Tentu kita akan sangat kagum melihat cara hidup jemaat mula-mula, sebab yang mereka
perlihatkan itu adalah cara hidup yang telah dilahirkan kembali oleh kuasa kembangkitan
Yesus dan oleh kuasa Roh Kudus yang dicurahkan dalam hidup jemaat. Cara hidup jemaat
yang disaksikan di Kisah Para Rasul 2 dan 4 memperlihatkan bagaimana sukacita jemaat
dalam imannya. Beberapa cara hidup jemaat yang diperlihatkan pada kita seperti: Bertekun
dalam pengajaran, berdoa bersama, memecahkan roti bersama, makan bersama dengan
gembira sambil memuji Allah, mereka sehati sejiwa, tidak ada yang berkekurangan sebab
segala sesuatu yang ada pada mereka menjadi kepunyaan mereka bersama.
Nama minggu kita dinamakan Quasimodogeniti “Jadilah seperti bayi yang baru lahir”,
hidup seorang bayi yang benar-benar bergantung pada ibunya, dan dengan penuh kasih
sayang si ibu akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi bayinya. Nas firman Tuhan
bagi kita saat ini juga hendak mengajarkan kita tentang hal ini, bahwa mereka yang telah
percaya pada keselamatan Tuhan Yesus adalah orang-orang yang dilahirkan kembali
menjadi manusia baru di dalam Yesus Kristus. Sebagai manusia baru, mereka
mempercayakan sepenuhnya hidupnya kepada Tuhan.
Sehingga sangat menarik kita lihat bagaimana cara hidup yang diperlihatkan oleh jemaat
mula-mula ini, dikatakan “tidak seorang pun yang berkata bahwa sesuatu dari
kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka
bersama”. Seperti yang dilakukan oleh Yusuf yang menjual ladangnya dan kemudian hasil
penjualannya diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Tentu hal ini bukan menjadi suatu
aturan yang dipaksakan oleh para rasul saat itu, tetapi ini adalah sukarela jemaat sebagai
ungkapan imannya pada keselamatan Tuhan. Walaupun teknis pemberian yang seperti ini
bukan sesuatu yang lazim dalam konteks kehidupan berjemaat saat ini, namun ada inti dan
nilai hidup kristiani yang hendak kita terima dari sini yaitu menyerahkan hidup kita dan
segala sesuatu yang ada pada kita kepada Tuhan agar dapat dipakai menjadi kemuliaan
nama Tuhan. Sehingga apa yang dapat kita berikan tentunya tidak hanya sebatas materi,
namun kita mau mempersembahkan hidup kita ini kepada Tuhan untuk membangun
persekutuan orang-orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan.
Doa Tuhan Yesus sebelum menghadapi penderitaanNya yaitu supaya mereka semua
menjadi satu sama seperti Bapa di dalam Yesus dan Yesus di dalam Bapa (Yoh. 17:21)
terlihat dalam kehidupan jemaat mula-mula, yakni hidup yang sehati dan sejiwa.
Kehidupan yang seperti inilah yang Tuhan harapkan dari kita orang-orang yang telah
ditebus oleh Tuhan Yesus, bahwa relasi kita dengan Tuhan akan kelihatan dengan relasi kita
dengan sesama kita. layaknya seperti mangnet, kasih Yesus telah menarik kita menjadikan
kita semua menjadi satu dengan kasih Yesus.
Hidup yang sehati dan sejiwa adalah buah dari karya keselamatan yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus, bahwa Yesus sampai mati di kayu salib adalah hanya karena kasihNya agar
kita disatukan dalam kasih Allah. Seperti Yesus yang memberikan diriNya bagi keselamatan
kita, maka demikianlah dengan kita agar membuka diri, memberikan diri kita kepada orang
lain. Hal inilah yang ditunjukkan oleh mereka yang telah menerima berita tentang
keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, mereka berlomba-lomba, tanpa paksaan
memperlihatkan kasihnya dengan berlimpah-limpah.
Persekutuan yang kudus yang didirikan oleh Tuhan di dunia ini bukan persekutuan yang
munafik, yang egois, sama-sama beribadah, sama-sama berdoa, sama-sama mendengarkan
firman Tuhan, bersatu di dalam doa, bersatu di dalam ibadah namun tidak bersatu di
dalam kehidupan yang nyata. Sehingga kita hendak menggumuli kembali bagaimana
kehidupan jemaat mula-mula ini, yakni hidup yang sehati dan sejiwa ini tetap menjadi
dasar kehidupan kita.
Seperti yang diperlihatkan oleh jemaat mula-mula, bahwa mereka yang sehati dan sejiwa
memberikan apa yang ada padanya menjadi milik bersama, hal ini bisa menjadi teladan
bagi kita dengan selalu bertanya pada diri kita sendiri, apa yang dapat kuberikan? Apa yang
dapat kulakukan untuk membantunya? Artinya bahwa iman kita kepada Tuhan akan
berbuahkan kepekaan pada orang lain. Maka bagaimana kita membangun diri kita menjadi
orang yang berbahagia ketika kita dapat memberi, dapat menolong dan dapat berbuat
sesuatu hal yang baik bagi sesama kita.
Ayat Pokok:
"Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta
yang berharga."
(Amsal 12:27)
Pendahuluan
Setiap orang tentu merindukan satu kehidupan yang maju, berhasil dan berkembang.
Salah satu penghambat seseorang tidak bisa maju, sukses dan berhasil adalah kemalasan.
