Anda di halaman 1dari 12

MODUL I

BESARAN, SATUAN, DAN MATEMATIKA


PENDAHULUAN

1.1. Besaran dan Sistem Pengukuran


Besaran (quantity) merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam konsep dasar
fisika. Besaran dapat didefinisikan sebagai sesuatu/hal yang secara konsep memiliki
harga/nilai. Sebagai contoh kita menyebut umur si A 25 tahun, atau tinggi badan si B
1,70 m. Umur dan tinggi merupakan dua contoh besaran. Besaran dapat
dikelompokkan atas 2 (dua) besaran yakni pokok (dasar) dan besaran turunan. Dalam
fisika, terdapat 7 besaran pokok (primary quantity) dan 2 besaran tambahan. Untuk
besaran pokok meliputi panjang, massa, waktu, temperatur, arus listrik, kuat cahaya,
dan jumlah molekul zat, Sedangkan besaran turunan (derived quantity) adalah
besaran yang diturunkan dari besaran pokok seperti volume, luas kecepatan,
percepatan, gaya, dll.

1.2. Ketidakpastian Pengukuran dan Angka Signifikan


Ketepatan pengukuran merupakan bagian penting dari fisika. Akan tetapi, tidak ada
pengukuran yang secara mutlak tepat, pasti selalu terdapat ketidakpastian dalam
setiap pengukuran. Hasil dari suatu pengukuran yang kita lakukan mungkin lebih
besar atau kecil daripada yang kita catat. Oleh karena itu, pemberian hasil dari suatu
pengukuran harus disertai dengan estimasi ketidakpastian (estimated uncertainty).
Misalkan lebar papan tulis ditulis 5.2 ± 0.1 cm. Angka 0.1 cm menyatakan estimasi
ketidakpastian dalam pengukuran. Pada umumnya estimasi ketidakpastian
berhubungan dengan nilai skala terkecil alat ukur, dalam hal ini papan diukur
menggunakan mistar). Angka-angka di dalam suatu bilangan yang turut
mempengaruhi hasil-hasil perhitungan dikenal sebagai angka signifikan.
Hasil perkalian, pembagian, pengurangan, dan penjumlahan dua bilangan atau lebih
hendaknya ditulis dalam jumlah angka yang signifikan terkecil dari bilangan induk.

1
Bilangan induk hendaknya dalam keadaannya yang semula (tidak mengurangi angka
signifikan) pada saat mengalami operasi matematik.

1.3. Sistem Satuan dan Dimensi


1.3.1. Sistem Satuan
Pada mulanya satuan pengukuran hanya dinyatakan dengan perasaan atau organ
tubuh manusia, misalnya depah atau langkah kaki untuk alat atau satuan pengukuran
panjang. Sebenarnya metode pengukuran ini masih sering digunakan di daerah
pedalaman di seluruh dunia. Akan tetapi, dalam ranah ilmiah di hampir semua
negara, Sistem Satuan Internasional (SI) telah umum digunakan. Sistem ini
didasarkan pada sistem MKS (meter, kilogram, second) yang menggantikan sistem
CGS (centimeter, gram, second).

1.3.2. Dimensi
Dimensi dari satuan besaran fisis adalah cara menyatakan suatu besaran fisis yang
tersusun dari besaran dasar (besaran pokok). Persamaan matematis yang
menghubungkan besaran-besaran fisis harus memenuhi prinsip kehomogenan
dimensi. Sedangkan besaran dasar adalah besaran yang dimensinya ditentukan secara
defenisi seperti pada tabel berikut:

Tabel 1.1a Besaran dasar dan Satuan Fundamental SI


No Besaran Dasar Satuan Lambang Simbol Dimensi
1 Panjang meter m [L]
2 Massa kilogram kg [M]
3 Waktu sekon s [T]
4 Arus Listrik ampere A [I]
5 Suhu kelvin K []
6 Jumlah Zat mole mol [N]
7 Int. Cahaya kandela cd [J]
Besaran Tambahan
8 Sudut Datar radian rad
9 Sudut Ruang steradian sr

