Anda di halaman 1dari 46

ASKEP GANGGUAN MENSTRUASI

Ns. Muaningsih,
S.Kep,MKep,Sp.Kep.Mat
AMENOREA
• Kondisi tidakadanya menstruasi
• Amenorea primer : usia 16 tahun
• Amenorea skunder : pernah menstruasi
Penyebab
• Amenorea primer: abnormalitas struktur
(disgenesis gonad, himen imperforata),
abnormalitas kongenital,
• Amenorea skunder: bersifat organik (tumor,
infeksi, kista yg menekan dan menghancurkan
hipotalamus, hipertiroidisme). Bersifat
fungsional ( hipogonadotropin, kista ovarium,
)
Pengkajian keperawatan
• Amenorea primer berfokus pada
perkembangan seksual sekunder dan adanya
saluran reproduksi yang normal.
• Amenorea skunder berfokus pada pola
menstruasi setelah menarke
Diagnosis keperawatan
• Gangguan citra tubuh
• Harga diri rendah situasional
• Ansietas
• Disfungsi pengetahuan
• Disfungsi seksual
Intervensi keperawatan
• Edukasi, konseling, pemberian keyakinan dan
peningkatan atau pengembangan pilihan
untuk mengatasi masalah
Dismenorea
• Nyeri menstruasi sebelum atau selama
menstruasi
Disminorea primer
• Dimulai sejak 6 bulan sampai 2 tahun setelah menarke
• Sering terjadi sebelum menikah
• Nyeri dimulai bberapa jam sebelum atau bersamaan
selama 48 sampai 72 jam
• lokasi nyeri suprapubis, nyeri tajam, tumpul, dalam,
kram atau sakit.
• Sensasi penuh dipelvis, mules menjalar ke paha bagian
dalam dan area lumbosakralis
• Sebagian wanita mengalami mual, muntah, pusing,
pingsan, diare, kelabilan emosi
• Dipengaruhi faktor sosial dan psikologis
Dismenorea skunder
• Akibat penyakit panggul organik
endometriosis, kista ovarium, mioma uterus,
malformasi kongenital, trauma, penggunaan
AKDR
• Nyeri lebih dari 2 sampai 3 hari
• Usia lebih tua dibanding penderita dismenore
primer
Pengkajian
• Riwayat siklus menstruasi
• Keluhan nyeri
• Gejala lain yang menyertai
Diagnosis keperawatan
• Nyeri
• Difisiensi pengetahuan
• Ketidakefektifan koping individu
• Perubahan nutrisi
• Difisit perawatan diri
• Gangguan citra tubuh
• Harga diri rendah situasional
Intervensi keperawatan
• Meliputi tindakan perawatan diri
nonfarmakologis, obat yang dijual bebas dan
obat yang diresepkan.
• Pasien diberikan informasi setiap obat, dosis,
aturan pakai dan efek samping.
• Program edukasi dan konseling
ENDOMETRIOSIS
• Terdapatnya dan bertumbuhnya jaringan endometrium di
luar uterus.
• Kondisi yang ditandai dengan adanya jaringan
endometrium di dalam peritoneum panggul.
• terjadi akibat aliran balik menstruasi, menstruasi
retrograde
• Tempat tersering daerah ovarium, serosa kandung kemih,
tuba falopii, dan usus besar.
• Periode menstruasi > 8 hari dan siklus menstruasi < 27 hari
= berisiko tinggi
• Usia 15 – 44 tahun
Gejala
• Dismenorea
• Infertilitas Gejala utama
• dispareunia
• Nyeri panggul
• Diare
• Nyeri saat defekasi
• Hipermenorea
• Menoragia
• flek-flek premenstruasi
Penatalaksanaan
• Farmakologis
• Nonfarmakologis
• Bedah
Diagnosis keperawatan
• Nyeri
• Pengetahuan yang kurang
• Kepercayaan diri yang rendah
• Kecemasan
• Resiko perlukaaan
Intervensi keperawatan
• Konseling dan edukasi adalah komponen
penting
• Diskusikan mengenai pemilihan pengobatan
• Berikan dukungan
• Usaha menangani nyeri
Infertilitas
• Subfertilitas bukan sterilitas
• 10-15% pasangan usia reproduktif
• Pasangan fertil mempunyai kesempatan
konsepsi 20% setiap siklus ovulasi
• Prevalensi meningkat pada usia >40 tahun
• Infertilitas primer dan infertilitas sekunder
Faktor yang mempengaruhi fertilitas
wanita
• Faktor ovarium
– Kelainan pertumbuhan
– Anovulasi
– Kelainan hormon hipotalamus atau hipofisis
– Kelainan kelenjar adrenal
– Hiperplasia adrenal kongenital
– Amenorea setelah menghentikan pil kb
– Kegagalan ovarium prematur
• Faktor tuba, peritonium
• Faktor lain
• Faktor tuba, peritonium
– Kelainan pertumbuhan
– Penurunan motilitas tuba
