Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN GIZI KEDARURATAN

READY TO USE FOOD BERDASARKAN BAHAN BAKU LOKAL DI DAERAH


BENCANA

Indriani Nurfadilah 1805025


Nurul Aziizah 1805025255
Selvi Oktavianti 18050252
Reyza Amalia 1805025288
Rilla Rifatul H. 1805025289
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar yang ada di dunia
dan terdiri dari beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil. Letak geografisnya yang
berada pada jalur patahan lempeng kerak dunia yaitu lempeng Indo-Australia bagian
sselatan, Eurasia bagian utara dan lempeng Pasifik bagian timur, menyebabkan
Indonesia rawan akan ancaman bencana alam. Selain itu, Indonesia juga berada pada
jalur rangkaian gunung api aktif di dunia yang setiap saat dapat meletus dan
meningkatkan intensitas bencana alam yang tinggi.

Bencana alam yang sering terjadi akan menyebabkan rusaknya sarana dan
prasarana social yang berakibat pada terbatasnya ketersediaaan makanana, air bersih,
dan bahan bakar sehingga berujung pada kesulitan korban banana untuk memperoleh
pangannya. Korban bencana memnbutuhkan pangan khusus untuk keadaan darurat yang
dapat langsung di konsumsi (Ready To Use Food), praktis untuk didistribusikan, dan
bergizi.(Luthfiyanti et al., 2010)

Dalam pengembangan pangan darurat terdapat beberapa karakteristik kritis yang


harus diperhatikan, yaitu : (i) Aman; (ii) Memiliki warna, aroma, tekstur, dan
penampakan yang dapat diterima; (iii) Mudah didistribusikan; (iv) Mudah digunakan;
dan (v) Nutrisi lengkap. EFP didesain untuk memiliki kandungan energi sebanyak 2100
kkal yang terdiri dari 35-45 persen lemak, 10-15 persen protein, dan 40- 50 persen
karbohidrat. [ CITATION Zou00 \l 1033 ]. Terdapat berbagai macam Ready To Use Food
atau makanan siap konsumsi. Salah satunya adalah dalam bentuk cookies atau biscuit.

Biskuit yang banyak beredar di pasaran saat ini adalah biscuit yang berbahan
dasar tepung terigu. Salah satu upaya pemerintah dalam tercapainya ketahanan pangan
adalah diversifikasi pangan. Upaya ini dapat diwujudkan dengan melalui pemanfaatan
dan pengembangan pangan local, yang bahan bakunya berasal dari daerah setempat.
Salah satu komoditi local yang dapat diolah menjadi bahan tambahan biscuit adalah
kacang hijau. Komoditas tersebut telah dibudidayakan secara luas di Indonesia.
Diharapkan dengan dihasilkannya formulasi produk pangan darurat yang
berbahan baku dan citarasa yang sesuai dengan daerah setempat, serta memenuhi
standar gizi pangan darurat maka akan mendukung program ketahanan pangan melalui
pengembangan sector agroindustry kreatif. Selain itu, dapat pula dijadikan konsumsi
harian dan buah tangan khas, sehingga proses produksi bias rutin dilakukan oleh UKM
dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Bencana Alam di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang tersusun dari
17.504 pulau yang terletak dalam Lingkaran Api Pasifik (Ring of Fire) dan memiliki
patahan aktif. Kondisi geografi menyebabkan Indonesia menjadi daerah rawan gempa
dan letusan gunung berapi. Banjir juga merupakan bencana tahunan yang kerap melanda
kota-kota di Indonesia, termaasuk ibu kota negara, Jakarta. Setiap tahunnya selalu ada
warga yang harus diungsikan akibat bencana ini.

Tak hanya memakan korban jiwa dan harta benda, bencana alam yang tak
terelakan juga mengakibatkan kerusakan bagi infrastruktur. Hal ini berujung pada
terputusnya jalur distribusi sehingga sering kali menyulitkan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya terutama kebutuhan terhadap pangan. Kebutuhan
pangan seringkali dipenuhi melalui pengadaan dapur umum. Namun pada beberapa
kondisi bencana, pendirian dapur umum tidak memungkinkan. Keterbatasan peralatan
memasak dan persediaan air bersih pasca bencana juga mendukung sulitnya melakukan
aktivitas pengolahan makanan untuk korban bencana. (Ekafitri & H. Fitri Faradilla,
2011)

Produk pangan yang mampu memenuhi kebutuhan para korban bencana dikenal
sebagai pangan darurat. Pangan darurat sengaja dirancang untuk dapat memenuhi
kebutuhan energi harian manusia dalam keadaan darurat dan dapat langsung
dikonsumsi.

Pada dasarnya produk pangan darurat dapat diproduksi dari komoditas apa saja.
Namun idealnya pangan darurat diproduksi dari bahan-bahan yang dapat dihasilkan oleh
negeri sendiri demi menciptakan ketahanan pangan. Bahan baku llokal yang berpotensi
tersebut seperti kedelai, kacang hijau, pisang, singkong, dan ubi jalar.

