Perbuatan curang adalah perbuatan yang tidak jujur atau tidak adil dimana akibat dari perbuatan
tersebut kepentingan orang lain dirugikan. Perbuatan ini umumnya terjadi dengan motif mencari
keuntungan tanpa tenaga dan usaha secara melawan hukum oleh pembuat.
UU RI Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 21 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berbunyi :
Pasal 7
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
1. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan
bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara
dalam keadaan perang;
2. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan,
sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
3. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau
4. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
(2) Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan
barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana
dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah):
H. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah
menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal
diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan; atau
"Direktorat Tindak Pidana Korupsi telah melakukan pemeriksaan sejumlah saksi dari
pihak Kemenhub dan pelaksana pekerjaan, (memeriksa) kurang sebanyak 50 orang. Dari
hasil penyidikan diperoleh fakta-fakta bahwa proses lelang pengadaan kapal patroli tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Keppres tentang pengadaan,"
kata Direktur Tipidkor Bareskrim Polri Brigjen Ahmad Wiyagus kepada wartawan, Selasa
(28/11/2017).
Oleh sebab itu, Ahmad menegaskan bahwa pengadaan kapal patroli dianggap telah
melakukan perlawanan hukum, sehingga terindikasi adanya perbuatan curang.
"Sehingga terjadi perbuatan melawan hukum dan terindikasi adanya perbuatan curang
yang dilakukan antara panitia dengan beberapa pelaksana pekerjaan," tegasnya.
Kasus tersebut setidaknya membuat kerugian terhadap negara sebersa Rp29 miliar.
Dari kasus tersebut, Polri menetapkan seorang tersangka dengan inisial Car yang
berperan sebagai Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) pengadaan kapal patroli.
"Terkait dengan dugaan tindak pidana korupsi pengadaan kapal patroli tersebut,
Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri telah menetapkan seorang tersangka
Car. Yang bersangkutan adalah sebagai Kapokja daripada pekerjaan pengadaan kapal
patroli tersebut," tutupnya.
Sumber :
https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2019/07/Modul-tindak-pidana-korupsi-aclc-KPK.pdf
https://nasional.okezone.com/read/2017/11/28/337/1822066/kasus-korupsi-pengadaan-kapal-
patroli-rugikan-negara-rp29-miliar-satu-orang-ditetapkan-tersangka
https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/perbuatan-curang
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/Peraturan%20Lembaga%20Nomor%2015%20Tahun
%202019_1437_1.pdf