– Radang didalam tuba
– Tumor endometrium dan myometrium
– Endometriosis
– Serviks kronis
– Lendir serviks tidak adekuat atau tidak ramah
(hostile)
• Faktor lain
– Difisiensi gizi
– Disfungsi tiroid
– idiopatik
Faktor yang mempengaruhi fertilitas
pria
• Kelainan struktural atau gangguan hormonal
– Salah satu atau kedua tertis tidak turun
– Hipospadia
– Varikokel
– Lesi obstruktif di vas deferen atau epididimis
– Kadar testoteron rendah
– Kerusakan testis karena mumps
• Faktor lain
– infeksi menular seksual
– Eksposur terhadap zat berbahaya
– Skrotum terekspos terhadap suhu tinggi
– Difisiensi gizi
– Penyalahgunaan zat terlarang
– Perubahan sperma
– Penurunan libido
– Impotensi
– idiopatik
Pemeriksaan pada gangguan
kesuburan
• Hiterosalpingogram = untuk mengidentifikasi kelainan
struktur tuba (hari ke 7-10 siklus menstruasi)
• Postcoital test = mengidentifikasi faktor serviks (1-2
hari sebelum ovulasi)
• Laparoskopi= obtruksi tuba atau adhesi peritoneal
(bervariasi, saat ovulasi)
• Reaksi antigen antibodi imobilisasi sperma= tes
imunologi untuk menentukan interaksi lendir serviks
dan sperma (saat ovulasi)
• Tes progestin challenge= untuk mengevaluasi ovulasi
(saat ovulasi)
• Peningkatan LH di urine= mengidentifikasi
peningkatan LH, mendokumentasikan ovulasi
(setiap hari)
• Ultrasound transvaginal= mengidentifikasi
abnormalitas struktur uterus (bervariasi)
• Pemeriksaan progesteron plasma di serum=
memeriksa apakah produksi progesteron oleh
korpus luteal adekuat (1 minggu sebelum
menstruasi)
• Suhu tubuh basal= peningkatan terjadi sebagai
respon progesteron (catat sepanjang siklus)
• Biopsi endometrium= memeriksa respon
endometrium (hari ke 21 -27)
• Analisis semen= mengidentifikasi kelainan di
semen (kapan saja)
• Pemeriksaan penetrasi sperma=
mengidentifikasi kemampuan sperma untuk
menetrasi ovum ( 2 hari, tidak lebih dari 1
minggu tidak ejakulasi)
Hasil yang menunjukan fertilitas
• Perkembangan folikel, ovulasi, dan
perkembangan luteal
– Suhu tubuh basal adalah bifasik, dengan
peningkatan suhu yang menetap selama 12-14
hari sebelum menstruasi
– Karakteristik lendir serviks berubah sesuai fase
dalam menstruasi
– Visualisasi organ pelvis dengan laparaskopi dapat
membuktikan perkembangan folikel dan luteal
• Fase luteal
– kadar progesteron plasma adekuat
– Hasil pemeriksaan sample dari biopsi
endometriom konsisten dengan hari dalam siklus
• Faktor serviks yang dapat menerima sperma saat
ovulasi
– Ostium serviks terbuka
– Lendir serviks jernih, cair, banyak dan licin (pola
seperti pohon palm)
– Tidak menunjukan adanya lesi atau infeksi
– Hasil pemeriksaan tes pasca hubungan menunjukan
sperma hidup dalam jumlah adekuat, motil, dan
normal didalam lendir serviks
– Tidak ada reaksi imun terhadap sperma
• Rahim dan tuba
– Garis pinggir rongga uterus dan tuba yang bentuk
dan ukurannya normal, tanpa kelainan
– Pemeriksaan laparaskopi menunjukan
perkembangan alat kelamin yang normal, tidak
adanya lesi, infeksi dan endometriosis
• Struktur saluran reproduksi pria normal
– Tidak ada bukti kelainan pertumbuhan penis,
atropi testis atau varikokel
– Tidak ada bukti infeksi prostat, vesikula seminalis
dan uretra
– Testes diameter terbesar 4 cm
• Semen yang mendukung kehamilan
– Jumlah sperma per mililiter disetiap ejakulasi
cukup
– Sebagian sperma mempunyai bentuk yang normal
– Sebagian besar sperma motil dan bergerak maju
– Tidak ada otoimunitas
– Cairan semen normal
Analisis semen
• Volume semen 1,5 sampai 5,0 ml
• pH semen 7,2 atau lebih
• Viskositas lebih besar dari 3 (skala 0 sampai 4)
• Kepadatan sperma > 20 juta per mililiter
• Jumlah total sperma > 40 juta per ejakulasi
• Ciri morfologi normal lebih dari 30% (oval
normal)
• Motilitas 50%
• Tes aglutinasi sperma < 2 (skala 0 sampai 3).