2
Tabel 1.1b Besaran Turunan dan Satuan Fundamental SI
BESARAN
NO RUMUS DIMENSI SATUAN
TURUNAN
2
1. Luas Panjang x Lebar [L][L]=[L] m2
2. Volume Panjang x Lebar x Tinggi [L][L][L]=[L]3 m3
3. Massa Jenis Massa / Volume [M]/[L]3= [M][L]-3 kg.m-3
4. Kecepatan Jarak / Waktu [L]/[T]=[L][T]-1 m.s-1
5. Percepatan Kecepatan / Waktu [L][T]-1/[T]=[L][T]-2 m.s-2
6. Gaya Massa x Percepatan [M][L][T]-2 kg.m.s-2
7. Usaha Gaya x Jarak [M][L][T]-2[L]=[M][L]2[T]-2 Newton (N)
8. Energi Massa x (Kecepatan)2 [M]([L][T]-1)2=[M][L]2[T]-2 Joule (J)
9. Tekanan Gaya / Luas [M][L][T]-2/[L]2 =[M][L]-1[T]-2 Pascal (Pa)
10. Daya Usaha / Waktu [M][L]2[T]-2/[T]= [M][L]2[T]-3 Watt (W)
11. Impuls & Gaya x Waktu [M][L][T]-2[T]= [M][L][T]-1 N.s
Momentum

Setiap nilai/angka yang terlalu kecil atau terlalu besar dapat disingkat dengan
lambing dan nilai tertentu seperti terlihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Awalan untuk satuan SI

Faktor Awalan Lambang Faktor awalan Lambang


18 -3
10 eksa E 10 milli m
1015 peta P 10-6 mikro 
1012 tera T 10-9 nano n
109 giga G 10-12 piko p
106 mega M 10-15 femto f
103 kilo K 10-18 atto a

1.4. Fungsi
Hubungan matematis dari fungsi biasanya ditulis:
y = f(x)

Tabel 1.3 Beberapa fungsi dan bentuk grafiknya

Fungsi Bentuk Grafik


Linier : y
y=a+bx a
x
Eksponensial :
y
x
y=ae
a
x

3
Logaritmik : y
y = ln x

x
Trigonometrik :
y
y = sin x 1 sin x
y = cos x x

-1 Cos x

1.5. Differensiasi
“Differensial” atau sering diterjemahkan sebagai “turunan” suatu fungsi
didefinisikan sebagai “laju perubahan suatu peubah / variabel terhadap peubah lain”
atau “laju perubahan fungsi terhadap perubah bebasnya”.

garis singgung
y
x
a

0 x x+Δx x

Gambar 1.1 Skema grafik proses differensiasi

Misalkan pada suatu fungsi y = f(x), maka defenisi turunan adalah


y lim f x  x   f x  dy
  (1.1)
x x  0 x dx
Persamaan garis singgung pada Gambar 1.1 (garis lurus) diberikan oleh :
y  f x   a  bx (1.2)
lim f x  x   f x 
 y'  f ' x  
dy
b (1.3)
dx x  0 x
= gradien arah garis lurus (garis singgung kurva).

4
Tabel 1.4 Beberapa Rumus Diferensiasi

f(x) F(x) = df(x)/dx Dalil f(x) F(x) = df(x)/dx Dalil


(df/dg)(dg/dx),
C (konstan) 0 1 f(g(x)) 6
dalil rantai
n xn-1, n adalah cos x ; f’(x)
Xn 2 sin x ; sin f(x) 7
konstanta cos f(x)
a f’(x), a adalah -sin x ; -f(x)
a f(x) 3 cos x ; cos f(x) 8
konstanta sin f(x)
1/x ; 1/f(x)
f(x) + g(x) f’(x) + g’(x) 4 ln x; ln f(x) 9
f’(x)
f(x) . g(x) f’(x)g(x) + f(x)g’(x) 5 ex ; ef(x) e ; f’(x) ef(x)
x
10