1.4 Kue Kering


Kue kering adalah produk pastry yang bahan dasarnya terdiri dari butter, gula,
telur, dan tepung terigu yang diaduk sekedar campur rata sebentar, dicetak tipis dan
kecil-kecil diatas Loyang pembakar, dioven dengan panas rendah, hasilnya kering
[ CITATION Sub07 \l 1033 ]

Bahan dasar kue kering umumnya berupa margarin, terigu, telur, dan gula. Kue
kering dibuat tanpa menggunakan ragi atau pengembang. Untuk variasi jenisnya
dimodifikasi dengan berbagai bahan lain berupa kacang-kacangan, coklat, wijen, buah-
buahan.

1.5 Pangan Lokal


Kacang hijau ( vigna radiata l) merupakan tanaman semusim berupa semak yang
tumbuh tegak dan berumur pendek (60 hari). Penanaman kacang hijau pertama di
Indonesia dilakukan di Pulau Jawa dan Bali, kemudian berkembang ke Pulau Sulawesi,
Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau di Indonesia bagian timur. Adapun sentra
penanaman kacang hijau saat ini adalah Sulawesi Selatan, Jawa Timur, NTB, NTT,
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan kondisi
agroekologi yang beriklim tropis, di Indonesia memungkinkan dikembangkan budidaya
kacang hijau diseluruh provinsi. [ CITATION Pur05 \l 1033 ]

Kacang hijau merupakan sumber bahan pangan berprotein tinggi. Tumbuhan ini
termasuk suku polong-polongan (fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari sebagai sumber pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau
merupakan sumber vitamin (A, B1, C, dan E), serta beberapa zat lain yang bermanfaat
bagi tubuh manusia seperti amilum, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan,
magnesium, dan niasin.

Kandungan protein kacang hijau menempati peringkat ketiga setelah kedelai dan
kacang tanah. Kacang hijau tergolong kacang-kacangan yang memiliki kadar pati yang
tinggi, sehingga kadar lemaknya lebih rendah bila dibandingkan kacang tanah dan
kedelai.

Uraian Kandungan Gizi


Kalori (kal) 345,00
Protein (g) 22,00
Lemak (g) 1,20
Karbohidrat (g) 62,90
Kalsium (mg) 125,00
Fosfor (mg) 320,00
Zat besi (mg) 6,70
Vitamin A (SI) 157,00
Vitamin B1(mg) 0,64
Vitamin C (mg) 6,00
Air (g) 10,00
Tabel 1.1 Kandungan Gizi Kacang Hijau dalam 100 Gram

Sumber : AKG
Ready to Use Food (RUF)
2.1 Formula Pembuatan RUF
2.2 Alat
2.3 Cara Pembuatan
2.4 Perkiraan Umur Simpan
Umur simpan sebuah produk dalam kemasan dapat diprediksi berdasarkan teori difusi
atau penyerapan gas oleh atau dari produk tersebut. Kadar air kritis cookies ditentukan
dengan menggunakan parameter tekstur cookies dengan cara ditempatkan dalam ruang
terbuka sampai struktur tekstur cookies tidak dapat diterima oleh konsumen lagi. Selain
itu, untuk mengetahui umur simpan cookies, perlu data kadar air pada kondisi
penyimpanan. Ukuran kemasan plastic yang berada dipasaran menunjukkan bahwa
pengemasan cookies dengan menggunakan pengemas plastic polipropilen 0,05
mempunyai umur simpan 156 hari. Hal ini dipengaruhi oleh permeabilitas kemasan.
Makin rendah konstanta permeabilitas kemasan, maka kemampuan proteksi terhadap
penyerapan uap air makin besar sehingga umur simpan produk pangan dalam kemasan
tersebut semakin lama. [ CITATION Rat10 \l 1033 ]

2.5 Manfaat Bahan


2.6 Analisa Zat Gizi

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Ekafitri, R., & H. Fitri Faradilla, R. (2011). Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai
Bahan Baku Pangan Darurat. Pangan, 20(2), 153–161.

Luthfiyanti, R., Ekafitri, R., & Desnilasari, D. (2010). Pada Proses Pembuatan Food
Bar Berbasis Pisang. 239–246.

Normasari, R. Y. (2010). Kajian penggunaan tepung mocaf (modified cassava flour)


sebagai subtitusi terigu yang difortifikasi dengan tepung kacang hijau dan
prediksi umur simpan cookies. UNS-F. Pertanian Jur. Teknologi Hasil
Pertanian.

Purwono, R. H. (2005). Kacang Hijau. Depok: Penebar Swadaya.

Subagjo, A. (2007). Manajemen Pengolahan Kue dan Roti. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zoumas, B. A. (2000). High-Energy, Nutrient Dense Emergency Relief Food Product. .


Food and Nutrition Board: Institute of Medicine.

Anda mungkin juga menyukai