Hal yang diperhatikan sebelum terapi
• Jumlah maksimal embrio yang harus
diimplementasikan
• Resiko kehamilan multipel
• Kemungkinan butuh reduksi fetus
• Kemungkinan butuh donor oosit, sperma atau
embrio atau pembawa kehamilan/ ibu pengganti
• Pembekuan embrio untuk dipakai dikemudian
hari
• Kemungkinan resiko terapi jangka panjang
Terapi reproduksi berbantu (assisted
reproductive therapies, ART)
• Fertilisasi in vitro- transfer embrio (IVF-ET)
• Transfer gamet intrafallopian (GIFT)
• IVF-ET dan GIFT dengan sperma donor
• Transfer zigot intrafallopian (ZIFT)
• Oosit donor
• Embrio donor
• Karier gestasional
• Inseminasi donor terapeutik (TDI)
• Injeksi sperma intrasitoplasma
• Assisted hatching
Pengkajian
• Infertilitas wanita
– Riwayat lengkap mengenai durasi infertilitas, kejadian
obstetrik sebelumnya, riwayat menstruasi dan
seksualitas, kondisi medis dan operatif, riwayat
terpajan dengan bahaya reproduktif di rumah atau
tempat kerja, penggunaan alkohol dan obat lainnya,
stres emosional
– Penilaian saluran reproduksi secara spesifik dan
lengkap
– Pemeriksaan darah dan urine rutin dll
• Infertilitas pria
– Riwayat lengkap mengenai difisiensi gizi, penyakit
kronis, trauma, pajanan terhadap bahaya
lingkungan seperti radiasi, panas, penggunaan
tembakau alkohol
– Pemeriksaan fisik lengkap
– Analisis semen
Diagosis keperawatan
• Kecemasan
• Rasa percaya diri rendah
• Resiko individu menghadapi masalah tidak
efektif
• Gangguan hubungan keluarga
• Nyeri
• Pola seks yang tidak efektif
• Kurang pengetahuan
Intervensi
• Penjelasan dan bantuan mengenai
pemeriksaan dan hasil pemeriksan
• Dukung selama fase diagnosis dan terapi
• Ajarkan aktifitas yang dapat mengurangi stres
• Berikan informasi mengenai sumber daya
dilingkungan
• Rujuk untuk konseling bila diperlukan
KLIMAKTERIUM
• Menopouse
• 90% siklus menstruasi teratur usampai usia 40 tahun
• 10% sampai usia 50 tahun
• Masa periode menstruasi terakhir
• Terjadi pada rerata usia 50 tahun
• Rentang usia 48 sampai 52 tahun
• Perimenopouse : dimulai sebelum menstruasi berakhir dan
mencangkup satu tahun setelah menstruasi berhenti secara
permanen
• Klimakterium: sindrom total perubahan endokrin, somatik
dan psikis yang berkaitan dengan penurunan fertilitas pada
wanita lansia
• Terjadi karena penurunan estrogen secara
tajam
• Penurunan fungsi sitem hipotalamus terjadi
sekitar 10 tahun, gejala terlihat jelas 1-2 tahun
sebelum menopouse
Gejala perimenopouse
• Hot flashers
• Insomnia
• Peningkatan ketegangan sebelum mentruasi
• Mudah marah dan kelabilan mood
• Penipisan mukosa vagina disertai penurunan
lubrikasi
Pengaruh hormonal
• Estrogen progesteron: neurotransmiter
(norepinefrin, serotonin, dopamin, asetilkolin)
mengatur mood, nafsu makan, tidur, kognisi,
perilaku dan persepsi nyeri.
• Estrogen meningkatkan kadar triptofan,
prekusor untuk sintesis serotonin: depresi
iritabilitas, ansietas, gangguan tidur,
peningkatan sensitivitas nyeri.
• Estrogen : osteoporosis
Pengkajian
• Tanda dan gejala menopouse
• Status menstruasi dan fungsi hormonal
• Faktor resiko
• Sikap dan konsepsi mengenai menopouse
• Reaksi keluarga/ pasangan dan sistem
pendukung
Diagnosis keperawatan
• Dukacita adaptif
• Gangguan harga diri
• Difisit pengetahuan
• Perubahan pola seksualitas
• Resiko cidera (osteoporosis)
Intervensi keperawatan
• Bertujuan untuk mengurangi gejala fisik dan
emosi menopouse, mencegah pengeroposan
tulang akibat menopouse
• Edukasi sebagai pencegahan primer
• Tekankan praktik hidup sehat
• Penggunaan pelumas

Anda mungkin juga menyukai