[ISI]
TATAP MUKA 7
MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar dalam
perkuliahan kalkulus ini menggunakan buku ajar dan slide presentasi. Buku ajar berguna
untuk menunjang penjelasan dosen mengenai suatu materi tertentu. Selama perkuliahan
daring atau online, maka perkuliahan dilaksanakan menggunakan google classroom.
JUDUL
Pada pertemuan ketujuh perkuliahan ini akan membahas lanjutan materi sebelumnya.
Materi yang dibahas yaitu mengenai limit dan kekontinuan fungsi komposisi dan kekontinuan
fungsi invers. Dalam pertemuan ini juga akan dibahas menenai limit tak hingga. Adapun limit
tak hingga ini akan membahas mengenai pengertian limit tak hingga, limt di tak hingga dan
limit tak hingga di tak hingga.
URAIAN MATERI
1. Limit dan kekontinuan fungsi komposisi
Kita mengetahui bahwa sifat komposisi dua fungsi kontinu juga merupakan fungsi
kontinu. Konsep kekontinuan ÝF Ü, dapat dibuktikan sifat yang menyatakan bahwa
jika fungsi f dan g kontinu sehinggan fungsi C K Bterdefinisi, maka fungsi C K Bjuga
kontinu. Berdasarkan teorema ini semua fungsi elementer yang pernah kita pelajari
akan kontinu pada daerah asalnya karena fungsinya selalu merupakan komposisi dari
sejumlah berhingga fungsi kontinu. Sifat ini kita nyatakan secara formal dalam teorema
berikut.
1. Jika fungsi f dan g memenuhi 4Ù C &Ú, f kontinu di ? Ð &Ù á@= J Ckontinu di B :
?; Ð &Ú, maka fungsi C K Bdikontinu di c.
2. Jika fungsi f dan g memenuhi 4Ù C &Ú, f kontinu pada &Ú dan g kontinu pada &Ú,
maka fungsi C K Bkontinu pada &Ù.
Teorema yan terakhir dapat digunakan untuk menghitung limit fungsi komposisi. Pada
teorema pertama, kekontinuan fungsi C K Bmenghasilkan Ž ‹ ë•\ Ö: C K B; : T; L : C K B;
: ?; atau Ž ‹ ë•\ Ö CkB: T; o L C kB: ?; o L C : Ž ‹ ë•\ Ö B: T; ; äDengan demikian
kekontinuan fungsi komposisi menghasilkan sifat berikutnya.
Teorema :
Jika Ž ‹ ë•\ Ö B: T; L . dan fungsi g kontinu di L, maka Ž ‹ ë•\ Ö C kB: T; o L C : . ; ä
Ilustrasi :
Dengan menggunakan teorema diatas, karena fungsi U L ¾T kontinu untuk setiap
T R r maka, Ž ‹ ë•\ 6 ¾s E uT6 L ¥ Ž ‹ ë•\ 6 : s E uT6 ; = ¾s E s t= 13.
Contoh :
Tunjukkan fungsi B : T; L ë? 5
8? ¾ë. ? = kontinu pada daerah asalnya ?
Jawab :
H dapat kita tuliskan sebagai komposisi dari tiga fungsi yang kontinu, yaitu : D: T; L
: GK HK I ; : T; L G @HkI : T; oA@A J C =IJ : T; L T6 F { áH: T; L ¾T @= J G: T; L
vF
TäKarena fungsim kontinu pada &Ùá Hkontinu di setiap I : T; R r dan k kontinu pada
R, maka fungsi komposisi D L GK HK I kontinu pada &Ù. Selanjutnya kekontinuan fungs
g dan h pada &Ùmengakibatkan fungsi f juga kontinu pada &Ùä
Jika kita mempunai sebuah fungsi kontinu yang daerah asalnya berbentuk selang, maka
daerah nilainya juga akan berbentuk selang. Kemudian jika fungsi tersebut terinverskan
(mempunyai invers), maka inversnya juga akan merupakan fungsi kontinu pada selang
daerah nilainya. Syarat sebuah fungsi mempunyai invers adalah satu-satu yang dijamin
bilamana fungsi tersebut monoton. Kemonotonan fungsi pada suatu selang dapat dilihat
dengan membandingkannilainya disetiap titik pada selang itu. Secara intuitif, sebuah fungsi
yang nilainya semakin besar adalah monoton naik. Sedangkan sebuah fungsi yang nilainya
semakin kecil adalah monoton turun. Selain itu, dikenal fungsi yang monoton tak turun dan
monoton tak naik. Secara formal, kemonotonan fungsi pafa suatu selang didefenisikan
sebagai berikut :
b) F » áF E G. P= r @= J C : T; \ r @= N E= ND=> = SD=
c) E» áF E G. O= r @= J C : T; \ r @= N E= ND=> = SD=
d) F » áF E G. O= r @= J C : T; \ r @= N E= ND== P = O
Perlu dingat bahwa g (x) 0 dari ara atas maksudnya g(x) menuju 0 dari nilai g(x) positif.