Malas adalah kata sifat atau adjective yang berarti ; 1. tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu:
orang yg -- itu lebih senang mengemis dp bekerja; 2. segan; tidak suka; tidak bernafsu: -- rasanya
mengunjungi rapat spt itu; jangan -- bertanya; Sumber : http://www.artikata.com/arti-353047-
takut.html
Kebiasaan malas adalah akar dari nasib buruk pada setiap individu. Mengapa demikian, karena
kebiasaan malas akan sangat berpengaruh pada produktifitas kualitas manusia itu sendiri. Salah satu
musuh terbesar dalam kehidupan adalah kemalasan tersebut. memelihara kebiasaan yang demikian
akan menghalangi semua potensi yang ada dalam diri sendiri. Dengan kebiasaan malas, pikiran, saraf
motorik, dan otot tidak akan bekerja. Dengan tidak bekerjanya otot, aliran darah tidak akan lancar,
sehingga pikiran menjadi lemah, jantung tidak berpacu dengan cepat, semangat tidak ada, gairah
hidup lumpuh.
Itulah sebabnya kelalu kita memelihara kebiasaan malas ini dalam diri kita, sudah dapat dipastikan
maka hidup kita akan jadi sulit di masa yang akan datang. Kemalasan akan melumpuhkan pikiran,
saraf dan otot kita, sehingga tidak ada kegiatan yang berjalan baik. Keberhasilah sangat ditentukan
oleh efektifitas. Sedangkan efektifitas sangat ditentukan oleh aktivitas. Aktivitas didorong oleh
semangat, gairah, dan harapan hidup seseorang. Sedangkan kemalasan, akan melumpuhkan pikiran,
melumpuhkan kesadaran, melumpuhkan saraf motorik, melumpuhkan otot. Dengan lumpuhnya
pikiran, kesadaran, saraf dan otot, maka tidak akan ada aktivitas yang berjalan. Dengan tidak ada
aktivitas, berarti tidak ada efektifitas, dengan demikian tidak akan ada capaian atau keberhasilan
yang dapat dicapai.
Penyebab kemalasan
Ada beberapa penyebab mengapa seseorang menjadi malas
1. Pemanjaan dari orang tua, terutama ibu.
Ada beberapa orang tua yang keliruh menerapkan kasih sayang mereka pada anaknya, dan tidak
menyadari bahwa sikap yang demikian akan merugikan anak itu sendiri. Memanjakan anak secara
berlebihan, apalagi dengan menyediakan pembantu yang selalu mendampingi anak dalam
melakukan segala aktivitasnya, adalah kasih sayang yang keliru. Dengan memanjakan anak dengan
tidak membiarkan mereka berlelah-lelah melakukan kegiatan mereka, lambat laun akan
menanamkan pola nyaman atau comforth zone bagi anak tersebut.
Apapun alasannya, tidak melatih anak untuk beraktivitas secara dini, akan merusak masa depan anak
tersebut. Kasih sayang tidak berarti memanjakan anak. Karena kebiasaan rajin, harus dilatih dari
sejak kecil, agar lama kelamaan akan tertanam menjadi suatu sifat atau watak dalam dirinya. Anak
rajin dan berani bukan jadi dengan seketika. Namun melalui proses belajar yang lama, berupa
kebiasaan yang diulang-ulang, sehingga lama kelamaan tertanam menjadi suatu kharakter, atau
watak atau sifat dari anak itu sendiri.
2. Terkungkung dalam zona nyaman (Comforh Zone),
Kehidupan yang nyaman, bisa jadi menjadi penghambat seseorang menjadi malas dan tidak mau
mengembangkan potensi diri. Seorang anak yang dibesarkan di tengah keluarga yang mapan secara
ekonomi dan terbiasa semuanya dilayani, maka akan sulit berkembang menjadi pribadi yang
mandiri,Ia bahkan akan cenderung menjadi orang yang malas.
Alkitab bahkan sudah memperingatkan bahwa orang yang malas, tidak akan pernah mendapatkan
apapun yang diharapkan atau dicita-citakan. Dalam Alkitab dicatat""Hati si pemalas penuh
keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan."
(Amsal 13:4)
Bagaimana memotivasi diri agar kita tidak menjadi orang yang malas?
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan kemalasan
"Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya."
(Amsal 10:4)
"Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang
berharga."
(Amsal 12:27)
"Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan."
(Amsal 13:4)
Kalau kita mempelajari Alkitab, kita juga melihat bahwa orang-orang yang rajin, mereka akan dipakai
Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan
a.Yusuf
"Tetapi Tuhan menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam
pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu."
(Kejadian 39:2)
b. Elisa
"Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua
belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari
dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya."
(1 Raja-raja 19:19)
c. Yosua
""Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: ”Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga
tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu?"
(Yosua 18:3)
Penutup
Mungkin kita bertanya dalam hati, "Mengapa dia lebih diberkati? Mengapa dia dipakai Tuhan
secara luar biasa, sedangkan aku tidak?"
Mari kita kembali mengingat nasihat Yosua untuk kita tidak bermalas-malasan. Banyak orang Kristen
yang telah mendapatkan Kanaan (menikmati berkat Tuhan) karena mereka mau bayar harga, tetapi
tidak sedikit dari kita yang tidak mendapatkan bagian apa-apa karena kita sendiri yang malas: malas
bersaat teduh, malas baca Alkitab, malas melayani Tuhan. 'Kanaan' berbicara tentang janji-janji
Tuhan atau berkat yang disediakan Tuhan bagi anak-anakNya, dan untuk meraih semua itu kita harus
bertindak dengan iman dan berusaha untuk merebutnya.
Kalau kita tetap malas, sampai kapan pun 'Kanaan' akan menjauh dari hidup kita.