1.6. Integrasi
Secara fisis, differensiasi berarti memperkecil atau menurunkan dimensi/orde dan
sebaliknya integrasi memperbesar/menaikkan orde kebergantungan besaran turunan
terhadap besaran dasar. Secara operasi matematis, integrasi bisa berarti penjumlahan,
mencari luas di bawah kurva, atau mencari fungsi turunan yang diberikan.
Jika kita mempunyai fungsi turunan df(x)/dx = f(x) maka untuk mencari fungsi asal
F(x) dilakukan integrasi, yaitu :

 f x dx  Fx   C (1.4)

Integral semacam ini disebut ”integral tidak tentu”, dimana C mempunyai harga
sembarang dan bisa disebut konstanta integrasi. Jika harga F(x) diketahui untuk
harga x tertentu, harga konstanta C dapat ditentukan. Jika pada integral diberi batas
atas (misalnya x = b) dan batas bawah (misalnya x = a), maka

b
xb
 f x dx  Fx 
a
xa
 Fb   Fa  (1.5)

Integral berbentuk rumus disebut ”integral tentu”

5
Tabel 1.5 Beberapa integral tidak tentu (a,b,C = konstan)

 f ( x )dx  F( x)  C Dalil  f ( x )dx  F( x)  C Dalil


n+1
(1/(n+1))x + C,
 x dx  e dx
n x
11 ex + C 17
n  -1
1
 x dx a e
bx
ln (x) + C 12 dx (a/b) ebx + C 18

 cos x dx sin x + C 13  a f(x) dx a  f(x) dx 19

 cos (ax) dx (1/a) sin (ax) + C 14  [g(x) + f(x)] dx  g(x) dx + f(x) dx 20

 sin x dx -cos x + C 15  u(x) dv(x) uv   v du 21

 sin (ax) dx -(1/a) cos (ax) + C 16

Tabel 1.6 Beberapa sifat integral tentu

Jenis Kesamaan Dalil Keterangan


a
a f(x) dx 0 22 Integral keliling
b a
a f(x) dx   f(x) dx
b
23 Integral batas balik
b c c
a f(x) dx + a f(x) dx a f(x) dx 24 Integral batas bersambung

1.7. Vektor Operator


Besaran-besaran yang memerlukan informasi arah disebut besaran vektor, antara
lain: kecepatan, pergeseran, gaya, percepatan dan momentum. Sedangkan besaran-
besaran yang tidak memerlukan informasi arah disebut besaran skalar, antara lain :
massa, temperatur dan kerapatan. Penjumlahan, pengurangan dan perkalian besaran-
besaran vektor sangat dipengaruhi oleh arah dari masing-masing besaran vektor
tersebut. Umumnya besaran vektor ditulis dengan menggunakan simbol yang
bergaris panah di atasnya atau ditulis dengan menggunakan simbol huruf tebal, dan
digambarkan secara grafis dengan garis berpanah. Arah panah menyatakan arah
vektor.
Dalam sistim koordinat kartesian tiga dimensi, suatu vektor dapat diuraikan
dalam tiga komponen. Vektor satuan i, j dan k didefinisikan sebagai vektor yang
mempunyai besar sama dengan satu dan arah sejajar dengan sumbu x, y dan z
berturut-turut. Suatu vektor A dapat diuraikan sebagai

6

A  A x î  A y ĵ  A z k̂ (1.6)

dengan Ax, Ay dan Az masing-masing komponen vektor A dalam arah x, y dan z.


Besar vektor A ditulis dengan A atau A (tanpa garis panah di atasnya) dan bila

komponen-komponen kartesian diketahui maka A diberikan berdasarkan



A  A  A 2x  A 2y  A 2z (1.7)

z

k 
j
 y
i
x

Gambar 1.2 Komponen Vektor

1.7.1. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor


Jika dua buah vektor masing-masing A dan B dijumlahkan maka menghasilkan
sebuah vektor resultan C.
  
C AB (1.8)
2 2 2  
C  A  B  2 A B cos (1.9)
    
CABBA (1.10)
2 2 2  
C  A  B  2 A B cos (1.11)

Pengurangan dua buah vektor didefinisikan sebagai :


   
A  B  A   B
(1.12)
1.7.2. Perkalian Vektor
Operasi perkalian vektor ada dua macam. Yang pertama adalah ”perkalian titik”,
diberi tanda ”  ” antara dua vektor, hasilnya adalah skalar.
 