Dan g(x) 0 dari arah bawah maksudnya g(x) menuju 0 dari nilai g(x) negatif.
Contoh :
Hitunglah nilai dari limit Ž ‹ ë•\ 57 ë. > 5
ë? 5
Jawab :
Ž ‹ ë•\ 57 T6 E s L t P r g(x) = x – 1 akan menuju 0 dari arah bawah, karena x1 . dari kiri
ë >5
berarti x lebih kecil dari 1, akibatnya x-1 akan bernilai negatif. Sehingga Ž ‹ ë•\ 57 LF»
ë? 5
2. limit ketika T \ F »
Misalkan f terdefenisi pada (- », a ? untuk beberapa bilangan a. kita mengatakan
Ž ‹ ë•\ ¶ B : T; L . jika untuk setiap Ý> 0 adalah bilangan M sedemikian sehingga jika x
< M maka B : T; F . O Ý.
Contoh :
Buktikan bahwa : Ž ‹ ë•\ ¶ ë. ë> 5 L r
Jawab :
Kita bagi pembilang dan penyebut dengan x berpangkat tertinggi yang muncul
dipenyebut, yaitu T6, maka ;
s
Ž‹• T s
T Ž‹ r
L Ž ‹• • ë\ ¶ L L r
LT s
ë\ ¶ T6 E s ë\ ¶ s Ž ‹ •s E Ž ‹ • sEr
sE
T6 ë\ ¶ ë\ ¶ T6
3. limit suatu barisan
Misalkan 5á terdefenisi untuk semua bilangan asli lebih dari atau sama dengan
beberapa bilangan a. kita mengatakan bahwa Ž ‹ á•\ ¶ Oá L . jika untuk setiap Ý> 0 ada
bilangan asli M sedemikian sehingga, jika n > M maka Oá F . O Ý.
Nilai fungsi f(x) tidak selalu mendekati bilangan tertentu, ketika x semakin besar maka bisa
saja nilai f (x) justru semakin besar dan terus bertambah besarr tanpa batas. Untuk kasus
seperti ini, kita tulis : Ž ‹ ë•\ ¶ B: T; L » artinya jika nilai x semakin besar tanpa batas, maka
nilai f(x) juga semakin besar tanpa batas. Limit seperti ini disebut dengan limit tak hingga di
tak hingga.
Contoh :
Tentukan ž\ ¶ žÛ
Jawab :
Misalkan f (x) = T6
Jika,
x = 1 f(x) = 1
x = 10 f(x) = 100
x = 100 f(x) = 10000
.........
Seperti yang kita lihat ketika x semakin besar nilai T6 juga semakin besar, namu tidak
mendekati suatu bilangan unik tertentu, melainkan terus bertambah besar tanpa batas. Kita
ambil kesimpulan bahwa Ž ‹ ë•\ ¶ T6 L ».
RANGKUMAN
1. Konsep kekontinuan ÝF Ü, dapat dibuktikan sifat yang menyatakan bahwa
jika fungsi f dan g kontinu sehinggan fungsi C K B terdefinisi, maka fungsi C K B juga
kontinu.
2. Syarat sebuah fungsi mempunyai invers adalah satu-satu yang dijamin bilamana
fungsi tersebut monoton. Kemonotonan fungsi pada suatu selang dapat dilihat
dengan membandingkannilainya disetiap titik pada selang itu. Secara intuitif, sebuah
fungsi yang nilainya semakin besar adalah monoton naik. Sedangkan sebuah fungsi
yang nilainya semakin kecil adalah monoton turun.
3. Misalkan Ž ‹ ë•\ Ô B: T; L . M r dan Ž ‹ ë•\ Ô C: T; L r maka Ž ‹ ë•\ Ô Ù: Ú:
ë;
=
ë;
E» áF E G. P= r @= J C : T; \ r @= N E= ND== P = O
F » áF E G. P= r @= J C : T; \ r @= N E= ND=> = SD=
E» áF E G. O= r @= J C : T; \ r @= N E= ND=> = SD=
F » áF E G. O= r @= J C : T; \ r @= N E= ND== P =3 O
4. Misalkan 5á terdefenisi untuk semua bilangan asli lebih dari atau sama dengan
beberapa bilangan a. kita mengatakan bahwa Ž ‹ á•\ ¶ Oá L . jika untuk setiap Ý>
0 ada bilangan asli M sedemikian sehingga, jika n > M maka Oá F . O Ý.
LATIHAN/TUGAS/LUARAN
[DAFTAR PUSTAKA]
Martono Dan Koko. 1999. Kalkulus Geometri Analitik. Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta