. menunjukkan 2016 menunjukkan bahwa nilai PVS
bahwa terdapat beberapa data pengukuran terkecil yang diukur di Talang Jawa
pada saat scaled distance yang relative sama adalah 0,127 dan nilai PVS yang paling
memberikan hasil pengukuran satu dan yang besar 3,29 mm/s dengan PVS rata-rata
lainnya sangat berbeda seperti pada scaled 0.634 mm/s. Sedangkan nilai PVS
distance 36 m/kg0.5 menghasilkan getaran terkecil yang diukur di Desa Pusar yaitu
masing masing 1,92 mm/s dan 2,1 mm/s, hal 0,18 mm/s dan nilai PVS yang paling
ini wajar terjadi karena pada batuan tidak besar 3,76 mm/s dengan PVS rata-rata
ada yang homogen. Dari data scaled 1.014 mm/s.
distance dan PVS diatas dilakukan analisis 2. Mengacu pada standar SNI 7571:2010
dengan regresi linier (Gambar 4.1.). tentang baku tingkat getaran peledakan
terhadap bangunan kelas dua maka
y = -0.1187x + 6.2026
ground vibration yang ditimbulkan dari
4 kegiatan peledakan PT. Semen Baturaja
3.5 R² = 0.7723
(Persero), Tbk tidak berpotensi merusak
3
struktur pemukiman warga. Namun
PVS (mm/s)

2.5
2
pada final slope perlu selalu dilakukan
1.5 pemantauan mengingat jaraknya yang
1 dekat dengan lokasi peledakan, selain
0.5 itu struktur batuan yang ada mempunyai
0 banyak bidang perlapisan yang
0 20 40 60 merupakan bidang lemah.
Scale Distance (m/kg^0,5) 3. Hasil analisis regresi linier terhadap
data hasil pengukuran menunjukkan
bahwa 77,23 % Ground Vibration
GAMBAR 4.5 HUBUNGAN SD DAN PVS (PVS) dipengaruhi oleh Scaled
Pada analisis regresi linier di atas distance.
menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara SD dan PVS yaitu semakin besar nilai 6. Daftar Pustaka
scaled distance maka ground vibration yang Bender, Wesley L., 2007, Understanding
dihasilkan akan semakin kecil, dan Blast Vibration And Airblast, Their
sebaliknya (Persamaan 4.1). Couses, And Their Damage
PVS = -0,1187SD + 6,2026............. (4.1) Potential, Workshop of Golden West
Koefisien determinasi (R2) dari hasil analisis Chapter of The International Society
diatas yaitu sebesar 0,7723 yang of Explosive Engineers, USA.
menandakan bahwa besaran ground

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

37
BSN, 2010, Standar Nasional Indonesia Sriwijaya International Conference
Nomor 7571 Tentang Baku Tingkat on Engineering, Science and
Getaran Peledakan Pada Tambang Technologi (SICEST).
Terbuka Terhadap Bahan Bangunan, Puspitasari, Linda & Khumeaedi &
Badan Standarisasi Nasional (BSN), Supriyadi, 2012, Analisis Kecepatan
Jakarta. Gelombang Mekanik Kompresi P
Dowding, Charles H., 1984, Effects of (VP) Pada Batuan Sedimen Dengan
Repeated Blasting on a Wood Frame Memanfaatkan Science Workshop
House, Office of Surface Mining 750 Interface, Unnes Physics Journal
Reclamation and Enforcement, USA. Vol. 1 No. 1, Semarang.
Fahlevi, Rendy & Sulistianto, Budi & Rizky, Muhammad & Toha, M. Taufik &
Husni, Bustanil., 2012, Perangkat Sudarmono, Djuki, 2016, Kontrol
Lunak Analisis Getaran Tanah Vibrasi Tanah Pada Operasi
Akibat Peledakan, Jurnal Teknologi Peledakan Overburden Dengan
Mineral (JTM) Vol. XIX No. 2, Menggunakan Metode Signature
Bandung. Hole, Sriwijaya International
Kementerian Lingkungan Hidup, 1996, Conference on Engineering, Science
Keputusan Menteri Lingkungan and Technologi (SICEST).
Hidup Nomor 49 Tentang Baku Rudini, 2012, Analisis Ground Vibration
Tingkat Getaran, Departemen Pada Peledakan Overburden Di
Lingkungan Hidup, Jakarta. Panel 4 Pit J PT. Kaltim Prima Coal,
Koesnaryo, S., 2012, Beberapa Penyelidikan Sangatta, Kalimantan Timur, Jurnal
Geomekanika Yang Mudah Untuk Teknologi Pertambangan, UPN,
Mendukung Rancangan Peledakan, Yogyakarta.
Prosiding Simposium dan Seminar Simangunsong, Ganda M. & Rajagukguk,
Geomekanika Ke-1, Jakarta. L.L., 2009, Perkiraan Getaran
Konya, CJ, 1995, Blast Design, Tanah Akibat Peledakan
Intercontinental Development, Menggunakan Sistem Kecerdasan
Montville, Ohio, USA. Jaringan Syaraf (Artificial Neural
Maryura, Rizki & Toha, M Taufik & Network), Prosiding Temu Profesi
Sudarmono, Djuki., 2014, Kajian Tahunan (TPT) XVIII PERHAPI,
Pengurangan Tingkat Getaran Jakarta.
Tanah (Ground Vibration Level) Simbolon, Aljon A M & Yani, Muhammad
Pada Operasi Peledakan & Irzaman, 20015, Dampak
Interburden B2-C Tambang Kegiatan Peledakan Pertambangan
Batubara Air Laya PT. Bukit Asam Andesit Terhadap Lingkungan
(Persero), Tbk Tanjung Enim, Jurnal Pemukiman Di Gunung Sudamanik
Ilmu Teknik FT UNSRI, Vol. 2 No. Kecamatan Cigudek Kabupaten
1., Palembang. Bogor, Jurnal Manusia Dan
Matondang, Zulkifi, 2012, Perhitungan Uji Lingkungan Vol. 2 No. 2, Bogor.
Linieritas dan Keberartian Yasman, Wahyudi & Hakim, Lukman &
Persamaan Regresi. Materi Statistik Turupadang, Welly., 2014, Studi
Online, Diunduh tanggal 23 Agustus Pengaruh Getaran Tanah akibat
2015. Peledakan Terhadap Kestabilan
http://www.zulkiflimatondang.com/ Lereng Lowwall Pit E Tambang
Noviansyah, M. Roni & Toha, M. Taufik & Binungan PT. Berau Coal. Prosiding
Bochori, 2016, Rancangan Sistem Temu Profesi Tahunan (TPT) XXIII
Waktu Tunda Peledakan Nonel PERHAPI, Makasar, Sulawesi
Untuk Mengurangi Efek Getaran Selatan.
Tanah Terhadap Fasilitas Tambang,

Corresponding Author : roby.cahyadi@pap.ac.id

38

Anda mungkin juga menyukai