A  B  A B cos  AB cos (1.13)

dengan  adalah sudut antara vektor A dan B.

Jika komponen-komponen kartesian dari A dan B diketahui, maka:

7
 
  
A  B  A x î  A y ĵ  A z k̂  B x î  B y ĵ  B z k̂  A x B x  A y B y  A z B z (1.14)

dengan: î  î  ĵ  ĵ  k̂  k̂  1 ; î  ĵ  ĵ  k̂  î  k̂  0
karena ketiga vektor satuan saling tegak lurus.
Operasi perkalian vektor yang kedua adalah”perkalian silang”, diberi tanda”x” antara
dua vektor, hasilnya adalah vektor
   
A  B  A B sin  ê  AB sin  ê (1.15)

dengan  adalah sudut antara vektor A dan B.


Jika diuraikan dalam komponen-komponen kartesian :
 
 
A  B  A x î  A y ĵ  A z k̂  B x î  B y ĵ  Bz k̂ 
  
 A y B z  A z B y î  A z B x  A x B z ĵ  A x B y  A y B x ẑ  (1.16)

dengan : i x j = -j x i = k ; j x k = -k x j = i ; k x i = -i x k = j
Arah vektor A x B senantiasa tegak lurus dengan luasan yang dibentuk oleh
perkalian silang tersebut.

8
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam eksakta (Natural
Sciences). Berbeda dengan awal masa sejarah dan masa pertengahan, kajian fisika
pada masa kini bertumpu pada metoda ilmiah dan tidak lagi sekedar berdasar pada
filsafat murni, yakni misalnya dengan pertanyaan dari mana, untuk apa, mengapa
begini dan bukan begitu dan seterusnya. Hingga pada abad ke 18 ilmu fisika meliputi
ilmu alam yang wilayah cakupannya lebih luas daripada apa yang ada sekarang;
yakni meliputi bidang astronomi, astrologi, biologi, kesehatan, meteorologi dan
bidang lainnya. Sedangkan kini bidang kajian fisika semakin menyempit, seperti
bidang mekanika, balistik dan optika geometri yang telah mulai dipelajari secara
intensif dalam bidang matematika. Fisika meneliti dan mengkaji fenomena alam
tidak hidup. Bidang ini membatasi dirinya pada proses yang dapat diamati dan dapat
dihasilkan ulang, serta menganalisisnya melalui sekumpulan istilah, seperti panjang,
waktu, massa, muatan listrik dan medan magnet.

Dalam fisika klasik, kecepatan pertikel yang diteliti dianggap sangat kecil dibanding
kecepatan cahaya, dan selain itu besaran aksi dan energinya sangat besar dibanding
bilangan kuantum Planck. Awal sejarah fisika modern secara umum ditandai pada
tahun 1900 saat Max Planck mempublikasikan teori kuantumnya. Teori kuntum ini
tidak dilukiskan secara konkrit. Interpretasi naif dari ruang dan waktu tidak lagi
berlaku. Wilayah kajian fisika modern meliputi mekanika kuantum, teori relatifitas,
fisika atom, fisika inti dan fisika partikel elementer serta optika elektron.

Peningkatan kuantitas pengetahuan fisika selama 20 tahun terakhir telah


mengakibatkan pertambahan jumlah bidang dalam fisika. Meski hukum Newton
terdapat pada seluruh bidang fisika dan membuat formulasi dalam beberapa bidang,
hal itu tidak mungkin lagi dilakukan kini. Ada dua fisikawan yang berperan penting
dalam pengembangan pilar utama fisika yaitu Galileo Galilei (1564-1642) sebagai
pendiri fisika eksperimental modern dan Isaac Newton (1643-1727) yang
mengembangkan pemodelan dalam fisika dengan bantuan matematika.

9
B. Ruang Lingkup
Dalam modul ini akan dipelajari tentang sistem pengukuran, besaran, satuan,
dimensi, fungsi, differensial, integral, dan vektor. Yang paling penting dalam
pembahasan modul ini adalah bagaimana mengetahui dimensi suatu besaran dengan
analisis satuan serta bagaimana menyelesaikan persamaan dasar matematika dalam
fisika.

C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul pertama dari beberapa modul dalam matakuliah Fisika
Dasar dan dilaksanakan pada pertemuan pertama. Modul ini adalah dasar untuk
penyelesaian berbagai permasalahan dalam modul berikutnya, terutama penggunaan
satuan yang tepat pada setiap besaran yang dipelajari.

D. Sasaran Modul
Setelah menyelesaikan modul ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan besaran dasar dan besaran turun serta dimensi masing-masing.
2. Menyelesaikan problem set fungsi dasar matematika dalam fisika.

BAB II PEMBELAJARAN

A. Kompetensi Pembelajaran
Kompetensi Utama : Mampu memahami konsep basic sains, khususnya
bidang studi fisika serta aplikasi dan terapannya dalam
bidang studi di Fakultas masing-masing
Kompetensi Pendukung : Mampu berkomunikasi, beradaptasi dan bekerjasama
dalam pengembangan ilmu di bidang masing-masing
Kompetensi lainnya : Mampu mengembangkan diri berdasarkan prinsip
budaya bahari serta menjunjung tinggi norma tata nilai
moral, agama, etika dengan rasa tanggung jawab.

B. Model Pembelajaran
Matakuliah : Fisika Dasar I
Pendekatan SCL : Small Group and Collaboration

10
C. Tugas Mahasiswa
I. Tugas di kelas
1. Hitunglah, ada berapa kilometer dalam 20 mil, hanya dengan menggunakan
faktor konversi berikut: 1 mil = 5280 kaki, 1 kaki = 12 inchi, 1 inchi = 2,54 cm,
1 meter = 100 cm, dan 1 km = 1000 meter
2. Tentukan dimensi dari besaran berikut berdasarkan analisis satuan!
a. Daya per luas b. Energi per volume c. Kalor per penjang
3. Sebuah grafik memiliki persamaan y = 3 cos2 2x + 5x2 – 1. Buat grafik tersebut!
4. Selesaikan turunan dan integral persamaan pada no (3)!
 
5. Diketahui tiga buah vektor masing-masing A  2î  3k̂ dan B  4 ĵ  2k̂ , dan

C  î  ĵ  k̂ , tentukanlah:
a. Buat kombinasi untuk penjumlahan ketiga vektor tersebut!
b. Buat kombinasi untuk pengurangan ketiga vektor tersebut!

D. Proses Pembelajaran
1. Mahasiswa peserta matakuliah ini dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
2. Mencari dimensi dan satuan dari suatu pengukuran, menyelesaikan soal
persamaan, integral, diferensial, dan vektor
3. Salah satu wakil dari setiap kelompok memaparkan tugas yang diselesaikan,
kemudian ditanggapi dan dikoreksi oleh kelompok lain

E. Strategi Pembelajaran
1. Tatap muka (kuliah)
2. Diskusi kelompok tanpa tutor
3. Diskusi kelompok dengan tutor
4. Aktivitas pembelajaran individual menggunakan sumber-sumber belajar lainnya

F. Kriteria Penilaian
1. Mampu membedakan dimensi satuan dasar dan satuan turunan
2. Mampu menjawab dengan benar 5 soal

11
BAB III PENUTUP
Setelah menyelesaikan modul ini, anda berhak mengikuti tes evaluasi untuk uji
kompetensi yang telah anda pelajari. Apabila anda telah mempelajari dan memahami
modul ini hingga dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evaluasi, maka
anda berhak mendapatkan apresiasi sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Apabila anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil
yang berupa nilai dari fasilitator dapat dijadikan sebagai bahan rujukan sebagai
penentu standar kelulusan mata kuliah Fisika Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

TIM Dosen Fisika-FMIPA, Fisika Dasar 1, Edisi Pertama, Makassar 2010

Halliday, D. and Resnick,R.,1992 ; Fisika (terjemahan oleh Pantur Silaban dan


Erwin Sucipto), Jilid I, Edisi ke 3, Erlangga, Jakarta.

Young, H.D and Freedman, R.A., 2002: Fisika Universitas (terjemahan oleh Endang
Juliastuti), Jilid I dan II, Edisi ke-10, Erlangga, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai